Saraf Pusat dan Saraf Tepi

Saraf Pusat dan Saraf Tepi

Berbicara mengenai sistem koordinasi pada manusia kita tak terlepas dari dua hal, yaitu sistem saraf dan sistem indera. Kedua sistem ini memang tak bisa dipisahkan sebab keduanya bekerja secara koordinatif dan berkesinambungan pada tubuh manusia . Misalnya, saat ada cahaya nan menyilaukan dating tiba-tiba di hadapan kita, maka tubuh kita akan merespon dengan memejamkan mata atau menutup mata dengan tangan. Demikian juga saat ada suara nan memanggil nama kita, maka telinga kita akan mendengar, kemudian kita menoleh ke arah suara.

Tubuh kita bisa memberikan respon sedemikian rupa sebab tubuh kita memiliki sistem saraf nan terhubung dengan panca indera. Sistem saraf ialah pengatur koordinasi alat-alat tubuh dan sebagai pusat kesadaran, kemauan, dan pikiran. Sistem saraf merupakan sistem koordinasi nan primer pada tubuh manusia. Perlu diketahui bahwa selain sistem saraf, sistem hormon juga melakukan koordinasi dalam mengendalikan sistem fisiologis tubuh.



Gerak dan Sistem Saraf

Gerak ialah suatu aktivitas tubuh sebagai reaksi dampak adanya rangsangan oleh saraf . Mobilitas dibagi menjadi dua macam, yaitu mobilitas sadar dan mobilitas tidak sadar/refleks. Mobilitas sadar dilakukan dengan kesadaran, sedangkan mobilitas refleks dilakukan secara tak sadar. Mobilitas sadar pada tubuh bersumber atau dikoordinasi oleh otak. Setiap rangsangan nan dating kemudian diterima oleh indera sebagai reseptor, kemudian disampaikan ke otak melalui neuron sensorik. Oleh otak, rangsangan tadi diolah secara sadar buat kemudian dalam waktu singkat diputuskan apa nan harus dilakukan. Proses selanjutnya ialah otak mengirimkan perintah ke otot (efektor) melalui neuron motorik, barulah otot bergerak melaksanakan perintah otak.
Jika digambarkan, proses di atas ialah sebagai berikut.

Rangsangan (Impuls) --> Reseptor(Indra) --> Saraf sensorik --> Otak --> Saraf motorik --> Efektor (Otot)
Banyak sekali gerakan nan termasuk mobilitas sadar, di antaranya memasukkan makanan ke dalam mulut, menulis, menendang bola, dan sebagainya.

Sementara itu, mobilitas refleks ialah mobilitas nan tak disengaja atau tak disadari. Rangsangan nan menyebabkan gerakan tidak sadar/refleks bukan diteruskan ke otak oleh neuron sensorik, melainkan ke sumsum tulang belakang. Prosesnya hamper sama dengan mobilitas sadar, namun perbedaannya ialah sumbernya bukan otak, melainkan sumsum tulang belakang. Jika digambarkan, mobilitas refleks berlangsung dengan pola sebagai berikut.

Rangsangan(Impuls) --> Reseptor(Indra) --> Saraf sensorik --> Sumsum Tulang Belakang --> Saraf motorik --> Efektor (Otot)
Contoh mobilitas refleks ialah saat ada benda nan meluncur kea rah kita dari sebelah kanan, maka kita menghindar kea rah kiri; kaki kita menendang saat lutut kita dipukul; tangan kita langsung diangkat saat menyentuh benda panas, dan sebagainya.



Sel Saraf

Sel saraf disebut juga neuron, yaitu unit-unit dasar nan menyusun sistem saraf. Sel saraf berdasarkan letak dan fungsinya dibedakan menjadi dua macam, yaitu neuron dan neoroglia. Kedua macam sel saraf ini mempunyai fungsi nan berbeda. Neuron berfungsi membawa atau menghantarkan rangsang/impuls dari indera ke saraf pusat atau sebaliknya, dari saraf pusat ke indera. Neuroglia ialah sel-sel saraf nan mendukung kerja neuron agar bisa melaksanakan fungsinya dengan baik.

Neuron sendiri memiliki struktur dan fungsi nan berbeda-beda, sehingga ada tiga jenis neuron nan dikenal sampai saat ini, yaitu neuron sensorik, motorik, dan konektor. Neuron sensorik atau sering juga disebut neuron afere memiliki fungsi sebagai penghantar rangsangan atau impuls nan berasal dari indera menuju sistem saraf pusat, kemudian naik ke otak atau ke bagian sumsum tulang belakang.

Sementara neuron motorik atau neuron eferen memiliki fungsi sebagai penghantar rangsangan atau impuls nan berasal dari sistem syarat pusat menuju otot atau juga kelenjar). Sementara itu, neuron konektor dring disebut interneuron Karen afungsinya sebagai penghubung antarneuron. Neuron konektor berperan sebagai penghantar rangsang dari neuron sensotik menuju neuron motorik.



Saraf Pusat dan Saraf Tepi

Berdasarkan letaknya, sistem saraf dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat dan saraf tepi. Sistem saraf pusat mengendalikan hampir semua aktivitas nan dilakukan oleh tubuh manusia. Yang termasuk sistem saraf pusat ialah otak dan sumsum tulang belakang.

Otak terletak di dalam rongga tengkorak nan dilindungi oleh selaput meningia nan bisa meredam dan memperkecil imbas ditimbulkan dari benturan atau guncangan. Otak manusia terbagi menjadi dua bagian, kiri dan kanan. Otak bagian kiri berfungsi buat mengendalikan tubuh sebelah kanan, sementara otak bagian kanan, fungsinya sebagai pengendali buat tubuh sebelah kiri. Otak manusia juga terbagi menjadi empat bagian, yaitu otak kecil, otak tengah, serebrum dan sumsum lanjutan. Bagian-bagian otak tersebut memiliki fungsi atau keutamaan nan berbeda. Serebrum misalnya. Serebrum memiliki peranan nan sangat penting. Organ tubuh ini menjadi pusat atau sumber timbulnya semua rasa keinginan nan dimiliki manusia, kesadaran, taraf kecerdasan, serta sebagai laci ingatan.
Di bawah serebrum terletak otak kecil atau disebut juga cerebelum. Otak kecil berperan dalam pengaturan gerak-gerak otot sadar, mengendalikan ekuilibrium dan posisi tubuh. Sementara itu, bagian otak terhubung dengan sumsum tulang belakang melalui sumsum lanjutan nan disebut medulla oblongata. Sistem pernafasan, pencernaan dan mobilitas jantung merupakan metabolism tubuh nan dikendalikan oleh medulla oblongata.

Selain serebrum dan otak kecil ada juga otak tengah. Fungsi otak tengah atau disebut juga mesensefalon berhubungan dengan telinga (organ pendengaran) dan mata (oragan penglihatan) Otak tengah terdiri atas thalamus dan hipotalamus. Talamus berfungsi memisahkan rangsang/impuls ke cerebrum atau pusat ingatan serta ke sumsum tulang belakang. Pada otak tengah juga ada nan disebut hipotalamus. Bagian ini berperan dalam pengaturan temperatur tubuh, nafsu makan, dan cairan tubuh.

Telah disebutkan di atas, bahwa selain otak, sistem saraf pusat juga terdiri atas sumsum tulang belakang (medula spinalis). Sistem saraf pusat nan ini letaknya di dalam vertebrata atau tulang belakang mulai dari leher sampai ke bagian pinggang. Sebagai pusat dari sistem saraf, medula spinalis berfungsi sebagai jembatan antara susunan saraf tepi dengan saraf pusat di bagian otak serta menghantarkan rangsang di antara keduanya. Fungsi primer medulla spinalis ialah sebagai pengendali mobilitas otot nan bersifat refleks/tidak disadari.

Selain sistem saraf pusat, ada juga sistem saraf tepi. Sistem saraf tepi juga bisa dibedakan menjadi sistem saraf sadar (kraniospinal) dan sistem syraf tak sadar. Sistem saraf sadar berfungsi sebagai saraf nan mengatur semua gerakan manusia nan dilakukan dengan kesadaran. Sistem saraf ini bisa dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu otak (kranial) dan sumsum tulang belakang (spinal).
Sistem saraf tidak sadar disebut juga saraf otonom terdiri atas saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Saraf simpatik berfungsi pengontrol kerja otot jantung dan mengatur peredaran darah, mengatur mobilitas otot-otot sadar, mengontrol organ dalam, serta mengatur ekskresi keringat.



Meningitis dan Alzheimer Pembunuh Sistem Koordinasi

Meningitis ialah sebuah penyakit peradangan nan menyerang membran pelindung sistem saraf pusat. Penyebab primer penyakit meningitis ialah virus atau parasit nan menyebar di dalam darah dan mengalir ke otak. Penyakit ini bisa berakibat fatal sebab menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian.

Alzheimer sering juga disebut penyakit pikun. Sering disebut demikian sebab bisa melumpuhkan pikiran dan kecerdasan seseorang. Penderita Alzheimer biasanya mengalami kemunduran kecerdasan dan ingatan secara perlahan-lahan. Alzheimer timbul sebab adanya proses degenerasi sel-sel neuron otak. Alzheimer juga sering disebut penyakit pembunuh otak sebab mematikan fungsi sel-sel otak. Alzheimer sangat rentan menyerang orang dewasa terutama nan berusia di atas 40 tahun.

Gejala-gejala dini nan tampak pada penderita Alzheimer di antaranya sulit melaksanakan kegiatan/pekerjaan sederhana seperti meletakkan benda,menyisir rambut, dan sebagainya; sulit berbicara, mengalami perubahan emosi dan perilaku, kemampuan daya ingat dan berimajinasinya kurang; kehilangan inisiatif, misalnya cenderung menjadi pendiam, tidak mau bergaul; serta sulit membedakan berbagai jenis bau-bauan.