Motorik Halus

Motorik Halus

Jika Anda kesulitan mengancingkan pakaian dan mengikat tali sepatu, padahal sebelumnya tak begitu, hati-hatilah! Atau jika Anda sering mengalami gejala tremor (gemetar) tangan dan kaki ketika sedang beristirahat, besar kemungkinan bahaya besar menanti. yaitu Parkinson, penyakit pada sistem koordinasi , khususnya sistem saraf.



Sistem Saraf pada Manusia

Saraf merupakan bagian dari tubuh manusia. Saraf ialah serat nan bisa menghubungkan organ-organ tubuh dengan sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang dan antara bagian sistem saraf dengan nan lainnya.

Saraf bisa membawa implus ke otak atau pusat saraf. Salah satu bentuk saraf ialah neuron , tapi tak semua neuron itu berbentuk saraf sebab banyak sekali nan tak membentuk saraf.

Sistem saraf pada manusia ialah sistem nan mengatur dan mengoordinasikan sebagian besar gerakan, perilaku, dan fungsi tubuh, salah satu bagian dari sistem saraf ialah otak.

Unit terkecil dari sistem saraf ini ialah neuron nan diikat oleh sel-sel glia. Pada sistem saraf ini, sel-sel saraf terdiri dari jutaan sel nan saling berhubungan dan sangat fital dalam perkembangan pikiran, bahasa, dan ingatan pada manusia. Sistem saraf ini mempunyai peranan krusial dalam kehidupan manusia. Fungsi dari sistem saraf ini ialah sebagai berikut.

  1. Sistem saraf berfungsi sebagai penerima informasi dalam bentuk stimulasi.

  2. Sistem saraf berfungsi buat memproses informasi nan diterima oleh manusia.

  3. Sistem saraf berfungsi buat memberi respon dan reaksi terhadap stimulasi.

Dalam sistem saraf manusia, sel saraf (Neuron) bisa dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian-bagian sel saraf tersebut mempunyai fungsi nan bhineka buat kehidupan manusia.

Sel saraf ini juga dibagi atas beberapa bagian utama, yaitu badan sel saraf, dendrit, dan akson. Badan sel saraf mempunyai fungsi sebagai pengendali kerja sel saraf. Di dalam badan sel terdapat sitoplasma dan inti sel. Kemudian dari badan sel ini keluar akson (neurit) dan dendrit.

Akson atau neurit mempunyai fungsi sebagai pengirim implus dari badan sel saraf ke jaringan lainnya. Sedangkan, dendrit mempunyai fungsi buat mengirim implus ke badan sel saraf. Di dalam badan sel terdiri dari satu dendrit.

Selain itu, berdasarkan fungsinya, sel saraf dibagi menjadi empat bagian, yaitu saraf sensorik, saraf motorik, saraf asosiasi (penghubung), dan saraf adjustor. Berikut ini ialah penjelasannya.



1. Saraf Sensorik

Saraf sensorik ini mempunyai fungsi buat menghantarkan implus atau pesan dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Ujung akson dari saraf sensorik ii berhubungan dengan saraf asosiasi atau penghubung (intermediet).



2. Saraf Motorik

Saraf ini mempunyai fungsi sebagai pengirim implus dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar nan hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap suatu rangsangan. Saraf motorik ini, badan selnya berada pada sistem saraf pusat.

Dendrit pada saraf motorik ini sangat pendek berhubungan dengan akson, sedangkan akson sangat panjang di dalam sistem saraf pusat. Hal tersebut berfungsi buat menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik atau dengan sel saraf lainnya nan ada di dalam sistem saraf pusat.



3. Saraf Asosiasi (penghubung)

Saraf ini berfungsi buat menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik dan sel saraf lainnya nan ada di dalam sistem saraf pusat. Saraf ini berada pada sistem saraf pusat. Sel saraf asosiasi ini menerima implus dari reseptor sensorik atau sel saraf asosiasi lainnya.



4. Saraf Adjustor

Pada sel saraf nan terakhir ini, sel saraf adjustor mempunyai fungsi sebagai penghubung saraf sensorik dan motorik di dalam sumsum tulang belakang dan otak.

Di dalam sistem saraf itu ada dua sistem nan ada, yaitu saraf pusat dan saraf tepi. Saraf pusat mempunyai fungsi sebagai pusat koordinasi nan terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Selain itu, terdapat sumsum lanjutan di antara otak dan sumsum tulang belakang. Di dalam otak dan sumsum tulang belakang terdapat tiga materi esensial, yaitu sebagai berikut.

  1. Badan sel

  2. Serabut saraf

  3. Sel-sel neuroglia

Saraf tepi termasuk bagian dari sistem saraf. Sistem saraf tepi ini ialah semua saraf dan ganglion di luar sistem saraf pusat nan terdiri atas dua bagian, yaitu sebagai berikut.

  1. Sistem saraf sadar (somatik) nan mempunyai fungsi mengatur kerja organ tubuh secara sadar. Sistem saraf sadar ini terdiri dari 12 pasang serabut saraf otak dan 31 pasang serabut saraf sumsum tulang belakang (nervus spinalis).

  2. Sistem saraf tidak sadar (autonom) berfungsi buat mengatur kerja organ dalam tanpa dipengaruhi oleh kesadaran, bekerja secara otomatis, seperti jantung. Sistem saraf ini terdiri dari sistem saraf simpatetik dan saraf parasimpatetik.

Pengetahuan tentang saraf memang harus dipelajari lebih dalam agar bisa diketahui seluk beluk penyakit saraf. Masyarakat Indonesia memiliki istilah sendiri buat penderita penyakit saraf ini, seperti ayan, tremor, dan parkinson. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai penyakit Parkinson.



Motorik Halus

Pada manusia, terdapat sistem nan mengatur dan mengendalikan kerja alat tubuh agar bekerja harmonis dan sinkron dengan fungsinya. Sistem tersebut dinamakan sistem koordinasi nan terbagi atas dua, yaitu sistem saraf dan hormon. Untuk penyakit Parkinson, umumnya memiliki gejala awal nan menyerang kemampuan motorik halus penderita.

Kemampuan ini diatur oleh sistem saraf pusat (otak). Ketika seseorang terkena Parkinson, ada gangguan serius pada neurotransmiter (penghantar rangsangan pada otak) yaitu dopamin. Jumlah dopamin berkurang dan interaksi dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Hal ini mengakibatkan gerakan tubuh tak luwes sebab otot-otot menjadi kaku.

Penderita Parkinson akan mengalami kesulitan mengontrol mobilitas tubuhnya, terutama pada otot di tangan, kaki, dan wajah. Akibatnya, aktivitas sehari-hari penderita menjadi terganggu. Untuk aktivitas seperti berjalan saja, harus dilakukan dengan susah payah.

Postur tubuh pun cenderung bungkuk, baik ketika duduk atau pun berdiri. Aktualisasi diri penderita juga tak ekspresif sebab kekakuan otot pada wajah. Dampak kejiwaannya, penderita Parkison rentan mengalami depresi sebab merasa tak berdaya dan tak bergairah buat hidup.



Penyebab Parkinson nan Masih Misteri

Walaupun sebagian pakar kedokteran meyakini penyakit Parkinson cenderung diturunkan atau penyakit keturunan, tapi faktor penyebabnya bukanlah genetik. Seseorang nan menderita Parkinson, tak selalu dikarenakan orang tuanya juga mengalami hal sama. Hingga sekarang, belum ditemukan bukti-bukti medis nan bisa menyimpulkan penyebab primer Parkinson secara meyakinkan.

Pada beberapa kasus, penyebab Parkinson memang bisa ditentukan dengan pasti. Seperti sebab komplikasi serius dari virus nan menyebabkan peradangan otak, ataupun imbas samping dari obat-obatan atau racun nan menghalangi kerja dopamin, seperti pada obat anti psikosa atau schizophrenia. Hanya saja, itu semua bersifat kasuistik. Penyebab secara generik dari Parkinson masih misteri.

Untuk mengobati penyakit Parkinson, ada beberapa terapi nan biasa dilakukan. Yaitu, terapi obat-obatan nan menggunakan Levodopa (L-dopa), Inhibitor dopa dekarboksilasi, Bromokriptin, Antikolinergik, Antihistamin, Amantadin, dan Selegiline.

Selain terapi obatan-obatan, terapi fisik, suara, dan gen juga mulai digunakan mengobati penyakit nan banyak diderita manusia di atas usia 40 tahun ini. Bahkan, metode pencangkokan saraf pun mulai ditempuh.

Tapi, semua metode terapi tersebut hanya bersifat mengobati gejala ringan dari Parkinson dan menghambat perkembangannya. Jadi, bukan buat menghilangkan gejala atau menyembuhkan penyakit pada sistem koordinasi tersebut. Hingga sekarang, Parkinson masih merupakan penyakit nan tidak dapat disembuhkkan.

Untuk itu, perlu adanya penyuluhan tentang penyakit pada sistem saraf. Pengetahuan tentang ilmu saraf di Indonesia masih kurang, hanya dikalangan para pelajar nan belajar di idang kesehatan saja. Akibatnya, pencerahan masyarakat akan hayati sehat dan terhindar dari penyakit saraf masih kurang.

Dengan pencerahan akan penyakit pada sistem koordinasi, diharapkan masyarakat Indonesia bisa menciptakan pola hayati nan sehat, salah satunya ialah olah raga nan teratur.

Pola hayati nan teratur memang sulit diterapkan pada zaman sekarang sebab semakin majunya teknologi, maka manusia akan semakin sibuk. Kesibukan manusia tersebut membuat pola hayati tak teratur.

Manusia tak ada waktu buat melakukan olah raga. Padahal olah raga itu sangat krusial bagi kesehatan manusia, terutama bagi kesehatan otot saraf. Penyakit saraf pun terjadi bukan pada kalangan orang tua saja, tapi kalangan muda pun sudah banyak nan terjangkit penyakit pada sistem koordinasi ini. Untuk itu, mulailah melakukan pola hayati nan teratur dengan olah raga nan cukup.