Kisah Legenda Sungai Musi

Kisah Legenda Sungai Musi

Kisah legenda wisata menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatwan nan akan berkunjung di sebuah tempat. Di Indonesia hampir semua loka wisatanya menyimpan legenda wisata nan eksotis. Kisah legenda nan tak hanya sekadar cerita imbasan jempol semata, tetapi benar-benar kisah legenda nan benar-benar terjadi.

Menarik sekali apa nan ada dalam kisah legenda wisata ini. Kita dapat banyak belajar dari berbagai kisah, termasuk kisah legenda wisata. Ada banyak hikmah nan dapat kita ambil dari serangkaian kisah legenda dari berbagai loka wisata di seluruh Indonesia.



Kisah Legenda Gunung Kemukus

Legenda wisata Gunung Kemukus, bermula dari romansa terlarang antara anak tiri dengan ibu tirinya. Seperti cerita sintreon, skandal cinta ini pun berjalan secara sembunyi-sembunyi.

Berawal dari Pangeran Samodra nan jatuh cinta kepada ibu tirinya sendiri, Dewi Ontrowulan. Dewi Ontrowulan nan memang masih muda, seksi, dan cantik itu pun menerima cinta Pangeran Samodra. Maka kelanjutannya dapat ditebak. Pangeran Samodra dan Dewi Ontrowulan pun menjalin interaksi cinta. Mereka menjalani interaksi ini secara diam-diam. Setiap kali ada kesempatan, mereka berdua selalu melampiaskan gairahnya.

Namun, setiap kebusukan nan disimpan, pastilah akan tercium juga. Demikian pula halnya dengan kisah percintaan ini, mereka terpergok sedang berhubungan badan. Raja sangat murka menjumpai pengkhianatan istri muda dan anak kandungnya itu.

Rasa sakit dan kemarahan sebab dikhianati oleh orang-orang nan dicintainya ini, untungnya tak dilampiaskan dengan memberikan sanksi nan kejam. Raja hanya mengusir Pangeran Samodra buat segera meninggalkan istana, dan menjalani pengasingan di Gunung Kemusuk.

Namun, setelah sekian lama terpisah dari Pangeran Samodra, Dewi Ontrowulan tak sanggup lagi menahan kerinduan. Dewi Ontrowulan pun akhirnya melarikan diri dari istana, menyusul kekasih hatinya, Pangeran Samodra nan sedang diasingkan di Gunung Kemukus.

Namun malang baginya, setelah susah payah melarikan diri dari Istana, hatinya justru makin teriris menjumpai fenomena bahwa Pangeran Samodra telah meninggal dunia. Dia hanya menjumpai gundukan tanah kuburan Pangeran Samodra. Hatinya sedih bukan kepalang, dengan air mata nan mengucur deras Dewi Ontrowulan meratap-ratap mengiba.

Setelah puas dengan ratapannya, Dewi Ontrowulan pun berkata, " Andaikata tanah makam ini dapat merekah terbuka, maka saya ingin dia menelan tubuhku, agar saya dapat tetap bersama dengan kekasihku."

Ratapan Dewi Ontrowulan ini, ternyata mendapat jawaban dari dalam tanah. Secara mistik kemudian terdengar suara nan memerintahkan agar Dewi Ontrowulan mensucikan dirinya terlebih dahulu agar dapat bersama lagi dengan kekasihnya, Pangeran Samodra di alam kubur.

Selang berapa lama, Dewi Ontrowulan pun bersuci di sebuah sendang (mata air). Selesai bersuci Dewi Ontrowulan kembali menghampiri gundukan tanah kuburan Pangeran Samodra. Begitu sampai di kuburan Pangeran Samodra, mendadak terdengar suara mistik lagi.

" Barang siapa nan ingin dikabulkan apa nan jadi kehendaknya, maka kenanglah dan ikuti romansa kami .".

Seiring dengan menghilangnya suara itu, mendadak bumi berderak terbuka lebar dan dalam waktu sekejap langsung menelan tubuh Dewi Ontrowulan buat dipersatukan dengan tubuh Pangeran Samodra di alam kubur.



Kisah Legenda Batu Menangis

Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Provinsi ini memiliki ratusan sungai besar dan kecil, sehingga dijuluki sebagai wilayah "Seribu Sungai". Menurut cerita, di sebuah daerah di mana ada legenda wisata seorang gadis cantik nan menjelma menjadi batu. Peristiwa apa nan menimpa gadis itu, sehingga menjelma menjadi batu? Ingin tahu cerita selengkapnya?

Disebuah bukit nan jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku nan amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tidak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.

Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya nan miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.

Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa buat berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki nan cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai baju nan bagus dan bersolek agar orang dijalan nan melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan baju sangat dekil. Karena mereka hayati ditempat terpencil, tidak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan nan berjalan itu ialah ibu dan anak.

Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa nan tidak puas-puasnya memandang paras gadis itu. Namun ketika melihat orang nan berjalan dibelakang gadis itu, sungguh paradoksal keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.

Di antara orang nan melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah nan berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia ialah pembantuku !"

Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah nan berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. "Ia ialah budakk!"

Begitulah setiap gadis itu berjumpa dengan seseorang disepanjang jalan nan menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya. Pada mulanya mendengar jawaban putrinya nan durhaka jika ditanya orang, si ibu masih bisa menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan nan amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu nan malang itu tidak bisa menahan diri.

Si ibu berdoa.
"Ya Tuhan, hamba tidak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia...."

Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.

Sekalipun menjadi batu, namun orang bisa melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh sebab itu, batu nan berasal dari gadis nan mendapat kutukan ibunya itu disebut " Batu Menangis ".



Kisah Legenda Sungai Musi

Kisal legenda wisata selanjutnya ialah legenda Sungai Musi. Sungai Musi ialah sebuah sungai nan terletak di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan nan terpanjang di pulau Sumatera dan membelah Kota Palembang menjadi dua bagian.

Zaman dahulu kala, interaksi lalu lintaslaut di seluruh global di lakukan dgn bahtera layar. Pada jaman itu, banyak pula lanun atau bajak laut. Ketika itu perdagangan tak memakai sistem jual beli tetapi dengan sistem barter.

Para perompak itu melihat banyak bahtera besar dan tongkang datang dari hulu sarat dengan muatan hasil bumi, mereka konfiden di wilayah hulu sungai pastilah daerah nan subur. Mereka pun mulai membentuk kelompok buat menjelajah daerah hulu.

Kelompok nan menjelajah Muara Enim sekarang, juga kagum dengan melihat tanaman rempah dan batubara nan muncul di permukaan tanah. Sementara itu nan sampai di wilayah Ranau, begitu takjub ketika melihat tembakau pun tumbuh disana.

Kapitan pun begitu tertarik dengan Wilayah Sumatera Selatan nan berpusat di Sungai Musi, dia pun memutuskan buat tinggal lama di Palembang. Dia memberi tanda melingkari daerah Sumatera Selatan dalam peta seraya berkata:

"Kita sekarang berada di daerah ini. Ternyata daerah dan sungai ini belum ada namanya di peta. Sudah ku pikir-pikir, kita menamakan daerah ini Mu Ci. Seorang perompak bertanya, "Mengapa Tuan menamakan daerah ini Mu Ci?"

"Bukankah Mu Ci (Ayam Betina) ialah makhluk yg memberikan laba untuk manusia? Sekali bertelur belasan butir. telur ialah sumber makanan dan rezeki. Daerah ini pun sangat subur. Luar biasa suburnya. hasil rempah2nya bermutu tinggi. Ada Tambang batubara, emas dll. Maka daerah ini layak di sebut Mu Ci, sebab tanahnya demikian kaya raya memberi keberuntungan bagi manusia".

Kaum pria daerah ini ramah, mudah menerima orang asing, bisa berteman dengan baik dan suka menolong. Akan tetapi jangan berbuat curang atau menipu mereka. Bukankah ada empat orang teman kita nan wafat sebab di tusuk penduduk dgn pisau?". Pemimpin perompak melanjutkan pembicaraannya.

"Itu salah teman kita sendiri, sudah aku perintahkan buat berperangai baik. daerah ini dan seluruh penduduknya akan jadi kawan dagang kita dalam jangka panjang. Selain itu, wanita di daerah Mu Ci ini juga sangat baik, kulit mereka kuning seperti kita. Tapi wajahnya tak seperti paras orang Eropa dan tak mirip kita. Kaum wanita daerah ini hebat dan mengagumkan. Mereka bekerja keras membantu suami.

Tak ubahnya seperti induk ayam betina. Bekerja keras mencari makanan buat anak-anaknya. Hormat dan baik pada sesamanya. Akan tetapi jangan coba2 mengganggu mereka dan anak-anaknya. Mereka dapat lebih ganas dari elang sekalipun. Beratus tahun kemudian kata Mu Ci berubah menjadi Musi.