Kisah Para Mualaf dan Hidayah

Kisah Para Mualaf dan Hidayah

Mualaf ialah orang nan baru memeluk agama Islam. Mualaf sendiri dalam pandangan Islam bukan sekadar berganti agama saja, namun seorang mualaf berarti kembali kepada fitrahnya, kembali pada agama asalnya yaitu Islam. Menjadi mualaf tentu bukan hal sepele juga, banyak tantangan dan ujian keimanan nan harus dihadapi.

Terlebih saat ini, ajaran Islam nan kaffah (menyeluruh) justru dipandang aneh dan asing bahkan oleh pemeluknya sendiri. Sebagaimana orang nan mengenal sesuatu nan serba baru walaupun mungkin tak asing lagi, seorang mualaf niscaya haus akan ilmu dan bimbingan. Dan nan lebih mengkhawatirkan ialah kondisi saat ini nan terjadi pada gambaran Islam.

Citra negatif Islam semakin parah ketika tragedi menara kembar WTC di Amerika terjadi, gejolak menolak ajaran dan memusuhi Islam terjadi di seluruh dunia, terutama di negara-negara barat. Islam semakin identik dengan terorisme dan kekerasan. Inilah tantangan paling kuat bagi para mualaf.

Orang nan baru mengenal dan mempelajari Islam tentu bertanya-tanya, benarkah seperti ini ajaran Islam itu? Mengapa ada kekerasan dalam Islam? Tentunya tindakan terorisme nan dilakukan oleh oknum nan mengaku beragama Islam tersebut sama sekali tak ada di dalam Islam dan inilah tugas orang-orang terdekat para mualaf buat membantu memahami Islam secara kaffah dan benar.



Kisah Mualaf Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab ialah orang nan sangat memusuhi dan memerangi penyebaran agama Islam. Namun, setelah Allah berkenan menganugerahkan hidayah kepadanya, Umar bin Khattab malah menjadi mualaf nan istimewa, beliau menjadi orang terdepan dalam menyebarkan Islam melalui dakwah dan membela Islam mati-matian.

Beliau ialah salah satu sahabat Nabi Muhammad nan primer nan menjadi khalifah era kedua dari empat Khalifah Ar-Rasyidin. Umar bin Khattab lahir di Mekkah, beliau ialah kaum Bani Adi dari rumpun suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin Khattab bin nafiel bin Abdul Uzza. Kisah tentang beliau nan mualaf terkenang sepanjang zaman.

Beliau nan mualaf terlahir dari pasangan Khaththab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisy dan Hantamah binti Hasyim dari golongan ekonomi menengah. Beliau ialah orang nan cerdas, ketika pada masanya tersebut kemampuan membaca dan menulis merupakan sesuatu nan langka, beliau malah menguasainya dengan mudah.

Selain cerdas, Umar bin Khattab juga memiliki fisik nan kuat, ia sering menjuarai lomba gulat di Mekkah. Sebelum Islam masuk ke Mekkah, tradisi nan berkembang saat itu ialah tradisi Jahiliyah nan menguburkan anak perempuan hidup-hidup dan hanya mempertahankan anak laki-laki. Sebelum menjadi mualaf, Umar bin Khattab melakukan apa nan dilakukan oleh kaum Jahiliyah.

Walaupun ketika harus menjalani tradisi tersebut beliau menangis sejadi-jadinya. Ketika Nabi Muhammad mulai menyebarkan agama Islam, Umar bin Khattab merupakan orang nan paling menentang dan memusuhinya. Beliau sama sekali tak terpikir buat menjadi seorang mualaf.

Bahkan Umar bin Khattab sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya, mualaf-mualaf nan haus akan ilmu dan muak dengan tradisi jahiliyah lainnya nan berkembang di mekkah kala itu. Walaupun ditentang dengan sangat keras, mualaf demi mualaf terus mengalir demi memenuhi fitrahnya sebagai orang Islam.

Suatu hari, Umar bin Khattab berniat membunuh Nabi Muhammad, di tengah perjalanan ia berpapasan dengan seorang mualaf muslim nan bernama Nu'aim bin Abdullah, Nu'aim pun memberitahu Umar bahwa saudara perempuannya sendiri telah memeluk Islam dan menjadi mualaf.

Umar bin Khattab sangat berang mendengarnya, dengan gusar beliau pergi ke rumahnya, dan sahih saja ia mendapati saudara perempuannya nan sudah mualaf tersebut sedang membaca Al Qur'an, yaitu Surat At-Thoha. Beliau marah besar dan memukul saudaranya tersebut sampai berdarah, beliau sangat menyesal akan hal itu kemudian ia meminta buat melihat bacaan Surat At-Thoha tersebut.

Alih-alih marah dan kesal, Umar bin Khattab malah langsung terguncang hatinya dan menyatakan diri masuk Islam, menjadi mualaf , saat itu juga. Umar bin Khattab ialah salah satu sahabat Nabi nan ikut pada peristiwa hijrah ke Yathrib di Madinah.

Beliau juga dengan gagah berani terlibat dalam perang Badar, perang Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Umar bin Khattab juga menggiatkan dakwah buat menjaring lebih banyak mualaf dan menyebarkan ajaran Islam nan merupakan Rahmatan Lil'alamiin.

Meskipun mualaf, pada era kekhalifahan Abu Bakar Siddik, Umar bin Khattab merupakan salah satu penasihat andalan. Maka ketika Abu Bakar Siddik wafat, Umar bin Khattab ditunjuk buat menggantikannya.

Ketika masa pemerintahan Umar bin Khattab, Islam berkembang sangat pesat, di mana-mana mualaf-mualaf baru terus lahir. Islam sukses memperluas ajaran dan kekuasaannya atas Mesopotamia dan sebagian Persia, kemudian juga Palestina, Afrika Utara dan Armenia dari kekuasaan kekaisaran Romawi.

Selain menjadikan lebih banyak mualaf dan memperluas pengaruh Islam, Umar bin Khattab juga melakukan banyak langkah-langkah pembaruan terutama pada bidang administratif, kebijakan publik dan segala macam dalam sistem pemerintahan. Misalnya, Umar bin Khattab meminta diadakannya sensus pada daerah nan baru menjadi wilayah Islam serta menggiatkan aplikasi hukum Islam secara menyeluruh.

Pada 638 Masehi, beliau juga melakukan ekspansi dan renovasi pada Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Mekkah guna wahana ibadah dan dakwah para mualaf pada khususnya.

Mualaf sahabat nabi ini merupakan pribadi nan sederhana dan itu tercermin dalam penampilannya sehari-hari. Pembawaan beliau baik dari penampilan maupun perkataan begitu sederhana, jauh dari kesan mewah selayaknya seorang pejabat.

Umar bin Khattab mati ketika hendak memimpin shalat, beliau dibunuh oleh Abu Lukluk, seorang budak nan memiliki dendam pribadi dengan beliau. Mualaf ini meninggal dengan cara nan baik.



Kisah Para Mualaf dan Hidayah

Kisah mualaf tak akan dapat lepas dari hidayah. Seseorang nan menjadi mualaf dapat dipastikan sebab sudah mendapatkan hidayah. Hidayah sendiri dapat datang dari mana saja, dari arah tidak terkira dan tak dapat diprediksikan sebelumnya. Dan misteri buat mendapatkan hidayah tentu hanya akan menjadi hak prerogative Allah Subhanahuwata'alla. Bahkan seorang pembenci Islam pun dapat mendapatkan hidayah-Nya.

Beberapa kisah mualaf berikut ini dapat dijadikan ibrah (pelajaran) bagaimana hidayah datang dengan cara nan unik dan misterius.



1. Kisah Para Mualaf dan Hidayah - Kisah Mualaf RR Maria Anastasia Ria Utami

Seorang Mantan Biarawati Ibu Ria Utami menuturkan pengalamannya menjadi mualaf kepada voa-islam. Bagaimana Islam telah menyentuh hati dan pikirannya melalui lantunan azan nan sering ia dengar. Ia merasa lantunan azan itu begitu merdu menyesapi hati dan pikirannya, menariknya dalam cahaya.

Panggilan itu begitu kuat menarik beliau kembali kepada Islam. Saat itulah ia benar-benar konfiden buat meninggalkan keyakinan lamanya dan kembali kepada fitrahnya, yaitu Islam. Ia pun ingin kembali kepada Islam tanpa setengah-setengah, ia hanya ingin mengamalkan amal ma'ruf nahi munkar buat hayati nan lebih abadi kelak. Dan jadilah Ibu Ria Utami seorang mualaf nan terus mencoba buat menerapkan Islam secara kaffah.



2. Kisah Para Mualaf dan Hidayah - Kisah Mualaf dari Yunani Mrs. Myrto

Cerita tentang seorang mualaf dan hidayah datang dari Yunani. Pada awalnya, Myrto menjalani kehidupan nan keras dan merasa sangat putus harapan pada hidupnya, ketika banyak orang memberinya pendapat buat kembali kepada agama, Myrto sama sekali tak menghiraukannya.

Semua mulai berubah ketika Myrto menghadiri pemakaman sahabatnya. Ucapan agamawan nan memimpin pemakaman, terus terngiang dalam pikirannya. Hatinya mulai tersentuh dengan konsep Tuhan dan agama. Perjalanannya menjadi calon seorang mualaf pun dimulai.

Agama demi agama ia pelajari, sampai ia menemukan konsep nan pas tentang Tuhan dan pedoman lengkap bagaimana bersikap dalam kehidupan sehari-hari dalam Islam. Hatinya pun semakin mantap buat memilih Islam sebagai panduan hidupnya. Dan jadilah ia seorang mualaf nan terus mengkaji dan menggali Islam sebagai panduan hayati saat ini dan setelah ajal menjemput.