Resensi Film The Ring

Resensi Film The Ring

Jika Anda ialah penggemar film horor, maka niscaya menyukai film horor protesis Hollywood nan satu ini. Judulnya ialah The Ring, nan selesai diproduksi dan tayang pada tahun 2002. Film ini sebenarnya terinspirasi dari sebuah film horor protesis Jepang nan berjudul hampir sama, yaitu 'Ringu'. Saking suksesnya menakuti para penonton di Jepang, maka produser film Hollywood pun berminat mengadaptasinya dengan jalan cerita nan hampir persis sama.

Saat diputar pertama kali di bioskop-bioskop Amerika, syahdan film The Ring mampu membuat penonton di sana shock dengan horor gaya Jepang tersebut. Memang film ini diakui berbeda dengan gaya film horor Amerika sebelumnya, misalnya pada film ' I Know What You did Last Summer ' nan juga berhasil di pasaran.

The Ring memang menghadirkan juga tokoh hantu nan getol balas dendam dan membunuh. Namun tak sesadis dan berdarah-darah seperti thriller horor ala Hollywood sebelumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan film horor Indonesia nan hantunya narsis abis alias getol muncul memaerkan keseraman wajahnya.

Walau demikian, ketegangan nan tercipta pada film ini dapat membuat penonton takut dan trauma. Anda ingin tahu jalan ceritanya? Silahkan simak dalam sinopsis berikut ini;



Sinopsis Film The Ring

Sebenarnya pada awal melihat judul, penonton akan menebak bahwa film The Ring ini niscaya akan menampilkan sebuah cincin nan terkutuk, cincin nan menyeramkan, atau sesuatu nan berbau cincin. Namun ternyata tebakan penonton salah, karena film ini tak sama sekali menceritakan tentang kisah sebuah cincin.

Malahan film protesis DreamWorks ini menceritakan tentang sebuah kaset video terkutuk nan merekam sebuah lokasi nan menyeramkan. Siapa saja nan melihat rekaman tersebut, maka akan terkena kutukan dari seorang wanita bernama Samara Morgan.
Mereka, para korban nan tidak tahu apa-apa dan hanya melihat rekaman video terkutuk tersebut biasanya hanya punya waktu 7 hari sebelum wafat secara mengenaskan dan misterius.

Awal kisah, 2 orang remaja putri bernama Kattie dan Becca sedang bertukar kisah aneh nan mereka alami setelah pulang dari liburan di pondok penginapan. Mereka mengaku mendapat telepon misterius dari seorang bocah perempuan.

Bocah itu memperingatkan bahwa waktu mereka hanya tinggal 7 hari lagi buat hidup. Telepon itu terdengar setelah mereka menonton sebuah video di penginapan tersebut. Lalu adegan horor pun terjadi, Kattie meninggal misterius disusul temannya.

Rachel, sang tokoh utama, mendapat kabar bahwa sepupunya nan tinggal di sebelah rumahnya meninggal tiba-tiba, jadi curiga . Rachel curiga karena ternyata teman-teman sang sepupu juga meninggal dengan waktu nan hampir bersamaan. Mereka meninggal setelah pulang dari berlibur ke sebuah pondok penginapan nan bernama Shelter Mountain Hill di suatu lokasi.

Sebagai seorang wartawan, Rachel terpancing insting menyelidiknya, dan lantas pergi ke pondok penginapan tersebut. Singkat cerita, ia menonton juga video terkutuk itu, dan terancam meninggal dalam 7 hari ke depan.

Berpacu dengan waktu, Rachel akhirnya meminta donasi kekasihnya nan bernama Noah (diperankan Martin Henderson). Ia minta donasi buat mengungkap apa nan ada dalam rekaman kaset video tersebut hingga membuat sepupu dan teman-temannya meninggal dunia. Noah menyanggupi buat memeriksa video tersebut, dan turut menonton juga. Seperti dapat ditebak, Noah pun terancam meninggal pada 7 hari ke depan.

Berpacu dengan waktu kematiannya sendiri, mereka berdua berusaha mematahkan kutukan dan memecahkan rahasia nan terdapat dalam video itu. Mereka melihat ke estimasi lokasi di mana gambar dalam video diambil.

Mereka mencari tahu tentang kisah di sana, sampai akhirnya mereka mengikuti petunjuk ke sebuah rumah sakit jiwa. Loka seorang korban video terkutuk tersebut tak meninggal, namun jadi gila. Sampai akhirnya mereka berdua sukses dengan donasi Aidan, anak Rachel.

Aidan dirasuki arwah seorang gadis kecil bernama Samara Morgan dan mengucapkan beberapa kata nan mengungkap jati dirinya.
Tepat di saat Rachel sukses mengetahui nama si hantu pembunuh itu, Noah wafat sebab melihat sesosok wanita keluar dari televisi nan memutar rekaman video maut. Rachel nan berusaha menelpon buat memperingatkan Noah terlambat.

Jadilah Rachel harus seorang diri mematahkan kutukan video maut.
Samara Morgan ternyata ialah seorang anak nan memiliki penyakit terbelakang mental. Ia dibuang ke dalam sebuah sumur. Ia menderita selama 7 hari dalam sumur tersebut sebelum akhirnya wafat mengenaskan. Sejak itu, Samara selalu bergentayangan menghantui dengan menggunakan rekaman video.

Film The Ring sampai ke ketegangan puncak dengan adegan Rachel nan sukses membebaskan arwah Samara dari sumur seram itu.
Namun kutukan ternyata tak berhenti sampai di situ. Walau Rachel sukses lolos dari maut, ternyata Aidan, anaknya pun tidak sengaja menonton video terkutuk itu. Film pun ditutup dengan ending menggantung. Rencananya, dalam sekuel The Ring ke 2 akan dikisahkan bagaimana Aidan berjuang melawan kutukan video maut itu.



Resensi Film The Ring

Film nan digarap oleh pengarah adegan Gore Verbinsky ini syahdan mampu meraup laba berlipat bagi kocek produsernya. Biaya produksi buat film horor nan tak menggunakan seniman dan aktor terkenal sebagai bintangnya. Ini hanya separuh dari biaya pembuatan film bagus di Hollywood.

Namun keuntungannya 2 kali lipat hanya dari penonton di Amerika saja. Belum termasuk hasil dari penjualan tiket dan VCD nan dijual di negara-negara lain. Ini menandakan bahwa minat penonton buat menyaksikan film horor aliran baru masih tinggi.

Kekurangan dari film ini mungkin sebab miskinnya ide baru nan ditambahkan dalam pembuatannya. Walau memang niat produsernya ialah mengadaptasi dari film horor Jepang 'Ringu', namun tidak berarti jalan cerita semuanya menjadi sama, bukan? Sosok hantu Samara pun ialah kembaran Sadako, si hantu dalam 'Ringu'.

Ketegangan nan timbul dari film ini sebagian besar ialah dampak rasa penasaran nan sengaja ditimbulkan buat mengetahui misteri apa nan terdapat di dalam video tersebut. Bukan dari sosok hantu Samara Morgan nan begitu menyeramkan, atau narsis sering menampakkan diri.

Tidak seperti dalam film horor produksi Indonesia. Ketegangan dan ketakutan seperti sengaja ditimbulkan dari sosok hantunya sendiri. Padahal saking terbiasanya melihat sosok hantu di film Indonesia nan berlebihan, sosok Samara jadi tak terasa serem lagi.

Tapi jika dibandingkan dengan jawara film horor Indonesia 'Jaelangkung', sepertinya The Ring masih setingkat lebih rendah. 'Jaelangkung' unggul di cara pengambilan gambar nan mengundang sensasi misterius dan seram. Jalan cerita tidak terduga dari 'Jaelangkung' pun membuat penonton masih penasaran sampai akhir cerita.

Tak heran kalau film nan digarap oleh sineas muda Indonesia itu pun kabarnya sempat akan diadaptasi oleh Hollywood menjadi sebuah film horor thriller juga. Namun entah kapan akan diwujudkan.
Tema horor ialah salah satu tema dalam film nan mempunyai segmen penggemar tersendiri.

Oleh sebab itu, berhasil nan dicapai 'The Ring' dalam mendapatkan laba besar dan perhatian penonton ialah hal nan wajar. Bahkan, sekuel film tersebut sedang dipersiapkan demi memuaskan rasa penasaran penggemarnya.