Ciri-ciri Fisik Dan Kimiawi Platinum

Ciri-ciri Fisik Dan Kimiawi Platinum

Dalam daftar unsur kimia, Platinum bernomor atom 78 memiliki simbol Pt. Platinum berasal dari bahasa Spanyol, yaitu platina, nan artinya ialah perak kecil. Karakteristik dari platinum atau platina nan khas ialah rona abu-abu, padat tapi juga lunak, dan merupakan logam transisi. Salah satu karakteristik dan keunggulan dari platinum ini ialah merupakan logam nan memiliki sifat anti korosi nan luar biasa.

Logam ini juga termasuk logam nan paling langka ada di lapisan bumi ini. Dan delapan puluh persen dari kebutuhan dan produksi logam ini di dunia, disumbangkan dari Afrika Selatan. Sisanya, nan hanya dua puluh persen tersebut, terbagi di beberapa negara dan kawasan di luar Afrika Selatan.

Dengan sifatnya nan anti korosi sekalipun pada suhu tinggi, menjadikan platinum termasuk salah satu logam mulia. Dan tentu saja, harganya pun tak murah bila dibanding dengan logam lainnya. Logam ini sudah digunakan jauh sebelum era Columbus, terutama dijadikan bahan membuat artefak.

Namun, logam ini mulai mencuri perhatian global ketika di Eropa mulai muncul tulisan nan membahas tentang logam nan bernama platinum ini nan terjadi pada awal abad ke-16. Dari tulisan-tulisan itulah, nan mendorong para pakar menyelidiki sebuah logam nan berasal dari Amerika Selatan ini. Namun, kemudian pada perkembangan terakhirnya, platinum ini termasuk juga dipakai sebagai bahan hulu ledak. Terutama sebab sifatnya nan ringan tapi kuat.



Sejarah Inovasi Platinum

Platinum mulai mencuri perhatian para peneliti ketika tahun 1557 muncul sebuah tulisan. Tulisan tersebut berisi tentang sebuah logam berwarna abu-abu nan ditemukan di daerah antara Darien dan Meksiko. Salah satu keunggulan dari logam nan ditemukan ini tahan terhadap api.

Karena tahan barah itulah, penduduk Ekuador menggunakan platinum buat dijadikan sebagai bahan artefak setelah dicampur dengan emas murni. Kemudian, logam ini dikategorikan sebagai salah satu logam mulia buat pertama kali dibahas dalam tulisan seorang Italia nan bernama Julius Caesar Scaliger.

Orang nan dianggap berjasa dan sekaligus dianggap sebagai penemu dari logam mulia platinum ini ialah Antonio de Ulloa. Ini terjadi setelah Antonio de Ulloa kembali dari misi Geodesic dari Prancis ke negaranya, Spanyol. Akhir dari misi itu sendiri terjadi pada tahun 1746. Antonio de Ulloa berada di Prancis selama lebih dari delapan tahun.

Namun sebenarnya pada tahun 1741, seorang pakar metalurgi dari Inggris, Charles Wood telah menemukan berbagai serpihan logam nan merujuk pada logam Platinum. Serpihan-serpihan itu ditemukan di Jamaika. Serpihan-serpihan inilah nan kemudian dikirim ke Brownrigg buat diteliti lebih lanjut. Salah satu catatan nan disertakan bersama serpihan logam nan merujuk pada platinum tersebut ialah memiliki titik leleh nan sangat tinggi.

Para pakar lain nan menaruh minat buat meneliti logam ini kemudian ialah seorang pakar kimia dari eropa, Andreas Sigismund. Selain itu, peneliti serta ilmuwan lainnya seperti William Lewis, Torbern Bergman, Pierre Macquer, dan Jakob Berzelius tertarik buat meneliti logam ini. Salah satu hasil penelitian krusial sehubungan dengan platinum ini ialah logam ini tahan terhadap korosi, namun baru bereaksi ketika dikenai arsenik.

Pada tahun 1772, Car von Sickingen melakukan penelitian nan monoton tentang logam ini. Carl von Sickingen sukses membuat platina dapat lentur setelah dicampur dengan emas murni dan dipanaskan dengan panas aqua regia . Pada penelitian selanjutnya, platinum pernah dicampur dengan ammonium klorida buat mengetahui bagaimana reaksi logam berwarna abu-abu ini. Kelenturan dan kekuatan logam ini memang hampir setara dengan emas murni.

Penelitian tentang logam ini memang terus menarik perhatian. Tidak tanggung-tanggung, Pangeran Charles III dari Kerajaan Spanyol misalnya, pada tahun 1786 secara serius menyediakan laboratorium dan berbagai bahan kepustakaan nan berkaitan dengan logam lentur nan anti korosi ini. Peneliti nan mendapat kehormatan dari Pangeran Charles III ini ialah Pierre Francois Chabaneau.

Hasil penelitian nan cukup krusial dari kerja keras Chabaneau ialah logam tunggal. Sebagai logam, platinum memang kuat dan lentur. Akan tetapi ketika dicampur dengan iridium, logam ini berubah menjadi sangat rapuh. Sebagai logam nan tahan barah dan memiliki titik leleh sangat tinggi, tapi ketika logam ini dicampur dengan osmium, justru unsur logam dari platinum itu sendiri akan ikut menguap.

Chabaneau juga sukses mencampurkannya dengan emas murni. Kkemudian, ditempa monoton sehingga kedua logam ini dapat menyatu. Dengan menyatunya dua logam ini, tentu saja akan memiliki kekuatan nan lebih tinggi.

Penelitian terakhir tentang logam ini dilakukan pada abad modern oleh Gerhard Ertl. Ia sukses menemukan prosedur molekuler dari platinum secara lebih rinci setelah dilakukan oksidasi dengan menggunakan senyawa karbon monoksida. Atas jerih payahnya ini pada 2007, Gerhard Ertl memperoleh hadiah Nobel bidang Kimia.



Ciri-ciri Fisik Dan Kimiawi Platinum

Secara fisik, logam ini terlihat berwarna keperakan, lunak, dan berkilauan. Dibanding emas, tembaga, maupun perak, logam ini juga terlihat paling kuat dan tahan terhadap korosi. Bahkan, ketika tercampur dengan sianida, sulfur, maupun kaustik alkali, logam ini juga tetap tahan.

Logam ini juga memang tak larut dalam senyawa asam. Hanya saja, ia dapat dilarutkan dalam regia aqua panas sehingga membentuk asam chloroplatinic. Tentu saja dengan berbagai keunggulan secara fisik, logam ini sudah diaplikasikan dalam industri. Termasuk juga pada industri modern nan digunakan sebagai bahan hulu ledak nuklir.

Di global industri, logam ini memang sudah semakin banyak diaplikasikan. Pada tahun 2006 misalnya, dari 239 ton logam ini nan dijual di pasaran, 130 ton di antaranya digunakan dalam kaitannya dengan kontrol emisi. Sementara, 13,3 ton digunakan dalam industri elektronik, 49 ton di antaranya dipergunakan buat perhiasan, dan 11,2 ton digunakan di dalam industri kimia, terutama dipergunakan buat katalis.

Bahan-bahan hasil industri modern nan menggunakan logam ini cukup banyak. Di antaranya, elektroda, busi, mesin turbin, obat anti kanker, dan sensor oksigen.

Untuk keperluan membuat katalis pada industri kimia, logam ini memang sudah dimulai sejak abad ke-19. Sekalipun masih dalam bentuk sederhana, yaitu dipergunakan sebagai katalis ketika melakukan pengapian dengan hidrogen. Sementara itu di dalam industri modern, logam ini digunakan sebagai catalytic conventer dalam industri mobil.

Dengan digunakannya logam ini sebagai catalytic conventer , memungkinkan hidrokarbon nan tak terbakar nan kemudian keluar dari knalpot, dapat berubah menjadi senyawa karbon dioksida dan uap air. Dalam industri pengolahan minyak, logam ini juga digunakan sebagai katalis ketika proses pemisahan oktan bensin. Sementara itu, di dalam industri minyak nabati, logam ini digunakan dalam fungsinya sebagai katalis hidrogenasi.

Para pakar kimia telah menemukan cara bagaimana memisahkan platinum mentah dari unsur atau senyawa lain atau memurnikan logam ini dari emas maupun logam lainnya ialah dengan proses aqua regia. Dengan melarutkanya di dalam senyawa ini, akan menghasilkan logam nan murni.

Sementara itu, platinum nan dilarutkan dengan senyawam asam hexachloroplatinic, bermanfaat besar terutama buat berbagai keperluan. Di antaranya dalam fotograpi, membuat tinta nan tak dapat dihapus, cermin, buat menentukan pewarnaan pada porselen, membuat pelat, dan digunakan dalam membuat lukisan berbahan seng. Sementara dalam bidang pengobatan, senyawa asam hexachloroplatinic dicampur dengan garam amonium.

Itulah beberapa inovasi krusial nan berkaitan dengan logam Platinum, nan pada awalnya dianggap sebagai emas murni ini. Dengan karakteristik fisik dan kimiawinya nan lebih lentur tapi kuat, sekaligus mencapai titik leleh nan sangat tinggi, memang terus mengundang para peneliti buat lebih mengaplikasikan kehebatan logam ini. Sehingga dalam berbagai bidang, terutama dalam industri modern, logam ini semakin menarik buat diaplikasikan.***