Bagaimana Penerapan Praktis Metode Ilmiah

Bagaimana Penerapan Praktis Metode Ilmiah

Meneliti itu proses nan jelas dan mempunyai arahan. Anda bahkan dapat mengikuti langsung dari contoh metode ilmiah nan sudah ada. Dari majemuk contoh metode ilmiah, tentunya nan dari bidang Anda sendiri. Walau metode ilmiah nan dimaksud ialah kebanyakan nan dicari oleh para mahasiswa bidang sosial.

Cukup banyak kesulitan buat membuat semacam kerangka menyusun paper. Yang utamanya sebab kesulitan menerapkan teori di kelas dengan praktiknya di lapangan. Padahal, hal semacam itu dapat dikategorikan dengan bahasa nan lugas dan sederhana “tidak juga.”

Bidang sosial memang memiliki semacam kontruksi nan belum selesai tentang cara pandang menjadikan suatu kasus merupakan ‘ilmiah’ atau ‘tidak ilmiah’. Apakah suatu gejala sudah universal, atau itu hanya letupan pada masa ini nan tak berlaku dalam hitungan waktu nan singkat.

Oleh sebab itulah, di kalangan sarjana sosial, sedikit didapati rasa pede terhadap metode ilmiahnya sendiri. Ini sebab merasa ingin menyempurnakan pengamatan ilmiah terhadap suatu permasalahan. Sebab pengamatan ilmiah bukan sekedar mengamati, juga bukan sekedar menonton. Pengertian pengamatan ilmiah sebagaimana nan ditulis Karl Weick nan dikutip dari Seltiz, Wrigtsman dan Cook dalam Rakhmat (2000) mendefinisikannya sebagai :

  1. Pemilihan,
  2. Pengubahan,
  3. pencatatan, dan
  4. pengkodean serangkaian konduite dan suasana nan berkenaan dengan organisme in situ sinkron dengan tujuan-tujuan empiris.


Metode Ilmiah dalam Sudut Pandang Teoretis

Ketidaksempurnaan tak menghentikan para filsuf sosial mengurai banyak masalah dengan metode ilmiah nan sudah ajeg. Dengan pelbagai teknik, pendekatan teoretis nan ada, dan pendekatan penelitian nan telah umum. Contoh metode ilmiah nan didapatkan pun semakin kaya, utamanya buat mencari hal baru memahami humanisme.

Dunia ilmiah pada abad ke-20 nyaris dikuasai ilmu-ilmu eksak – meminjam istilahnya Dilthey natuurwissenschaft, sedangkan Geisteswissenschaft harus mengekor pada metode ilmiah nan bercorak positivistik. (Filsafat Bahasa dan Filsafat Ilmu, Jurnal Filsafat, Desember 2003)

Contoh metode ilmiah sebagaimana nan dipahami sebagai kerangka berpikir klasik dari Thomas S. Kuhn, dapat kita jadikan batasan pemahaman, bagaimana metode ilmiah dapat dilakukan pada penelitian sosial. Sebagaimana dalam Ritzer, (1992 ) dan Bryman, (1988).

  1. Kuhn menekankan kesatuan metode ilmiah, di mana semua metode ilmiah bertujuan pada generalisasi.
  2. Kuhn mendorong peneliti buat menolak teknik-teknik nan tak ilmiah.
  3. Kuhn mendorong peneliti buat menggunakan indikator-indikator konduite nan tampak buat mengetahui apa nan sedang berlangsung dalam benak para pelaku.
  4. Kuhn lebih menyukai metode ilmiah tradisional dengan menggunakan variabel-variabel dan definisi-definisi operasional nan diteliti.
  5. Kuhn lebih cenderung berpikir dalam kerangka nan lebih tidak aktif dan berstruktur baik dalam pentahapan proses penelitian atau pun instrumen pengumulan data nan dipergunakan.
  6. Peneliti cenderung melihat empiris sosial sebagai suatu wujud statis, nan telah jadi dan dapat diamati pada waktu tertentu.
  7. Peneliti cenderung terfokus dalam usaha inovasi “kebenaran”, atau the truth , nan berlaku generik buat kenyataan nan diteliti.
  8. Hubungan teori dengan data empirik ialah data empirik memberi konfirmasi bagi teori.
  9. Dalam analisis data, dipergunakan single level analysis (hanya pada level individu saja, atau komunitas saja).


Bagaimana Penerapan Praktis Metode Ilmiah

Kita juga dapat mengambil contoh langsung terhadap metode ilmiah-nya, dari penelitian tentang wayang, karya Yopie Nugraha. Ia ialah seorang sarjana ilmu komunikasi. Dalam penelitiannya, menggunakan pendekatan kualitatif dan pisau bedah etnografi.

Sebagaimana dalam Lexy Moleong: Pada dasarnya, penelitian kualitatif ialah penelitian nan bermaksud buat memahami kenyataan tentang apa nan dialami oleh subjek penelitian, misalnya pelaku dan lain-lain, secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks spesifik nan alamiah dengan memanfaatkan beberapa metode ilmiah (Moleong, 2004).

Selanjutnya, dalam kontruksi contoh metode ilmiah sebagaimana karya dari Yopie Nugraha di bawah ini.



1. Judul

Konstruksi Komunikatif Dalang Pada Era Modern.



2. Latar Belakang Masalah

Pada contoh metode ilmiah ini, penulis memberikan latar belakang masalah “Dalang dalam global pewayangan diartikan sebagai seseorang nan mempunyai keahlian spesifik memainkan boneka wayang (ndalang). Keahlian nan diperoleh dari talenta turun - temurun dari leluhurnya. Atau belajar secara formal.”



3. Identitifikasi Masalah

Identitifikasi masalah, atau juga disebut sebagai perumusan masalah, pokok bahasan, dan sebagainya. Dengan mengidentifikasikan beberapa permasalahan, sebagai berikut :

  1. Bagaimana makna situasi komunikatif pewayangan pada era modern.
  2. Bagaimana makna peristiwa komunikatif pewayangan pada era modern.
  3. Bagaimana makna tindak komunikatif pewayangan pada era modern.


4. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian nan dipakai ialah kualitatif, deskriptif, menggambarkan empiris nan kompleks, peneliti sebagai intrumen.



5. Teori

Teori nan dipakai yakni Etnografi sebagai ilmu pengetahuan nan menguraikan atau melukiskan segala sesuatu. Dengan kekhususan: Etnografi Komunikasi membangun suatu pengertian nan sistematik mengenai semua kebudayaan manusia dan perspektif orang.



6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data nan dikumpulkan penulis dalam penelitian didapat dengan menggunakan teknik-teknik:

a. Teknik Obsevasi Partisipasi

Pengamatan dilakukan tanpa dan dengan partisipasi peneliti. Mengamati sambil berpartisipasi bisa menghasilkan data nan lebih banyak, lebih mendalam, dan lebih terinci. Observasi dilakukan pada wilayah penelitian nan meliputi seluruh lokasi, loka subjek penelitian melakukan aktivitas kesehariannya. Hasil pengamatan dicatat dalam suatu laporan harian dan selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil-hasil observasi tersebut.

b. Wawancara Terbuka dan Mendalam

Untuk melengkapi data dalam upaya memperoleh data nan seksama tentang penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan informan. Menurut Guba, wawancara dilakukan buat mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. (Moleong, 2000:135)

Cara melakukan wawancara ialah mengikuti saran Moustakas bahwa “ The Phenomenological interview involves an informal, interactive process and utilizies open-ended comment and questions ” (Moustakas, 1994:114)

c. Studi Kepustakaan

Dilakukan dengan jalan mengumpulkan berbagai informasi seputar masalah nan dikaji. Lalu, dicari titik ketersinggungannya dengan empiris nan diamati. Penelusuran informasi lebih lanjut membantu peneliti dalam menganalisis masalah.

d. Observasi

Yaitu teknik di mana orang melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau kenyataan nan diselidiki.

e.Instrumen Penelitian

Manusia sebagai informan Adalah alat bantu atau instrumen dalam penelitian ini. Instrumen penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat mengumpulkan data, seperti tes pada penelitian kualitatif.



7. Teknis Analisis Data

Pada teknis analisis data, penulis akan memberikan rangkuman tentang tata cara melakukan analisis terhadap data nan telah digali. Cara penyampaian kembali, penyusunan kerangka pemikirannya, dan akhirnya memberikan kesimpulan.

Dalam hal ini, penulis menyimpulkan sementara dari data pembuka, bahwa wayang ialah global bayang-bayang hiperrealitas nan bukan dikuasai oleh sang dalang. Namun sebaliknya, sang dalang nan dikuasai oleh kontruksi lakon wayangnya.



8. Organisasi Karangan

Organisasi karangan merupakan cara penulis buat membentuk idenya secara runut, tersusun, dan memiliki kerangka nan teroganisir. Berikut ini organisasi karangannya:

a. Bab I Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, restriksi masalah, kerangka pemikiran, metode penelitian dan pendekatan, teknik pengumpulan data, serta organisasi karangan.

b. Bab II Tinjauan Teoritis

Berisi mengenai jajak literatur dari masalah, metode, dan obyek penelitian.

c. Bab III Metodologi dan Subjek Penelitian

Dalam bab ini penulis menyajikan pembahasan teori Etnografi Komunikasi sebagai penelitian kualitatif dan memahami proses pemaknaan dalang terhadap Audiensinya.

d. Bab IV Pembahasan

Bab ini menguraikan dan membahas segala hasil nan diperoleh dari penelitian nan bertajuk tentang permasalahan objek nan diteliti, berdasarkan pendekatan Etnografi Komunikasi dalam menganalisis kebudayaan “konstruksi Komunikatif dalang ditengah era modern”.

e. Bab V Epilog

Meliputi konklusi dari analisis nan telah dilaksanakan. Selain itu, penulis juga memaparkan saran-saran nan kiranya bisa bermanfaat dalam tataran praktis maupun teoritis.

Demikianlah contoh metode ilmiah nan diterapkan pada Ilmu sosial, berserta dengan kelengkapan teoretis dan praktisnya.