Pengertian Paragraf dari Segi Kesatuan, Kepaduan, Fungsi, dan Jenis

Pengertian Paragraf dari Segi Kesatuan, Kepaduan, Fungsi, dan Jenis

Tahukah Anda pengertian paragraf ? Setiap kali kita membaca buku atau artikel di media massa, kita akan menemukan paragraf. Apa pengertian paragraf? Paragraf ialah bagian karangan nan terdiri atas beberapa kalimat nan berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran. Artinya, dalam rangka menjamin adanya unsur kesatuan sebuah paragraf, tiap paragraf semestinya hanya disii sebuah pikiran.



Pengertian Paragraf dari Segi Kesatuan, Kepaduan, Fungsi, dan Jenis

Berikut ini ulasan lengkap seputar kesatuan dan kepaduan paragraf.



Kesatuan Paragraf

Pragraf bisa berisi sejumlah kalimat , tetapi semuanya haruslah menjadi kesatuan. Tidak ada sebuah kalimat pun nan bersifat tidak sinkron dan tidak mendukung kesatuan paragraf. Bila ada kalimat sumbang, tentu akan rusak kesatuan paragraf.

Contoh sebuah paragraf tanpa adanya unsur kesatuan pikiran.

(1) Kebebasan dalam berekspresi berakibat terhadap perkembangan kreativitas nan baru. (2) Sejumlah siswa taraf dasar sampai taraf atas ataupun kejuruan berhasil memenangkan olimpiade matematika serta fisika. (3) Meskipun kebutuhan ekonomi masyarakat kita cukup rendah, sejumlah pelajar telah berhasil memenangkan kejuaraan global di dalam acara lomba itu. (4) Kreativitas nan baru tersebut cukup membanggakan bagi kita semua.

Paragraf di atas tanpa kesatuan pikiran. Kalimat pertama sampai kalimat ketiga memperlihatkan pikiran nan tidak sama. Setiap kalimat tersebut tidak membahas sebuah pikiran nan sama. Hanya kalimat keempat nan memperlihatkan adanya hubungan. Akibatnya, paragraf tersebut menjadi sangat tidak jelas strukturnya dan maknanya. Jelas sekali, contoh di atas telah keluar dari definisi paragraf.



Kepaduan Paragraf

Selain kesatuan paragraf, kepaduan paragraf juga menjadi syarat paragraf nan baik. Kepaduan dai dalam sebuah paragraf ini dapat terlihat dari susunan kalimat secara logis serta lewat kata-kata atau ungkapan-ungkapan pengait antar kalimat. Supaya sebuah paragraf menjadi lebih padu, gunakanlah pengait paragraf, yaitu sebagai berikut.

Menggunakan Ungkapan Penghubung/Transisi

  1. Hubungan tambahan, di antaranya ialah penggunaan kata lebih lagi, selanjutnya, di samping itu, berikutnya, lagi pula, di samping itu.
  2. Hubungan pertentangan. Kata nan dapat digunakan ialah akan tetapi, namun, sebaliknya, begitu juga, lain halnya.
  3. Hubungan perbandingan. Kata-kata yan g kerap digunakan ialah sama degan itu, sehubungan dengan itu, dalam hal nan demikian .
  4. Hubungan akibat. Kata-kata nan kerap digunakan ialah oleh karena itu, jadi, akibatnya, oleh sebab itu, dan maka.
  5. Hubungan tujuan. Kata-kata nan kerap digunakan ialah untuk itu dan maksud itu.
  6. Hubungan singkatan. Kata-kata nan kerap digunakan ialah singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain, dan sebagai simpulan .
  7. Hubungan waktu. Kata-kata nan kerap digunakan ialah sementara itu dan beberapa saat kemudian.
  8. Hubungan dengan tempat. Kata nan kerap digunakan ialah berdekatan dengan itu .

Paragraf berikut ini memperlihatkan pemakaian ungkapan pengait antar kalimat nan berupa ungkapan pengubung transisi.

Walaupun sudah menikah, ayahnya masih tetap saja memaksa dirinya buat kembali lagi belajar. Namun, Muhammad Abduh telah bertekad buat tidak lagi kembali. Maka dia pun pergi ke desa Syibral Khit, di sana banyak sekali paman dari sang ayah bermukim. Di wilayah inilah, ia bertemu dengan Syaikh Darwisy Khidr, salah satu pamannya nan memiliki pengetahuan tentang Al-Quran serta penganut paham tasawuf asy-Syadziliah. Sang paman sukses mengubah pandangan pemuda Muhammad Abduh, dari seseorang nan benci ilmu jadi orang nan menggemarinya. Bahkan, “Tidaklah berlalu lima hari dan masa rendezvous itu, kecuali apa nan tadinya paling kusenangi seperti bermain, bercanda dan berbangga-bangga, telah berubah menjadi hal-hal nan paling kubenci. Demikian Muhammad Abduh menceritakan pengalamannya. (Dikutip dari buku “Rasionalitas Al-Qur’an”, M. Quraish Shihab).

Dengan digunakan dua pengait antar kalimat walaupun, nanum, maka, dan bahkan, di dalam sebuah paragraf tersebut, kepaduan sebuah paragraf sangat terasa. Urutan semua kalimat di dalam pragraf tersebut pun logis sekaligus terlihat kompak.

Menggunakan Kata Ganti

Ungkapan pengait dalam paragraf dapat juga berbentuk kata ganti , baik kata ganti orang ataupun nan lainnya. Kata ganti orang di antaranya ialah saya, aku, ku, kita, kami (kata ganti orang pertama), engkau, kau, kamu, mu, kamu sekalian (kata ganti orang kedua ), dia, ia beliau, mereka dan nya (kata ganti orang ketiga). Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh paragraf di bawah ini.

Hp di atas meja belajar berdering, ketika Nadia sedang merem-merem ayam di atas loka tidur membayangkan masa lalunya bersama Bara. Ia langusung bangun dan meraih HP-nya dengan cepat. Ia berharap telepon dari Bara. Soalnya kata Bik Onah, tadi Bara habis nelepon. Dan Bik Onah ngasih nomor telepon HP gue, batinnya. (Dikutip dari Novel “Astaga! Gue Salah Kirim SMS”, Chris Oetoyo)

Kata ia dan nya digunakan buat mengganti kata Nadia agar namanya tidak dituliskan berulang-ulang di dalam sebuah paragraf. Penggunaan nama nan sama berkali-kali ddalam sebuah paragraf tentu akan membuat kebosanan dan juga mengurangi keutuhan sebuah paragraf. Kata ganti lainya nan dipakai buat menciptakan kepaduan sebuah paragraf ialah itu, ini, tadi, begitu, demikian, di situ, ke situ, di atas, di sana, di sini dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut.

"Itu asmara mereka. Mereka diam di situ dari kuliah taraf pertama hingga sukses mendapat gelar sarjana. Orangtua mereka pun tidak sporadis atau sering sekali pergi berkunjung ke situ ."

Menggunakan Kata kunci

Ungkapan pengait pun dapat berbentuk pengulangan kata-kata kunci, misalnya kata Ia pada kutipan “Novel Astaga! Gue Salah Kirim SMS” di atas. Pengulangan kata tersebut harus dipraktikkan secara hati-hati. Artinya, jangan terlalu sering, sebab bisa menimbulkan ketidaknyamanan dan kesalahan dalam memahami inti kalimat.



Fungsi Paragraf

Sebuah paragraf sejatinya memiliki empat fungsi, yaitu sebagai berikut.

1. Penampung Ide pokok

Secara teknis, berdasarkan definisi paragraf, maka paragraf berfungsi sebagai penampung ide pokok nan hendak disampaikan penulis kepada pembaca. Hanya dengan menampung dan mengelompokkan uraian-uraian ide pokok dalam satu paragraf nan ringkas, seorang penulis akan mudah menyusun, menyampaikan isi pikiran, dan perasaanya secara logis seksaligus sistematis ke dalam bentuk karya tulis. Contohnya makalah, skripsi, artikel, cerpen, feature, atau bahkan feature .

2. Mempermudah dalam Memahami Kandungan Tema

Kita bisa mengetahui jalan pikiran penulis dengan cara menyimak kata demi kata, dan kalimat demi kalimat nan terdapat di dalam satuan-satuan paragraf. Sehingga memudahkan pembaca buat mengerti dan memahami kandungan satu tema dengan cara menceraikan satu tema dengan tema lainnya. Oleh karena itu, tiap paragraf hanya diperbolehkan memiliki satu tema. Jika ada dua tema, paragraf tersebut harus dibagi lagi jadi dua paragraf.

3. Memungkinkan Penulis Melahirkan Jalan Pikirannya secara Sistematis

Untuk menilai karya tulis bermutu tinggi atau tidak, bisa dilihat dan diperiksa pada jalan pikiran nan muncul dalam setiap kalimat ataupun paragraf nan ditulisnya. Ia akan merujuk dan mengikuti pola tertentu, misalnya pola deduktif atau pola induktif.



Jenis Paragraf

Paragraf, berdasarkan jenisnya, terbagi kepada dua, yaitu sebagai berikut.

1. Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif ialah paragraf nan dimulai dengan kalimat primer disusul klarifikasi atau uraian secara lebih rinci dengan mengikuti pola urutan pesan dari umum ke khusus . Fungsi paragraf deduktif terutama menegaskan suatu pikiran pokok, pikiran, pernyataan, atau konklusi buat segara diketahui dan dicatat oleh pembaca. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh paragraf deduktif berikut:

Artikel merupakan sebuah tulisan lepas berisi opini seseorang nan mengulas sampai tuntas sebuah masalah eksklusif nan beraifat aktual atau kontroversial Tujuannya ialah buat menginformasikan (informatif), memengaruhi, dan juga meyakinkan (persuasif argumentatif) ataupun menghibur para pembaca. Disebut lepas, karena siapa saja diperbolehkan menulis artikel dengan topik nan bebas sinkron minat ataupun keahlian masing-masing. Selain itu juga artikel nan ditulis tidak berhubungan dengan warta ataupun laporan tertentu. Ditulisnya juga diperbolehkan kapan pun, di mana pun, dan oleh siapa pun .( Dikutip dari buku “Menulis Artikel dan Tajuk Rencana”, AS Haris Sumardiria)

2. Paragraf Induktif

Paragraf Induktif ialah pragraf nan dimulai dengan kalimat penjelas nan menekankan bagian-bagian atau unsur-unsur terkecil disusul dengan klarifikasi bagian-bagian nan lebih besar sebelum kemudian diakhir dengan konklusi atau kalimat penegas, disebut dengan paragraf induktif. Dalam paragraf induktif, urutan pesan dimulai dari khusus ke umum.

Fungsi paragraf Induktif terutama buat menekankan bagian-bagian terkecil dari ide pokok nan ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Fungsi paragraf induktif memang lebih banyak bersifat visual atau penggambaran suatu hal daripada fungsi paragraf deduktif nan lebih menekankan dimensi konseptual atau penekanan suatu gagasan tertentu.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh paragraf induktif berikut.

Banyak pakar agama nan mengatakan bahwa Haji sesungguhnya ialah sebuah prjalanan menuju “kematian”. Hasyim Muzadi dengan mengutip Ali Syari’ati dalam bukunya nan cukup fenomenal, Haji, menyatakan bahwa prosesi ritual dalam ibadah haji ialah citra nan paling lengkap menuju kematian nan diberikan oleh Allah SWT kepada sebagian ummatnya. Oleh karena itu, seseorang nan menunaikan ibadah haji berarti memperoleh karunia langsung dari Allah menguti latihan massal menuju kematian sebelum mengalami kematian nan sesungguhnya. (Dikutip dari buku “Arafah dan Kesadaran Jiwa”, Azhari Akmal Tarigan)

Inilah kajian sederhana dalam perbincangan pengertian paragraf dan segala hal nan berkaitan dengannya. Semoga bermanfaat bagi sobat Ahira!