1. Ketika ujian kesusahan datang menerpa

1. Ketika ujian kesusahan datang menerpa

Hidup sama saja dengan sekolah. Ini sebab ada biaya sekolah, juga ada biaya hidup. Ada pelajaran sekolah, ada juga pelajaran hidup. Ada ujian sekolah, ada juga ujian hidup. Sehingga ada soal ujian sekolah dan ada juga soal ujian hidup.

Bedanya kalau soal ujian sekolah dapat bocor, tetapi kalau soal ujian hayati tak dapat bocor. Demikian juga dengan cara menghadapi soal ujian, Kalau ujian sekolah dapat nyontek, tetapi kalau ujian hayati tak dapat nyontek. Benar, kan?



Dua Jenis Soal Ujian Hidup

Hidup harus dihadapi dengan sabar dan syukur supaya mudah buat menjawab soal ujian hayati nan selalu datang setiap saat di depan kita. Namanya juga sekolah, anggaplah biasa saja ketika menghadapi soal ujian. Walaupun mungkin nan datang kali ini benar-benar soal ujian nan berat.

Tidak usah merasa tertekan atau panik, itulah sabar menghadapi soal ujian hidup. Demikian juga ketika kita mendapat soal ujian nan lain. Yaitu soal ujian nan menggiurkan: kenikmatan. Kita harus mensyukurinya.

Semua nan hayati di global akan menerima 2 jenis soal ujian hayati dari Allah. Soal ujian 'susah' dan soal ujian 'senang'. Banyak orang nan mengira kalau ujian dari Allah itu hanya berupa hal-hal nan tak enak saja. Misalnya, ditagih hutang gak dapat bayar, kecelakaan, sakit, diputus sama gebetan, ditipu orang, dan sebagainya. Padahal, soal ujian dari Allah itu, dapat juga berupa kesenangan.

Usaha lancar, meraup banyak untung, lamaran diterima, doa dikabulkan, naik jabatan, dipuji orang, dan seterusnya. Itu semua juga merupakan bentuk lain dari soal ujian dari Allah. Oleh karena itu, antara sabar dan syukur harus terangkum dalam satu paket.

Sabar diperlukan buat menghadapi soal-soal ujian berupa kesusahan. Sedangkan syukur ialah jawaban buat menghadapi soal-soal ujian berupa kesenangan. Oleh sebab itu, orang nan benar-benar dapat bersabar niscaya mudah buat bersyukur. Juga sebaliknya, mereka nan pandai bersyukur akan mudah sekali buat bersabar ketika menghadapi soal ujian nan tak menyenangkan.

Sekolah kehidupan mengajarkan kita bersikap nan sahih dalam menghadapi soal ujian hidup. Karena sikap nan sahih ialah jawaban nan sahih buat menyelesaikan soal ujian hayati itu. Sedangkan sikap nan salah berarti kehilangan skor. Artinya, kita tak menjawab soal ujian dengan benar. Coba perhatikan apa nan terjadi bila jawaban kita salah, dan apa nan terjadi bila jawaban kita benar. Perhatikan apa akibatnya!



Bagaimana Menjawab Soal Ujian Hidup?

Seperti halnya sekolah, kalau kita bisa menjawab soal dengan benar, kita akan menerima ijazah sebagai tanda lulus ujian. Tetapi apabila kita kesulitan buat menjawab, dan akhirnya salah, maka soal ujian akan terus diulang. Ini sebab kita belum lulus ujian.

Berikut ini akan kami paparkan lebih jelas tentang masalah ini. Agar kita bisa mempersiapkan diri dengan baik dan sahih pada saat soal ujian dihadapkan kepada kita.



1. Ketika ujian kesusahan datang menerpa

Tiba-tiba saja soal ujian nan tak menyenangkan datang kepada kita. Ia datang seperti badai nan tiba-tiba mengamuk dan menyambar apa saja nan sedang asik kita nikmati. Jika respons kita terhadap soal ujian itu tak benar. Maka akibatnya akan menjadi fatal dan akan sangat merugikan kita sendiri.

Sebesar apapun soal ujian datang, harus dihadapi semata-mata sebagai ujian. Semata-mata sebagai ujian itu artinya, kita tak terlena oleh masalah nan sedang terjadi. Bukankah nan namanya soal ujian itu hanyalah sesuatu nan bersifat percobaan, sesuatu nan tak benar-benar terjadi. Kurang lebih seperti sebuah permainan atau game .

Kalau kita menjadi panik dan kehilangan pertahanan diri, kita akan terbawa hanyut oelh permasalahan itu. Sehingga soal ujian tadi menyiksa kita, “ ah! Mati aku!”. Jadinya, masalah akan semakin membesar, bukan semakin ringan. Malah akan semakin sulit menemukan jalan keluar.

Maklum saja, orang panik biasanya kehilangan akal, sebab kepanikan menguasai dirinya. Padahal, masalah justru akan mudah teratasi kalau kita bersikap lebih tenang. Sehingga soal ujian bisa kita jawab dengan sikap nan sahih dan mudah menemukan jalan keluar.

Mengapa demikian? Ini sebab pikiran alam bawah sadar kitalah nan menentukan. Mau segera menyelesaikannya ataukah memperpanjangannya?

Jika kita tenang, alam bawah sadar kita akan merasa bahwa soal ujian ini mudah buat diselesaikan. Jalan keluar dari permasalahan niscaya akan ditemukan dan masalah akan segera selesai. Sehingga apa nan dipikirkan oleh alam bawah sadar kita itu akan memberi sugesti positif pada otak buat mencari solusi dari permasalahan nan mudah ini. Akhirnya, masalah kita benar-benar selesai.

Akan tetapi bila kita panik, kecewa, marah, maka alam bawah sadar kita merasa bahwa soal ujian itu sangat sulit diselesaikan. Bahkan mustahil buat mencari jalan keluarnya. Maka alam bawah sadar kita pun memberi sugesti negatif tersebut pada otak. Sehingga soal ujian nan sedang kita hadapi rasanya semakin rumit dan semakin menjadi-jadi. Semakin dipikirkan semakin membuat kepala pecah. Ini bahayanya.



2. Ketika ujian kesenangan datang menghampiri

Lalu, bagaimana jika nan datang ialah soal ujian kesenangan? Bukankah ini begitu mudah dihadapi? Tinggal nikmati saja semua kesenangan itu. Mudah, kan?

Sayangnya tak semudah itu. Bahkan konon, ujian inilah nan paling berat. Bagaimana mungkin? Ini sebab orang nan diberi soal ujian kesenangan biasanya tak menyadari bahwa dirinya sedang menghadapi ujian.

Ibaratnya, seorang anak sekolah nan mengerjakan soal dengan ogah-ogahan sebab tak mengetahui bahwa itu ialah soal ujian. Bahkan, ia tak mengerjakan sedikit pun soal-soal tersebut. Ia malah asyik mengobrol dengan temannya. Ketika sang guru meminta jawaban soal tersebut dikumpulkan, ia baru menyadari kelalaiannya itu. Penyesalan besarlah nan dirasakannya.

Begitu pula dengan ujian kesenangan. Bila kita terlena dengan semua nan ada, kenikmatan itu bisa menjerumuskan kita. Misalnya, usaha nan kita lakukan mendapatkan bintang jatuh, tiba-tiba dalam waktu eksklusif melejit dengan pesat. Laba berlipat, bergulung, dan kita menjadi sangat sukses. Ini juga soal ujian, kalau kita tak pandai bersyukur, maka kita tak lulus dari ujian ini.

Misalnya, Anda diberi nikmat kekayaan nan berlimpah. Karena kekayaan Anda itu, banyak orang nan datang meminta sumbangan dari Anda. Karena merasa risih dengan kehadiran mereka, Anda enggan menemui mereka. Sampai ngumpet segala. Setiap ada nan datang meminta sumbangan, pembantunya disuruh bilang kalau Anda sedang tak ada. Padahal, sebenarnya sedang ngumpet di kamar.

Bagaimana kira-kira rasanya main petak umpet seperti ini? Niscaya tak nyaman. Selalui dihantui rasa tak tenang. Dan bawaannya curigaan terus kepada orang-orang. Setiap orang nan datang menghampiri, dicurigai ada maunya.

Ketika perasaan kita tak nyaman, bahkan sudah memiliki berpretensi jelek pada orang lain, maka alam bawah sadar kita menganggap benar-benar tak nyaman. Bahkan, prasangka-prasangka jelek pada orang lain pun menjadi kenyataan.

Orang-orang nan menghampiri hanya mengincar harta Anda saja. Tidak ada nan tulus bergaul dengan Anda. Entah kemudian apa nan terjadi, Anda pun jatuh bangkrut. Maka hilanglah nikmat Allah itu dampak Anda tak bersyukur. Ingatlah, pikiran dan perkataan itu merupakan doa.



3. Enjoy saja

Enjoy saja. Itulah sikap nan benardalam menghadapi semua soal ujian hayati ini. Ketika ujian susah datang, kita tetap tenang dengan bersabar. Dan ketika soal ujian bahagia nan datang, kita tambah bahagia denga bersyukur.

Berdasarkan hukum ketertarikan, nan populer disebut Law of Attraction , alam bawah sadar kita akan menarik hal-hal nan sejenis. Perasaan hati nan bahagia akan menarik kesenangan datang menghampiri kita secara kebetulan. Dan juga sebaliknya, bila perasaan hati kita susah, maka akan menarik hal-hal negatif nan menyusahkan datang kepada kita secara tak disadari alias kebetulan.

Sekolah hayati ialah sekolah dalam kehidupan. Banyak orang nan pandai di sekolah formal, tetapi tak pandai dalam sekolah kehidupannya. Kesuksesan seseorang tak ditentukan oleh tingginya kecerdasan pikirnya, sebab kecerdasan intelektual hanya berpengaruh sekitar 12% bagi keberhasilan hidup. Selebihnya ditentukan oleh kecerdasan emosi dan spiritual.

Sekolah hayati mengajarkan kita buat cerdas emosi dan cerdas spiritual melalui soal-soal ujian nan kita bicarakan tadi.
Semoga kita bisa bersikap dengan sahih dalam menhadapi soal ujian hayati nan kita terima dari Allah SWT. Sehingga kita bisa menikmati kemenangna hayati nan senantiasa kita impikan. Semoga Allah meridai setiap langkah kita. Aamiin.