Kisah Motivasi dalam Cerita Ramayana

Kisah Motivasi dalam Cerita Ramayana

Banyak orang nan mencari kisah motivasi padahal motivasi ada di dalam diri sendiri. Cara memotivasi diri pun bermacam-macam termasuk dengan membandingkan diri dan melihat orang lain. Misalnya tentang permasalahan hidup. Ada kalanya dalam hayati segala usaha kita tak kunjung berarti.

Kita boleh saja bekerja membanting tulang 12 jam sehari. Namun, derajat kehidupan kita tidak kunjung meningkat. Kita juga sudah berusaha maksimal dengan menambah ibadah, rajin berdoa, rutin berpuasa, bahkan tiap hari salat di masjid.

Agar lebih afdhol, kita juga sering membantu teman-teman atau para tetangga. Tapi, Tuhan seperti membiarkan kita hayati kurang layak. Sebaliknya, ada orang-orang nan begitu mudah mencukupi kebutuhan hidupnya padahal ia hanya duduk-duduk dan memberi perintah.

Bahkan, orang tersebut tak membayar zakat sebagaimana mestinya, salatnya di masjid dapat dihitung dengan jari, dan sikapnya terhadap orang lain sangat menjengkelkan. Kadang, keadaan nan berbanding terbalik ini membuat kita bertanya, “adilkah Tuhan?”.



Banyak Masalah, Banyak Cinta

Percayakah Anda bahwa hayati ialah permasalahan tanpa henti? Tuhan menciptakan manusia buat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, bukan menghindarinya atau malah bersembunyi darinya. Semakin banyak masalah nan diatasi seseorang, semakin tinggi pula derajatnya di hadapan Tuhan.

Sebaliknya, semakin sedikit masalah nan dirampungkan seseorang, bisa dipastikan, semakin jauh ia dari Tuhan. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, “hidup di global ialah mimpi. Mereka nan tergoda mimpi niscaya akan menyesal (karena mimpi tak nyata).”

Jadi, mengapa Anda merasa perlu mengambil banyak hal dalam mimpi, lalu menyimpannya dengan berpikiran bahwa mimpi Anda akan abadi? Bukankah jika kita terjaga, hal-hal nan Anda simpan (tanpa dibelanjakan dengan baik), menjadi sia-sia, tidak berguna?



Kebahagiaan Berbeda dengan Kebenaran

Saat ini, tolak ukur kehidupan nan baik, suka atau tak suka, ialah uang. Mereka nan berusaha hayati zuhud, berpasrah diri pada Allah akan dianggap sok idealis atau menyengsarakan anak. Sebaliknya, mereka nan mengejar kelayakan hayati akan dianggap berbuat wajar. Toh, selalu ada alasan nan dapat dilekatkan.

Suami-istri muda akan berkata, “kami membutuhkan susu buat si kecil.” Suami-istri nan lebih tua akan berkata, “biaya sekolah atau kuliah anak kami membengkak. Kami ingin dia menjadi orang terbaik.

” Lalu, suami-istri nan hampir selesai masa tugasnya merawat anak akan berkata, “biaya pernikahan anak kami sangat besar. Pernikahan hanya terjadi sekali seumur hidup. Kami akan mengumpulkan uang sebanyak mungkin.”

Menarik jika kita dapat melihat bahwa sumber alasan-alasan tersebut ialah uang. Padahal, Imam Ali berkata, “tidak ada keanehan nan melebihi penderitaan sebab uang. Semakin kau kumpulkan, semakin menderita hidupmu (untuk menjaga uang tersebut atau membelanjakannya). Akan tetapi, ketika kau tidak cukup memilikinya, hidupmu juga menderita.”

Tidak salah jika ada nan berkata, “semakin kau mencari kebahagiaan dalam hidupmu, semakin jauh dia darimu.” Kebahagiaan tidak pernah berjalan selaras dengan kebenaran. Kita hanya mampu memilih salah satu di antaranya.

Jika kita memilih kebahagiaan, kita tak akan mencapai kebenaran. Akan tetapi, jika kita mengejar kebenaran, tentu dengan menekan upaya meraih kebahagiaan, dengan ajaib kebahagiaan akan mendatangi kita tanpa diminta.



Kisah Motivasi dalam Cerita Ramayana

Maharaja Kala merupakan seorang ayah dengan seorang puteri bernama Sita Dewi. Suatu hari, ia mengadakan sayembara memanah dengan tujuan mendapatkan suami bagi anaknya. Pada sayembara itu didapatkan seorang pemenang nan sukses memanah dengan baik, yakni Rama nan merupakan anak dari raja Ayodhya. Mereka pun kemudian menikah.

Namun, sebab suatu hal, Rama diharuskan meninggalkan istana sehingga ia pun pergi ke hutan buat bertapa bersama Sita dan Laksamana (adik sebapa). Di tengah perjalanan, Rahwana nan menginginkan Sita berusaha mengganggu mereka dengan mengutus dua raksasa nan berubah menjadi kijang.

Saat itu, Sita begitu tertarik dengan kedua kijang tersebut sehingga meminta Rama buat menangkapnya. Namun, ketika Rama berusaha menangkap kijang-kijang tersebut, terdengar suara minta tolong dari arah Rama. Laksamana nan diperintahkan Rama buat menjaga Sita mau tak mau harus menolong Rama dan meninggalkan Sita sendirian.

Namun, sebab kelicikan Rahwana, Sita pun dapat ditangkap dan dibawa ke negeri Lengka. Di sana ia ditawan sampai Rama dan Laksamana datang buat bertarung dengan Rahwana setelah mengutus Hanuman dan memberikan cincin perkawinannya kepada Sita. Di sana, Rahwana pun kalah dan Sita pun dapat kembali ke sisi Rama.

Sayangnya, banyak orang tak percaya kalau Sita masih kudus sehingga ia diasingkan ke sebuah hutan. Di sana, ia tinggal dengan Valmiki sampai akhirnya memiliki dua orang anak nan mengingatkannya pada Rama, ayah kedua nak tersebut. Kedua anak itu pergi ke kota buat mengikuti sayembara.

Di sana, mereka menyanyikan lagu Ramayana nan bisa mengingatkan Rama pada Sita. Namun, sebab ibu pertiwi menginginkan Sita, Rama tak dapat bersama lagi dengannya. Ia hanya dapat mengenang Sita lewat Ramayana tersebut.

Tema nan diangkat dalam kisah ini ialah kesetiaan dan rasa saling percaya nan dibina oleh pasangan nan saling mengasihi. Motivasi dan hal-hal nan dapat diambil hikmahnya juga dapat dilihat dari karakter tokoh di dalam kisah tersebut.

  1. Rama : merupakan seorang nan bijaksana, namun mudah terombang-ambing oleh omongan orang lain. Ia juga merupakan seorang pangeran nan pandai memanah.
  2. Sita Dewi : seorang wanita cantik nan patuh dan menurut kepada orang tua. Ia merupakan sosok isteri nan setia dan lemah lembut, serta pantang menyerah.
  3. Laksamana : seorang adik Rama nan berbeda ibu, namun tetap menyayangi Rama seperti saudara seibu. Ia ialah orang nan suka menolong, dan cepat dalam melakukan sesuatu.
  4. Bharata : adik Rama nan juga berbeda ibu, namun selalu bersikap bijaksana dan adil.
  5. Rahwana : seorang raja dari negeri Raksasa nan tamak dan licik, serta mau menang sendiri.
  6. Supranakha : adik perempuan Rahwana nan sangat mencintai Rama sehingga rela melakukan apa saja demi kepentingannya.

Dari karakter tokoh-tokoh tersebut, bisa diambil beberapa amanat nan juga dapat menjadi motivasi agar hayati kita menjadi lebih baik lagi. Berikut ialah motivasi nan dapat diambil dari kisah Ramayana tersebut.

  1. Dalam melakukan suatu hal, kita harus bersikap hati-hati.
  2. Jangan mudah menyerah.
  3. Kita tak boleh menuduh orang sembarangan.
  4. Bertindaklah setelah berpikir agar suatu hari tak menyesal.


Kisah Motivasi dalam Cerita Rakyat "Hikayat Ahmad Muhamad"

Di sebuah kerajaan, tinggallah seorang puteri nan sangat cantik sehingga memesona banyak orang, tidak terkecuali raja dari negeri seberang yaitu raja Habsyi si penyembah berhala. Ia kemudian berniat buat meminang puteri tersebut dan mengutus seorang patih buat melamarnya.

Namun, lamarannya ditolak sebab raja Mesir beragama Islam tak mau memiliki menantu penyembah berhala. Kemudian Raja Habsyi memerintahkan dua komandan buat menculik Tuan Putri. Dua komandan itu bernama Wira Maya dan Wira Santiaka. Planning tersebut berjalan mulus. Di istana, tuan Putri dipaksa menikah dengan Raja Habsyi.

Di lain pihak, ayah sang puteri sangat bingung mencari anaknya itu. Dalam kebingungannya itu, datanglah Ahmad menawarkan diri buat mengambil kembali Tuan Putri dari tangan Raja Habsyi. Raja pun mengizinkannya. Karena Ahmad memiliki kesaktian nan luar biasa, dalam sekejap pun Raja Habsyi bisa ditaklukkannya.

Raja Habsyi menjadi sangat marah dan menyuruh kedua hulubalangnya mengejar Ahmad dan Tuan Putri. Perkelahian pun terjadi dengan sengit, namun berkat pertolongan Allah kedua komandan itu dikalahkannya. Kedua komandan itu akhirnya menyerah dan meminta dibacakan syahadat agar mereka dapat memeluk agama Islam.

Dari cerita di atas, kita dapat mendapatkan beberapa pelajaran nan juga memotivasi buat hayati lebih baik dalam bermasyarakat. Motivasi tersebut antara lain ialah :

  1. Perbedaan bukan merupakan jalan kita buat bermusushan.
  2. Kita harus saling menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing.
  3. Janganlah menyelesaikan masalah dengan kepala panas.
  4. Hendaklah berbuat jujur dalam menginginkan sesuatu.