Contoh Catatan Kaki

Contoh Catatan Kaki

Catatan kaki tidak hanya dapat dijumpai pada tulisan, laporan ilmiah, ataupun buku-buku teks. Tapi juga dapat dilihat pada naskah-naskah narasi karya fiksi. Catatan kaki merujuk pada pengertian tentang sejumlah keterangan atau informasi penjelas sebuah gambaran nan ditulis di bagian akhir setiap halaman atau pada bab terakhir sebuah tulisan ilmiah.

Catatan kaki diperlukan tak semata buat memperjelas sebuah gambaran di atas, baik sebab mengandung istilah ilmiah atau sebuah kutipan secara utuh dari karya ilmiah lainnya. Namun juga dapat menjadi acum nan akan memudahkan penulis ketika akan menyusun daftar bacaan. Untuk menyamakan pengertian bahwa catatan tambahan itu ialah sebuah footnote , maka telah ditentukan teknis-teknis penulisan nan merupakan kesepakatan bersama di seluruh dunia.

Dengan demikian, apabila Anda ingin menulis footnote ketika menulis sebuah artikel atau menulis buku, harus mengikuti ketentuan-ketentuan teknis. Agar dipahami bahwa nan Anda maksudkan itu ialah sebuah keterangan atau informasi penjelas sebuah gambaran di atasnya.

Pada buku nan telah dicetak oleh mesin modern atau mengetik menggunakan piranti lunak word processing , penulisan catatan kaki telah sedemikian rupa disiapkan pada sebuah sistem. Sehingga bentuk tulisan dan persyaratan teknis lainnya telah tersedia. Seorang penulis nan akan menulis catatan kaki tinggal mengeklik tab ' references ', kemudian klik ' insert footnote ', maka sebuah catatan kaki telah siap dituliskan.

Penampilan catatan kaki secara otomatis ini mengikuti pengaturan penulisan keterangan, seperti dicetak dengan huruf kecil. Bila keterangan itu diambil dari halaman internet, dapat ditambahkan halaman situs nan menjadi rujukan. Sehingga memudahkan kepada pembaca nan ingin mengakses secara utuh sumber tulisan nan dimaksud.

Dengan adanya sebuah catatan kaki, tentu saja akan sangat membantu dan memudahkan para pembaca buat lebih jelas mendapat pengertian dari sebuah paparan. Atau buat mengetahui sumber acum ketika penulis mengemukakan penjelasannya.

Ketika belum ada word processing , penulisan catatan kaki memang cukup merepotkan bagi penulis. Karena harus mengatur dan menyediakan ruang buat penulisannya. Di samping itu juga, penulisan footnote ini menjadi sangat merepotkan sebab harus menuliskanya dengan ukuran huruf nan lebih kecil.

Namun demikian, setelah ada word processing nan di dalamnya terdapat sistem nan secara otomatis mengatur penulisan sebuah footnote dengan ketentuan teknis nan merupakan pelaksanaan dari kesepakatan internasional, penulis hanya cukup mengikuti tahapan agar dapat menggunakan fitur ini. Sungguh sebuah kemudahan lain dalam hal penulisan footnote .



Cara Penulisan Catatan Kaki

Telah disepakati bersama secara dunia bahwa ketika akan menuliskan catatan kaki atau footnote ada peraturan dan teknis-teknis tertentu. Sehingga akan memudahkan pembaca dan peneliti tulisan.

Apabila footnote itu merupakan kutipan nan diambil dari sebuah buku dan kita akan menuliskan sumber tulisan tersebut, maka teknis menuliskannya diawali dengan nama pengarang, judul buku lengkap nan ditulis dengan huruf besar dan dicetak miring, nomor seri buku, jilid penerbitan, nomor cetakan, kota penerbit diikuti dengan titik dua, lalu diikuti dengan nama penerbit dan tahun penerbitan. Semua urutan cara penulisan kutipan tersebut diikuti atau dipisahkan dengan tanda koma.

Cara penulisan footnote untuk artikel nan diambil dari sebuah koran, majalah, atau media lainnya, keterangan cuplikan dan keterangan dimulai dengan menulis nama penulis, judul tulisan, dan media nan mempublikasikannya. Yang antara lain, nama media, tanggal penerbit, nomor terbit, dan tahun terbit. Ini akan sangat memudahkan pembaca nan akan menelusuri sumber tulisan nan menjadi acum tersebut.

Ketika menulis sebuah artikel atau menulis buku, tak menutup kemungkinan sebuah sumber tulisan apakah itu artikel dari media cetak, artikel dari media online , buku, dan sumber lainnya dikutip buat beberapa kali dalam satu lembar halaman. Maka penulisan footnote buat kedua dan seterusnya cukup ditulis “ibi”, yaitu kependekan dari ibidum, yang artinya sama persis dengan cuplikan di atasnya.

Namun, apabila sumber tadi telah ditambah dengan sumber lain, maka menuliskan footnote -nya cukup dengan op.cit, yaitu singkatan dari opere citato . Dan apabila sumber itu dari majalah atau media cetak lainnya namun telah ditambahkan sumber lain, ketika Anda akan menuliskan footnote , cukup dituliskan dengan tulisan loc.cit yaitu singkatan dari loco citato .

Hal lain nan perlu diperhatikan ketika Anda akan menuliskan sebuah footnote adalah, antara catatan kaki dan tulisan dalam satu halaman nan sama dipisahkan dengan satu garis sepanjang empat belas karakter. Letak garis pembatas footnote ini ialah berjarak empat spasi dari teks terakhir di halaman nan sama. Namun, apabila Anda menulis dengan komputer dan menggunakan word processing , maka ketentuan teknis ini tak perlu diperhatikan lagi sebab sistem telah mengatur secara otomatis.

Dalam penulisan footnote juga harus memperhatikan hal-hal lain. Seperti, setiap footnote diberi nomor dan ditulis dengan mengunakan jeda spasi tunggal. Apabila cuplikan lebih dari satu baris, maka baris berikutnya ditulis di bawah cuplikan baris pertama dengan jeda satu spasi. Begitu pula ketika cuplikan itu cukup panjang sehingga memerlukan belasan baris. Jangan sekali-kali cuplikan ini menyeberang ke halaman berikutnya.

Namun, semua ketentuan ini tak akan memusingkan Anda ketika menuliskan footnote dengan menggunakan word processing. Karena sistem telah menyediakan secara otomatis dan akan mengatur semua itu dengan ketentuan teknis nan benar.



Contoh Catatan Kaki

Beberapa contoh cuplikan penggunaan footnote di bawah ini akan lebih memperjelas keterangan dan ketentuan teknis seperti dijelaskan sebelumnya.

RINTIK HUJAN DI BANDUNG UTARA

*)Cerita Pendek : Enang Rokajat Asura (Mingguan Mutiara No. 768, 11-17 Juli 1995)

Satu sendok terakhir. Hup. Pri tersenyum puas. Disodorkannya mangkok kosong itu. Perut nan tadi keroncongan, terisi sudah. Hujan turun sejak pagi membuat perut mudah lapar. Bandung Utara benar-benar basah kini.

Ketika Pri bangkit dan hendak meninggalkan jongko, seorang gelandangan melemparkan kerikil tepat ke kakinya. Pri menoleh. Dasar pengemis tidak tahu diri, umpat Pri. Diapun benar-benar ngeloyor menembus rintik hujan.

Tapi baru beberapa langkah, sebuah kerikil lain hinggap di pundak. Pluk ! Pri berang kini.

"Mau apa kau ?! Main lempar seenak perut !""Aku lapar, Mitra ! Beri tahu tukang bakso itu, daripada residu kuah dibuang, kenapa tak diberikan saja padaku."

kata pengemis itu seraya menatap tajam. Berani juga dia menatap, bisik Pri. Ketika Pri ingat kata-kata pengemis tadi, dahinya mengernyit. Kawan? Permainan apalagi ini. Seorang pengemis memanggilku kawan. Apa saya pantas jadi mitra pengemis?

Cih. Samasekali tidak pernah terpikir oleh Pri, siapa sesungguhnya pengemis itu. Atau barangkali sebuah pikiran bodoh, kalau sampai menaruh belas kasihan hiperbola kepada seorang pengemis. Hingga Pri benar-benar tidak pernah terlintas buat berpikiran macam-macam, kecuali sebatas kecurigaan sebab disebut kawan.

--------------

1) Mingguan Mutiara No. 768, 11-17 Juli 1995 halaman 6

Coba perhatikan contoh penulisan catatan kaki nan diambil dari novel sejarah “ Ratu Harisbaya Bersuami Dua Raja: Kemelut Cinta Di antara 2 Kerajaan Sumedang Larang Dan Cirebon ” berikut.

Nyai Mas Ratu Inten mengiyakan. Itu pula nan hari-hari belakangan ini selalu dipikirkan, terutama sepulangnya sang putra dari Pajang.

Hanya saja pernikahan seorang putra mahkota tak dapat dibilang sederhana. Sumedang Larang punya banyak kolega, apa jadinya jika menikahkan putra mahkota tapi tak memberi bewara. (11)

Pernikahan seorang putra calon penerima tahta Kerajaan Sumedang Larang sejatinya mencerminkan kekuatan dan kekuasaan. Setidak-tidaknya negeri seperti Caruban, Surosowan dan Pakuan harus menerima bewara langsung dari utusan resmi kerajaan, bukan justru mendengar kabar angin atau dibawa para pedagang nan akan berniaga lintas negeri.

--------------

(11) Pemberitahuan (bahasa Sunda-pen). Biasanya ada seorang petugas spesifik nan berkeliling kampung memberitahukan tentang hal-hal krusial nan harus diketahui oleh masyarakat. Dalam acara-acara tertentu, Ki Lengser merupakan representasi dari tugas penyampai warta ini.

***

Semoga informasi mengenai catatan kaki ini bermanfaat.