Pesawat Jatuh dari Tahun ke Tahun

Pesawat Jatuh dari Tahun ke Tahun

Kejadian pesawat jatuh baik pesawat komersial maupun pesawat latih dengan tiga orang awak, selalu menuai keprihatinan berlebih. Derai air mata selalu mewarnai setiap terjadi pesawat jatuh. Keprihatinan berlebih ini mungkin sebab salah satunya keadaan korban pesawat jatuh nan sulit dikenali, hangus terbakar bahkan hilang buat sekian waktu sebelum akhirnya ditemukan telah berubah menjadi rangka.

Ketika mengemuka bahwa pesawat jatuh dikarenakan human error atau bahkan ada beberapa hal nan sebenarnya pesawat tidak laik terbang, keprihatinan itu berubah menjadi rasa geram. Terlebih bila sampai kejadian seperti kasus nan mengemuka awal 2012 tentang adanya pilot nan mengonsumsi narkoba justru hanya beberapa jam sebelum jam terbang. Sungguh, kesalahan nan tidak dapat termaafkan bila ternyata kemudian pesawat nan diterbangkan pilot bermasalah itu jatuh.

Pesawat jatuh telah menjadi catatan kelam global penerbangan. Secara matematis, pesawat nan merupakan pelaksanaan teknologi canggih itu terbang tak buat jatuh tentu saja. Berbagai kemungkinan telah diperhitungkan sangat detail, lalu dicari teknologinya agar kemungkinan pesawat jatuh itu nol prosen. Tapi ketika pesawat diterbangkan selama menggunakan pilot manusia, nan namanya human error tetap saja ada. Inilah problem besar dalam global penerbangan. Ketika teknologi telah sedemikian rupa diadopsi secara optimal, masalah muncul justru dari sisi manusianya.



Kemungkinan Penyebab Pesawat Jatuh

Menelisik dari berbagai kecelakaan pesawat, ada beberapa hal nan dapat jadi penyebab atau setidaknya salah satu karena nan akan memungkinkan sebuah pesawat jatuh. Tentu saja dalam setiap kecelakaan pesawat jatuh, dapat sebab satu faktor. Tapi tidak sporadis justru merupakan akumulasi dari beberapa faktor. Namun demikian, faktormanusia, dalam hal ini pilot, menjadi salah satu faktor penyebab nan cukup dominan.

Faktor kedua nan kemungkinan akan terjadi pesawat jatuh sebab down draft atau angin jatuh. Pesawat ketika berada pada ketinggian 1000 kaki, dapat saja tiba-tiba terbang rendah dan biasanya sebab terlalu rendah sekalipun pilot mencoba mengangkat pesawat dengan menambah power , tapi akan sulit dilakukan. Pesawat nan tiba-tiba turun dari ketinggian 1000 kaki ini sering terkenal angin jatuh. Menabrak gunung ialah nan kerap kali terjadi dampak adanya angin jatuh.

Kalau kita melihat statistik dari sejumlah kecelakaan pesawat jatuh, maka sebenarnya nan paling rawan buat terjadi kecelakaan ialah pada saat mendarat. Potensi buat terjadi pesawat jatuh atau kecelakaan pada saat mendarat ini sekitar 56%. Salah satu penyebabnya sebab sebab pesawat masih berada dalam kecepatan tinggi.

Potensi kedua buat terjadi kecelakaan ialah pada saat pesawat tinggal landas, yaitu 36%. Sementara kecelakaan pada saat pesawat berada pada terbang jelajah, potensinya hanya 6%. Pesawat jatuh sebab wafat mesin sangat sporadis terjadi bila sebelum melakukan penerbangan telah melalui mekanisme nan tepat.



Pesawat Jatuh dari Tahun ke Tahun

Pada tanggal 6 Mei 1937, terjadi peristiwa nan tidak akan pernah dilupakan global penerbangan. Pada tanggal itu, Zeppelin Jerman, sebuah pesawat berpenumpang 97 orang mengalami gagal mendarat di landasan bandar udara New York. Tanggal 6 Mei 1937 kemudian dikenal sebagai musibah Hindenburg.

Pada kecelakaan tersebut, 35 orang di antaranya meninggal dunia. Tak banyak informasi kenapa pesawat ini jatuh, selain faktor manusia dan cuaca.

Pasca tragedi Hindenburg tersebut, ahli pesawat dan penerbangan terus memacu diri agar dapat menyempurnakan teknologi pesawat terbang nan benar-benar aman. Selama 8 tahun, pasca kejadian itu tidak diberitakan adanya pesawat jatuh, sebelum akhirnya pada 12 Juli 1945 tragedi itu berulang. Kali ini terjadi tabrakan antara pesawat Eastern Airlines dengan pesawat angkatan udara USB-25 kurang lebih pada ketinggian 3000 kaki di atas Syracuse. Pada kecelakaan tersebut, satu orang bayi meninggal, pesawat pembomnya meledak setelah satu orang kru menyelamatkan diri dengan parasut sementara dua orang temannya meninggal.

Belum setahun kemudian terjadi lagi pesawat jatuh . Pada 3 Oktober 1946, pesawat produksi Berlin Douglas nan membawa istri dan anak-anak prajurit Amerika Serikat, menabrak Gunung Stephanville di Newfoundland. Pesawat jatuh nan menewaskan 39 penumpang ini dicatat sebagai kecelakaan paling jelek di global penerbangan saat itu.

Kemudian pada 25 Desember 1946, setidaknya 3 pesawat jatuh di kawasan China sebab terjebak kabut tebal. Tidak tercatat berapa orang korban meninggal. Delapan bulan setelah kejadian itu, di Chili dikabarkan pesawat Stardust jatuh. Sungguh memilukan. Kemudian pada 20 Oktober 1948, KLM Constellation dikabarkan mengalami kecelakaan di Skotlandia.

Pada rentang tahun 50-an, ada beberapa kali terjadi kecelakaan pesawat jatuh. Salah satu di antaranya ialah pada 25 April 1951 saat DC-4 nan baru melakukan lepas landas dari Miami, bertabrakan dengan pesawat milik Angkatan Bahari AS, Beech SNB-1 Kansan. Korban meninggal sebanyak 34 penumpang dan 5 orang awak pesawat. Lalu, pada 1 September 1953, Air France menabrak Gunung Cemet di Alpen, Perancis, 42 orang meninggal.

Pada 1972 termasuk nan banyak terjadi kecelakaan pesawat jatuh, yaitu 5 kali, masing-masing pada bulan Januari ketika pesawat JAT Yugoslavia terjatuh dan pada bulan Juni terjadi kecelakaan udara Staines. Masih pada bulan Juni, Prinair Penerbangan 191 juga mengalami kecelakaan. Lalu Oktober, pesawat angkatan udara Uruguay juga jatuh dan pada bulan Desember, Eastern Airlines juga mengalami kecelakaan.
Pada 27 Maret 1977, KLM penerbangan 4805 mengalami kecelakaan dan pesawat Pan Am juga mengalami kecelakaan. Inilah merupakan kecelakaan terburuk dalam sejarah penerbangan dunia.

Lalu di Indonesia sendiri, pada 29 Maret 1977, pesawat jatuh yaitu Merpati Nusantara Airlines di Gunung Tinombala nan menewarkan 13 orang. Pada 15 November 1978, pesawat jatuh di Kombo dari Jeddah membawa jemaah haji asal Kalimatan Selatan. Pesawat nan membawa 249 penumpang tersebut, menewarkan 175 orang. Lalu, pada 6 Maret 1979 pesawat jatuh berikutnya ialah Garuda Indonesia GA 553, American Arilines dengan nomor penerbangan 191 dan pada 11 Juli giliran Garuda Indonesia buat kedua kalinya jatuh.

Pesawat jatuh dan terbakar terjadi pada 4 April 1980, yaitu pesawat Garuda Indonesia nan jatuh dan terbakar di Bandara Polonia, Medan, menewaskan 26 orang awak dan penumpang, sisanya sebanyak 19 orang menderita luka berat. Menurut catatan. kejadian tersebut terjadi sebab cuaca buruk.

Lalu, pada 4 April 1987, pesawat jatuh berikutnya dialami Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 035 nan jatuh pada saat mendarat di Bandara Polonia, Medan. Pada 18 Oktober 1992, giliran pesawat Merpati Nusantara nan jatuh sebab menabrak gunung di daerah Garut. Tak ada nan dapat diselamatkan.

Sementara pada 9 Januari 1993, giliran Bouraq Indonesia nan jatuh di landasan Bandara Juanda. Pada 11 Juli 1997, pesawat jatuh berikutnya ialah dialami Garuda Indonesiadengan nomor penerbangan GA 152 nan jatuh di pegunungan dekat Medan. Semua penumpangnya nan berjumlah 222 termasuk 12 awak pesawat dinyatakan tewas. Inilah musibah pesawat jatuh terbutuk dalam sejarah penerbangan Indonesia.

Kejadian pesawat jatuh nan terjadi di Indonesia pada 2002, ada dua kali kejadian, yaitu dialami Lion Air dengan nomor penerbangan JT-386 dan Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 421. Sementara pada 15 Februari 2005, Lion Air gagal terbang sebab terperosok di Bandara Selaparang, NTB. Pada 5 September, Mandala Airlines nomor penerbangan RI 091 gagal lepas landas dari Bandara Polonia dan menabrak perumahan. Dari 117 penumpang, hanya 17 orang nan selamat belum termasuk 41 orang tewas di darat nan terseruduk.