Bagaimana Cara Menulis Cerpen?

Bagaimana Cara Menulis Cerpen?

Dalam global sastra dan kepenulisan, cerpen afeksi sering dikenal dengan genre atau aliran roman. Sebuah cerita nan menggambarkan tentang persahabatan, cinta, pengkhianatan, perselingkuhan, kecemburuan dan juga kasih sayang. Cerpen afeksi ini sering kita jumpai di majalah-majalah remaja nan beredar di tanah air.

Biasanya, cerita berangkat dari kejadian atau peristiwa keseharian dalam hidup. Dengan demikian cerita nan ada di dalamnya biasanya juga cerita nan realistis, tak terlalu banyak khayalan nan sering muncul dalam sastra-sastra serius. Bahasanya juga sangat populer sehingga mudah dipahami oleh pembaca.



Wawasan Bahasa

Ribuan karya sastra telah ditulis orang di seluruh dunia, baik dalam bentuk novel, puisi, maupun cerita pendek. Jika kita cermati, dari seluruh sejarah penulisan karya sastra, nyaris tidak satupun penggarapan nan baru dari segi tema.

Kemanusiaan, cinta keadilan, kebenaran, dan seribu satu macam kisah anak manusia nan berhubungan dengan itu, ialah inti tema nan selalu digarap ulang oleh setiap pengarang di seluruh dunia. Tidak pernah jenuh dan bosan. Dalam arti kata, secara tematik, materi karya sastra pada dasarnya telah habis.

Lantas pertanyaannya, di manakah letak kreativitas? Bukankah kreativitas selalu mempersyaratkan pencarian? Dan pencarian, tentu saja meletakkan padang-padang perburuan pada sesuatu nan baru. Sesuatu nan belum pernah digarap, atau diketemukan orang.

Salah satu jawaban paling menarik tentang kenapa para penulis selalu tertantang buat menulis hal serupa pada setiap kurun waktu: bahasa.Hukum-hukum penulisan prosa seperti alur, latar, penokohan, ketegangan, sejungkir balik apapun ia telah memiliki ketetapan teori nan baku. Begitupun hal nan menyangkut teknik bercerita. Akan tetapi, lewat bahasa, setiap karya nan baik akan selalu menemukan kreativitasnya.

Lewat bahasa, ia menemukan muara pencerahan, sebuah sosok misterius nan selalu menggetarkan dan menggemparkan emosi pembacanya. Carmina vel coelo possunt deducere lunam (pun sajak-sajak bisa membuat bulan turun dari langit), begitulah adagium dari sejarah filsafat tentang bahasa mengatakan.

Adalah dangkal menyamakan karya-karya sastra nan lahir kemudian dengan estetika Al-Qur’an nan merupakan mukjizat nan tak tertandingi. Akan tetapi, pelajaran terpenting nan dapat kita petik ialah bagaimana setiap penulis selalu sadar akan pilihan setiap kata, frase, dan rangkaian kalimat serta ungkapan-ungkapan nan dipergunakan.

Kecermatan dalam memilih kata, frase, dan kalimat baik di dalam prosa maupun puisi, akan sangat menentukan keberhasilan karya nan dibangun. Sebuah contoh sederhana misalnya, bagaimana dapat kita dibandingkan ungkapan kasar “kita niscaya mati” dengan estetika ungkapan “maut menabung kita detik demi detik”, meski pada dasarnya secara semantik maknanya sama?

Atau “matahari terbit sangat cerah” dengan “matahari terbit seperti ketika pertama kali diciptakan”. Pilihan atas judul, percakapan kalimat dalam dialog, juga ungkapan pemaparan, merupakan ladang menggetarkan setiap pengarang, meskipun tema nan digarap selalu nan itu-itu saja.



Wawasan Imajinasi

Hampir seluruh agama besar di muka bumi ini menempatkan kata sebagai awal mula proses penciptaan. Dalam Kitab Perjanjian Baru misalnya, disebutkan, “Pada mulanya ialah kata. Dan kata menjadi sabda (Tuhan)”.

Dalam filsafat Wedanta, juga orang-orang Yogi Hindu di India, amat percaya bahwa kata ialah cahaya, maka ketika cahaya itu tersembul, seluruh kreasi akan terwujud, hingga dalam tradisi keberagamaan mereka, dikenal Tuhan-Kata atau Tuhan-Suara.

Kata-kata keramat dihormati dan diyakini kebenarannya oleh kaum Semit, Yahudi, serta Zorooaster. Sedangkan Islam sendiri, ungkapan kata kun fayakun (Jadilah! Maka jadilah ia) telah menandai proses awal mulanya penciptaan seluruh kehidupan hingga sekarang.

Kata, nan dalam konsepnya kemudian menjadi bahasa, pada akhirnya selalu menandai setiap babak-babak terpenting dari revolusi kebudayaan manusia. Dengan bahasa orang berpikir. Dengan bahasa orang merasa. Pikiran dan perasaan diekspresikan dengan bahasa.

Pikiran, perasaan, bahasa ialah milik hakikat manusia, nan membedakannya dengan binatang. Binatang mengekspresikan seluruh perasaannya melulu dikendalikan oleh insting instingtif.

Sedangkan manusia seluruh perasaannya dikendalikan oleh pikiran. Dengan perasaan nan dikendalikan oleh pikiran itulah, manusia mengembangkan imajinasi, dan mewujudkanya menjadi berbagai macam penemuan.

Imajinasi, itulah kekuatan luar biasa nan menjadikan manusia berada pada kondisi saat sekarang ini. Luapan imajinasi, terutama nan dituangkan dalam bentuk seni, seperti seni sastra, seringkali jauh melampaui zamannya.

Jauh sebelum ada kapal selam dan pesawat terbang, juga pesawat luar angkasa, Jules Verne telah memproyeksikan inovasi baru itu dalam novelnya, 20.000 Mil di Bawah permukaan Laut, Mengelilingi Global dalam 80 Hari, dan Perjalanan ke Bulan, nan pada saat karya itu diciptakan dianggap mustahil.

Dari tangan khayalan seorang penyair Muhammad Iqbal, nan ia tuangkan seluruh impiannya ke dalam sajak-sajaknya, lahirlah sebuah negara Islam nan bernama Pakistan.

Terlalu banyak kemajuan dan ilmu pengetahuan, diawali oleh kebebasan berimajinasi seorang seniman. Pada tahun 1932, Aldus Huxley menulis sebuah novel berjudul Brave New World, sebuah buku nan menggemparkan masyarakat Inggris lantaran imajinasinya nan sinting.

Huxley menulis dengan mengandalkan sebuah koloni manusia nan tak “dilahirkan”, tetapi ‘diproduksi” secara massal sinkron dengan kebutuhan jenis pekerjaan, postur tubuh, dan taraf intelegensia tertentu.

Embrio-embrio dibibitkan dalam sebuah laboratorium, dalam sebuah tabung. Sperma dan ovum buat syarat pembuahan dikumpulkan dan dipilih, kemudian diawetkan di pusat pembibitan nan dinamakan Central London Hatchery and Conditioning Centre. Lalu apa nan terjadi?

Lima puluh enam tahun kemudian, pada tahun 1988, bayi tabung kedua lahir di Indonesia. Empat tahun setelah itu, majalah Tempo edisi 29 Februari 1992 memberitakan kelahiran sejumlah bayi hasil rekayasa genetika dalam tabung.

Hasil rekayasa itu terjadi dengan sperma nan bukan berasal dari suami-suami mereka, tetapi dari dokter-dokter nan “memproduksinya”. Kemudian pada awal abad ini, teknologi kloning manusia semakin mengancam, dan mengarah pada kenyataan.



Bagaimana Cara Menulis Cerpen?

Menulis cerpen kasih sayang dapat dibilang gampang-gampang susah. Tapi, bagi para penulis pemula semua itu dapat dipelajari. Yang terpenting dalam pikiran kita sudah ada tema apa nan ingin diangkat.

Nanti, ketika kita mulai menuliskannya, akan banyak ide-ide nan muncul nan sebelumnya mungkin belum sempat atau bahkan belum pernah terpikirkan. Jadi, buat dapat menulis cerpen kasih sayang , jangan muluk-muluk dulu diangan-angan. Yang paling krusial justru mulailah buat segera menulis. Yakinlah, cerita itu akan mengalir dengan sendirinya.



Tips dan Trik

Ada beberapa tips dan trik menulis cerpen kasih sayang. Diantaranya sebagai berikut:



1. Temukan Ide Cerita

Ide cerita dapat Anda dapatkan dari mana-mana. Dapat dari pengalaman keseharian diri sendiri, pengalaman orang lain atau dapat didapatkan misalnya setelah menonton warta televisi, mendengarkan radio dll.

Tentu saja, ide cerita tersebut tak harus sama persis dengan kejadian atau peristiwa. Layaknya sebuah cerita, diperbolehkan bahkan dianjurkan buat membumbuinya dengan imajinasi. Tentu saja, khayalan nan sejalan dengan logika (logis) bukan khayalan nan asal-asalan dan diluar jangkauan nalar manusia.



2. Mulailah Menulis

Ya jangan tunda buat menulis agar ide cerita itu tidak menguap, hilang dari ingatan. Mungkin, masih belum cukup data atau belum jelas kemana cerita nantinya akan berujung. Tapi yakinlah dengan segera menulis dan terus menulis, cerita akan terbentuk dengan sendirinya. Kadang bahkan cerita tidak terbayangkan sebelumnya. Itulah keajaiban dalam menulis nan sering didapatkan oleh seorang penulis.



3. Selesaikan Sampai Tuntas

Benar, ketika menulis jangan berpikir buat mengedit. Menulislah terus. Dalam kaidah teknik kepenulisan, ini nan dianjurkan yaitu pergunakan otak kanan dulu, bebas menulis tanpa perlu berpikir atau mengedit nan sering dimainkan oleh otak kiri.



4. Lakukan Editing

Nah, setelah rampung barulah diedit. Benahi alur cerita, benahi penggunakaan ejaan nan benar, begitu juga edit kata-kata atau kalimat nan salah. Termasuk juga benahi kesalahan ketik dalam naskah tersebut.



5. Kirim ke Media

Kalau sudah lalu apa? Ya benar, kirimkan cerita itu ke media. Dapat media cetak atau situs internet, harapannya Anda dapat mendapatkan honor (uang) ketika tulisan tersebut dimuat. Kalau hanya ingin dibaca orang, publikasikan cerita afeksi tersebut dalam blog (jurnal) pribadi Anda.



6. Jangan Cepat Puas

Seorang penulis jangan pernah memelihara rasa cepat puas. Terus asah kemampuan Anda dalam menulis cerpen. Dengan begitu Anda dapat menjaga mood menulis dan menuangkan ide segar ke dalam cerita. Demikian beberapa hal terkait dengan bagaimana menulis cerita kasih sayang. Semoga bermanfaat bagi Anda semua.