Kecanggihan Toilet di Jepang

Kecanggihan Toilet di Jepang

Toilet dalam pengertian sebenarnya ialah loka orang buang air kecil maupun air besar. Dapat pula dijabarkan sinkron bentuk, kondisi, dan kegunaannya. Dalam artian, definisi loka pembuangan ini dapat saja berbeda menurut baku masing-masing kelompok.

Toilet di perumahan kumuh misalnya, dapat menjadi barang nan "antik" (langka) sekaligus menjijikkan bila dikaji lewat waktu pemakaiannya. Mengapa?Karena di perumahan kumuh merupakan wilayah nan sempit nan didiami oleh banyak orang. Nah, "antiknya", beberapa orang lebih memilih bangun pagi buat menggunakan kamar mandi lebih awal ketimbang harus mengantri.

Yang menjijikkan tentu saja setelah "ritual" d ipagi hari itu selesai. Mau panas atau hujan sama saja menjijikkannya. Kalau panas pastilah tercium bau-bau nan tak sedap dari loka ini. Eskalasi sinar terik matahari dapat menyempurnakan bau busuk dari kotoran manusia nan mampir di pagi hari. Dan kalau hujan, bisa dipastikan air sungai sebagai loka pembuangan saluran kotoran, menjadi tercemar oleh kotoran manusia.

Berbanding terbalik dengan keadaan tersebut, sebuah negara modern, Jepang, memiliki hal nan lain. Di sana, kebersihan loka orang buang hajat menjadi prioritas. Lalu apa sebenarnya pentingnya toilet bagi masyarakat Jepang?



Sejarah Toilet di Jepang

Di Jepang pada zaman Jomon, ditemukan kawasan pemukiman nan berbentuk seperti tapal kuda. Bagian tengah wilayahnya merupakan alun-alun loka berkumpul masyarakat. Loka pembuangan sampah sendiri berada di sekeliling area nan mengelilingi pemukiman.Setelah beribu-ribu tahun lamanya, situs wilayah ini digali oleh arkeolog.

Dan, dari ekskavasi para arkeolog ditempat pembuangan sampah terdapat koprolit (feses manusia dan anjing nan telah berbentuk fosil). Dari ekskavasi ini kemudian disimpulkan bahwa manusia Jepang nan mendiami kawasan ini pada zaman Jomon juga buang air besar di loka pembuangan sampah.

Pada perkembangannya, sistem selokan sanitasi buat mengaliri air kotor kemungkinan sudah dikenal oleh orang zaman Yayoi pada tahun 300 SM hingga 250 AD. Umumnya, sistem ini dipergunakan dalam wilayah pemukiman dengan jumlah penduduk dan wilayah nan besar. Disinyalir selokan tersebut juga digunakan buat keperluan buang hajat.

Baru pada abad ke-3.Toilet dengan sistem air mengalir sudah dibuat pada waktu itu. Para arkeolog sudah menemukan kloset lubang dan bangunan beratap buat lubang WC didirikan di lokasi terpisah dari loka tinggal penduduk.

Pada abad ke-7 hingga abad ke-8,bangunan orang buang air besar ini dibangun di antara selokan. Alirannya dapat menuju sungai. Orang Jepang pada saat itu telah mengenal penggunaan rumput bahari buat mengelap setelah buang air besar.

Pada zaman Edo, orang Jepang bahkan sudah mengenal pemakaian kertas toilet nan terbuat dari Washi. Dan, di Istana Akita sendiri ditemukan kloset nan dapat membilas sendiri. Penggunaan kotoran manusia sebagai pupuk atau makanan hewan ternak sudah populer di Jepang sejak lama.

Walaupun sekarang sudah diatur oleh anggaran nan lebih tegas tentang penggunaan kotoran manusia dengan alasan higienis, banyak masyarakat Jepang nan membangun bagunan kloset di kandang babi sebagai cara nan efisien buat memberi pakan ternak mereka.

Barulah pada abad ke-20, kloset model Barat dan urinoir dibangun di Jepang. Hanya saja baru populer kemudian setelah perang global kedua ketika kependudukan Amerika di Jepang turut memengaruhi budaya buang air besar di Jepang nan tadinya bersifat tradisional berganti kecara-cara nan lebih modren.

Jepang kemudian tampil sebagai produsen kloset dengan teknologi canggih nan menawarkan kenyamanan pada penggunanya. Dewasa ini di Jepang, penjualan kloset jongkok berangsur-angsur menurun sejalan dengan pasar kloset duduk nan lebih diminati oleh masyarakat Jepang.

Dalam bahasa Jepang sendiri ada banyak sekali penamaan untuktoilet,di antanya: toire, otearai, kesh?shitsu, benjo, sementara perangkat kloset dari keramik disebut benki , dudukan kloset dinamakan benza, dan pispot buat anak kecil atau orang lanjut usia diberi nama omaru .

Bukan itu saja, orang-oarang di Jepang juga merayakan setiap tanggal 10 november sebagai "hari toilet tak resmi" nan merunut pada Tanggal 10 bulan 11 (11/10 dalam urutan penulisan bahasa Jepang) dapat dibaca ii-to ( ire ) nan berarti toilet bagus dalam bahasa Jepang.



Kecanggihan Toilet di Jepang

Yang membuat loka buang hajat di Jepang jadi canggih ialah sebab berbagai macam peralatan nan ada di dalamnya .Jika di negara lain misalnya hanya ada perlengkapan seperti sikat, kertas kloset, sikat WC, dan westafel, maka di Jepang ada beberapa perlengkapan tambahan nan unik lagi canggih. Beberapa di antaranya adalah:



1. Suara Air dari Pengeras Suara

Sebagian besar wanita atau bahkan pria di Jepang tak ingin didengar oleh orang lain ketika sedang buang air kecil. Akan terjadi pemborosan air nan disiramkan berkali kali buat menutupi bunyi sebenarnya dari "ritual" buang hajat ini.

Kampanye ekonomis air pada kenyataannya ternyata tak bisa menghentikan Norma ini, sehingga pada tahun 1980-an diciptakan alat nan mengeluarkan suara air menggelontor melalui pengeras suara. Solusi ini dilakukan tanpa ada air nan dikeluarkan di kloset. Otomatis ekonomis air kalau begitu.

Otohime dalam arti harfiahnya merupakan Putri Suara ialah salah satu merek alat bunyi air nan populer di Jepang. Ide pemberian nama alat ini diambil dari nama seorang Dewi Otohime putri dari raja bahari Ry?jin. Namun, alat seperti ini umumnya hanya dipasang di toilet wanita di Jepang.

Alat pengeras suara atau Otohime ini bisa berupa alat terpisah nan bertenaga baterai atau merupakan gabungan dari salah satu fitur nan ada di washlet. Pengaktifan alat ini cukup dengan menekan tombol atau melambaikan tangan di depan sensor gerak. Canggih, bukan?

Dan ketika diaktifkan, alat ini mengeluarkan suara air menggelontor seperti lubang WC sedang disiram. Jadi, Anda tak perlu lagi mersa malu sebab suara apapun nan dikeluarkan selama Anda melakukan buang hajat, tak akan didengar oleh siapapun. Suara dari alat ini akan berhenti sinkron waktu nan Anda setel sebelumnya atau ketika tombol ditekan kembali. Sehingga, dengan penggunaan alat seperti ini dipercaya bisa menghemat air hingga 20 liter setiap kali pemakaian.



2. Fasilitas Tambahan, Sandal Toilet

Dalam kebudayaan Jepang dikenal kesamaan nan sangat kental buat memisahkan lingkungan menjadi kawasan higienis dan lingkungan kawasan kotor.Kecenderungan itu bisa dilihat dengan evaluasi orang Jepang nan menilai bahwa rumah bagian dalam dianggap sebagai kawasan bersih, sementara lingkungan di luar rumah ialah kawasan kotor.

Sepatu dan alas kaki lainnya harus dilepas sebelum memasuki rumah agar alas kaki nan kotor tak mengotori rumah nan bersih.Toilet di Jepang pada zaman dulu dibangun di luar rumah,dan orang mengenakan alas kaki ketika pergi ke kamar mandi.

Pada zaman sekarang, kamar mandi bertoilet dibangun di dalam rumah, termasuk nan ada di Jepang. Walaupun kondisinya bersih dan sudah jauh lebih baik, loka pembuangan feses itu masih dianggap loka kotor. Karena itulah di rumah-rumah Jepang disediakan sandah spesifik atau toilet slippers yang berguna buat memperkecil kontak antara lantai kamar mandi nan dianggap tak higienis dan bagian rumah lainnya nan dianggap bersih.

Sandal ini hanya diperuntukkan atau dikenakan sewaktu berada di dalam kamar mandi dan dilepas sewaktu hendak pergi. Sandal toilet tak buat digunakan di dalam rumah. Sandal seperti ini biasanya dibuat dari plastik atau karet dan kebanyakan diberi gambar karakter anime atau simbol tertentu.

Orang asing kebanyakan sering lupa melepas sandal toilet ketika keluar dan memakainya di bagian rumah nan lain. Di Jepang hal ini dianggap tak sopan sebab mencampuradukkan loka higienis dengan loka kotor. Jadi, jika Anda berkunjung Ke Jepang selalu ingat buat melepaskan sandal sebelum keluar dari toilet.