Idealisme Bekerja di Pertamina EP

Idealisme Bekerja di Pertamina EP

Sudah generik diketahui bahwa menjadi pegawai BUMN, itu berarti punya masa depan ‘terjamin’. Punya gaji bulanan nan tinggi, insentif tahunan menggiurkan, serta agunan hari tua. Jadi, menjadi pegawai BUMN ialah impian sebagian besar lulusan dalam maupun luar negeri. Dan dari semua BUMN nan ada, Pertamina EP ialah salah satu sasaran primer para pencari kerja ( job seeker ) di Indonesia.



Alasan Bekerja di Pertamina EP

Ini wajar saja sebab selain status BUMN nan dimilikinya, Pertamina EP juga merupakan BUMN high class . Sebagai anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero), Pertamina EP termasuk ‘lahan basah’ bagi para job seeker nan tergiur dengan besaran gaji bagi pekerjanya. Tidak mengherankan setiap ada job fair atau pengumuman lowongan kerja di Pertamina EP, selalu dipadati oleh para job seeker .

Kompensasi nan diberikan bagi pegawai di Pertamina EP, memang di atas rata-rata BUMN atau perusahaan lainnya. Untuk taraf fresh graduate saja ( level lower ), gaji setiap bulan berkisar antara 4 juta - 8 juta rupiah. Jumlah nan terbilang fantastis bila dibanding dengan mereka nan bekerja dihitung dari baku upah minimum regional (UMR), nan berkisar antara 1 juta - 1,5 juta rupiah.

Itu belum termasuk berbagai insentif nan diberikan oleh Pertamina EP kepada para pegawainya. Mulai dari insentif tahunan nan biasanya diberikan sebanyak dua kali dalam satu tahun, insentif pencapaian prestasi dan tunjangan hari raya (THR) nan senilai satu kali gaji bulanan. Dapat dibayangkan bagaimana dengan pegawai Pertamina EP di level middle atau high (level pejabat). Tentunya mencapai puluhan hingga ratusan juta. Benar-benar sangat menggiurkan buat bisa bekerja di perusahaan pemerintah ini.

Selain itu, di mata sebagian besar masyarakat Indonesia, bekerja di Pertamina EP punya nilai martabat (gengsi) nan tinggi. Sebagai satu-satunya perusahaan negara nan mengelola pertambangan minyak dan gas bumi, Pertamina EP memiliki gambaran positif di masyarakat. Ada nilai lebih bagi mereka nan berkesempatan buat bekerja di perusahaan negara tersebut.

Sebut saja ada dua orang, nan satunya bekerja di Pertamina EP, satunya lagi di perusahaan swasta. Katakanlah kedua orang tersebut punya besaran gaji nan sama jumlahnya dan jenjang karir sama-sama menjanjikan. Namun, di mata masyarakat, orang nan bekerja di Pertamina EP akan lebih dihargai dan dihormati dibanding nan bekerja di perusahaan swasta.

Terlepas apakah pandangan ini tepat atau tidak, tapi hal seperti itulah yanag ada di benak sebagian besar masyarakat Indonesia. Sehingga bekerja di Pertamina EP jadi impian dan obsesi bagi mereka nan terpikat oleh tawaran gaji selangit dan gambaran positif di mata masyarakat. Berduyun-duyun, mereka mencoba kemampuan dan keberuntungan buat bisa bekerja di Pertamina EP.

Sekilas, kedua alasan tersebut (besaran gaji dan gambaran positif) sangat bersifat materialis dan pragmatis. Bekerja hanya sebab motivasi jumlah uang nan besar dan penghargaan sosial dari masyarakat. Ini membuat mereka nan punya idealisme tinggi, merasakan ketidaknyamanan ketika hendak bekerja di Pertamina EP.

Bukankah bekerja tidak sekadar berburu bayaran atau gaji nan tinggi? Tapi bekerja ialah wahana mengaktualisasikan kemampuan diri. Kalau pun bayaran nan tinggi dan penghargaan positif dari masyarakat, itu hanyalah imbas dari pekerjaan tersebut. Bukan menjadi tujuan. Hal itu nan ada di benak para job seeker idealis.

Pandangan para job seeker idealis ini ada benarnya. Namun, menganggap bekerja di Pertamina EP hanya termotivasi oleh alasan materialis dan pragmatis, tak sepenuhnya tepat. Apalagi sampai menolak bekerja di Pertamina EP sebab tidak bersesuaian dengan prinsip idealis nan dimiliki. Terlalu parsial bila berkesimpulan seperti itu.

Mengapa? Karena sebagai satu-satunya perusahaan negara nan diberi wewenang penuh buat menambang minyak dan gas bumi, Pertamina EP sejatinya merupakan huma aman bagi mereka nan berjiwa idealis.

Terdepan dalam memberikan pemasukan bagi kas negara, Pertamina EP ialah ‘lumbung pendapatan’. Ini berarti, bila Pertamina EP dikelola oleh mereka nan berjiwa idealis, maka tentu saja hasil nan diberikan akan maksimal. Menambah kas negara dan lebih jauhnya, aturan buat pembangunan akan terdongkrak.

Sebelum lebih jauh mengulas mengenai idealisme di balik keberadaan Pertamina EP, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu apa dan bagaimana perusahaan negara tersebut. Hal ini diperlukan buat mengubah persepsi negatif nan mengidentikkan bekerja di Pertamina EP hanya dilandasi oleh alasan materialis dan pragmatis.



Sekilas Mengenai Pertamina EP

Indonesia termasuk negara nan kaya dengan barang tambang komoditi dunia. Minyak dan gas bumi ialah salah satunya. Karena itu, semenjak Indonesia merdeka, bangsa ini berusaha mengelola sumber daya alam tersebut.

Maka dibentuklah sebuah BUMN nan tugasnya menambang minyak dan gas bumi di seluruh wilayah Indonesia ( National Oil Company ). Sebelum bernama Pertamina nan merupakan induk dari Pertamina EP, Indonesia memiliki dua perusahaan penambangan minyak dan gas bumi, yaitu Pertamin dan Permina, nan didirikan pada 10 Desember 1957.

Pada 1968, kedua perusahaan penambangan tersebut di- merger (digabung) dan diberi nama Pertamina. Selanjutnya, Pertamina jadi satu-satunya BUMN nan mengurusi penambangan di berbagai ladang minyak dan gas bumi di Indonesia, termasuk juga memonopoli pendirian SPBU nan kemudian dihapus pada 2001.

Pertamina saat ini memliki tujuh kilang minyak. Dan buat meningkatkan kinerja dari tujuh kilang minyak berkapasitas 1.051,7 MBSD itu, Pertamina membagi kegiatannya pada sektor Hulu dan Hilir. Nah, Pertamina EP merupakan bagian dari Sektor Hulu.

Jika sektor Hilir meliputi kegiatan pengolahan, pemasaran, niaga dan perkapalan dari produk buat dalam maupun luar negeri, maka sektor Hulu merupakan bagian produksinya. Meliputi eksplorasi dan pengeboran tambang minyak, gas, dan juga panas bumi. Adapun Pertamina EP ialah unit nan bertanggung jawab penuh buat melakukan kegiatan eksplorasi dan pengeboran di Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP) Pertamina, kecuali Blok Cepu dan Blok Randu Gunting nan memiliki manajemen terpisah.

Selain kedua blok tersebut (Blok Cepu dan Blok Randu Gunting), Pertamina EP saat ini memiliki tujuh kilang minyak atau disebut dengan nama Daerah Operasi Hulu (DOH). Tersebar di empat pulau besar di nusantara, yaitu Sumatra, Jawa, Kalimantan,dan Papua. Untuk Pulau Sumatra, DOH ada di Nanggroe Aceh Darussalam, Rantau, Jambi, dan Prabumulih. DOH di Pulau Jawa terdapat di Cirebon dan Cepu. Ada pun DOH Kalimantan berpusat di Balikpapan. Sementara, DOH Papua adanya di Sorong.

Keberadaan Pertamina EP jika dilihat dalam catatan sejarahnya masih terbilang baru, yaitu dibentuk pada 13 September 2005. Menindaklanjuti UU Migas No. 22 Tahun 2001 nan mensyaratkan efisiensi dari kinerja Pertamina. Karenanya, ke depannya diharapkan cadangan minyak dan gas bumi (migas) nan ada semakin bisa optimal dieksplorasi atau ditambang.



Idealisme Bekerja di Pertamina EP

Sebagai BUMN terbesar milik Indonesia saat ini, keberadaan Pertamina EP sangat siginifikan dalam memacu pembangunan dan perkembangan ekonomi bangsa. Apalagi Indonesia diketahui memiliki banyak ladang minyak dan gas bumi. Baik nan sudah ditambang maupun belum diekspoitasi sebab keterbatasan kapital dan sumber daya manusia profesional.

Akibatnya, banyak perusahaan asing nan menanamkan kapital mereka di sektor migas tersebut. Dalam jangka pendek, hal ini memberikan akibat positif. Adanya suntikan kapital dari perusahaan asing akan membuat kegiatan eksplorasi dan penambangan bisa terus berjalan. Produksi minyak dan gas bumi pun bisa ditingkatkan. Kinerja dari Pertamina EP akan sangat terbantu.

Namun, buat jangka panjang, kebijakan nan mengandalkan kapital dari perusahaan asing tidaklah tepat. Sine qua non restriksi waktu kapan dan bagaimana bangsa ini bisa mengelola sektor migas lepas dari campur tangan atau kepentingan bangsa asing. Dan itu terletak pada pengoptimalan dari fungsi Pertamina EP sebagai perusahaan negara nan mengurusi sektor migas.

Tidak mudah memang. Hanya mereka nan berjiwa idealis nan mampu menjawab tantangan tersebut. Punya visi kebangsaan nan jauh ke depan dan terejawantahkan dalam rumusan misi nan pro terhadap kepentingan bangsa. Di sinilah titik temu nan menjawab mengapa bekerja di Pertamina EP tidak dapat sebab alasan materialis dan pragmatis. Tapi sebaliknya, alasan nan bersifat idealislah nan harus mengemuka.