Benteng Belgica

Benteng Belgica

Sejarah mencatat, Indonesia pernah dijajah oleh bangsa Eropa, salah satunya Belanda. Kisah penjajahan oleh bangsa nan berasal dari benua biru tersebut masih bisa dikenang sebagai masa kelam bangsa nan merasakan kemerdekaan pada tahun 1945. Banyak warisan peninggalan Belanda di Indonesia nan masih berdiri saat ini.

Selain Belanda, bangsa Eropa lain nan pernah menjajah Indonesia ialah Inggris dan Portugis. Salah satu hal bersejarah peninggalan Belanda di Indonesia juga peninggalan negara-negara Eropa lainnya ialah benteng.

Benteng menjadi simbol kekuasaan penjajah terhadap kaum pribumi orisinil dan sebagai pusat pemerintahan hingga dikembangkan menjadi sebuah kota. Sebaliknya bagi bangsa Indonesia, benteng dibangun sebagai bentuk perlawanan dalam upaya mempertahankan kedaulatan wilayah nan pada masa itu masih belum manunggal sebab terpisah menurut otoritas kerajaan masing-masing.

Benteng mempunyai fungsi primer sebagai tembok pertahanan dari agresi versus di mana daerah nan dikelilingi benteng merupakan loka tinggal tentara beserta keluarganya. Saat ini, benteng menjadi cagar budaya nan menjadi saksi perjalanan panjang bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya. Beberapa masih berdiri kokoh dengan arsitektur aslinya, sementara lainnya rusak dampak perang dan tergerus zaman.

Berikut ini beberapa benteng nan bisa dijadikan acum loka wisata sejarah.



Benteng Rotterdam

Benteng ini dibangun oleh Raja Gowa I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi Kallona. Beliau ialah pemimpin kerajaan Gowa-Tallo nan ke-9. Beliau menggagas pembangunan benteng tahun 1545 di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar.

Benteng nan dikenal dengan sebutan Benteng Ujung Pandang ini menggunakan bahan dasar tanah liat hingga pada akhirnya direkonstruksi oleh raja Gowa ke-14 nan bernama Sultan Alaudin. Perbaikan benteng dilakukan buat mengubah desain dan bahan arsitektur agar semakin kuat dan berkarakter. Desain diubah menjadi bentuk seekor penyu merangkak turun ke laut. Hingga akhirnya, benteng ini dikenal sebagai peninggalan Belanda di Indonesia .

Hal ini dilakukan sebab ingin menunjukkan bahwa filosofi Kerajaan Gowa bisa berjaya di bahari dan di daratan. Bahan nan dipakai adalah batu padas, diambil dari pegunungan Karst di daerah Maros.



Benteng Keraton Buton

Benteng Buton dibangun pada tahun 1597 ketika masa kepemimpinan Sultan Kaimuddin, Sultan Buton ke tiga. Tujuan awal pembangunan benteng ini adalah buat membuat pagar pemisah antara kesultanan Buton dengan perkampungan masyarakat. Konstruksi bangunan hanya berupa tumpukan batu nan disusun mengelilingi area kompleks istana Buton.

Benteng Buton mengalami perubahan struktur bangunan menjadi permanen pada masa Kesultanan Buton ke empat nan dipimpin Sultan Dayanu Ikhsanuddin. Terbukti, pengaruh benteng terhadap eksistensi Kerajaan Buton begitu besar.

Sehingga, mampu mempertahankan kerajaan selama lebih dari empat abad dari ancaman musuh. Benteng nan saat ini berada di Bau-Bau, Sulawesi Tenggara ini mencatat prestasi manis tahun 2006 sebab dinobatkan sebagai benteng terluas di global oleh Guinness World Records.



Benteng Belgica

Benteng Belgica awalnya didirikan pada abad ke-16 oleh bangsa Portugis nan telah lebih dulu mendarat di wilayah nusantara. Letak benteng ini ada di Pulau Neira Provinsi Maluku. Benteng ini mengalami pembangunan ulang ketika Belanda melakukan praktik monopoli pala.

Atas perintah Gubernur Jendral Pieter Both, sebuah benteng nan diberi nama Fort Belgica mulai dibangun sejak 4 September 1611. Keberadaan benteng membuat perlawanan masyarakat Banda menentang praktik monopoli Belanda semakin sulit



Benteng Portugis

Benteng Portugis dibangun oleh pemerintah Mataram pada tahun 1632 di desa Banyumanis berdekatan dengan Desa Ujung Batu, Kabupaten Jepara. Pembangunan benteng bertujuan buat mempertahankan wilayah dari agresi musuh nan masuk melalui Bahari Jawa. Saat ini, Benteng Portugis menjadi salah satu loka wisata unggulan di Jawa Tengah sebab jaraknya berdekatan dengan Pulau Mandalika.



Benteng Malborough

Di bawah pimpinan Gubernur Joseph Callet, sebuah benteng kokoh di atas bukit dan menghadap ke arah Kota Bengkulu didirikan dengan nama benteng Marlborough. Pembangunan dilakukan mulai tahun 1713 sampai 1719 buat mempertahankan keberadaan East India Company nan berasal dari Inggris.

Konon, Benteng Marlborough nan memunggungi Samudera Hindia ini memiliki kekuatan terbaik kedua di wilayah timur setelah Benteng St. George, India. Bangsa Inggris nan mendiami Benteng Marlborough pernah mengungsikan diri ke Madras, India sebab benteng dibakar oleh rakyat Bengkulu.

Setelah diadakan perjanjian, orang Inggris kembali ke Bengkulu tahun 1724 tetapi agresi kembali terjadi di tahun 1793 hingga menewaskan seorang opsir bernama Robert Hamilton. Tokoh krusial Inggris bernama Residen Thomas Parr tewas melalui agresi nan dilancarkan pada tahun 1807.



Benteng Vastenberg

Benteng Vastenberg dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff di seberang kediaman Gubernur Belanda, tepatnya di kawasan Gladak. Pembangunan dilaksanakan tahun 1745 sebagai bagian taktik Belanda mengawasi pemerintahan Surakarta. Selain itu, Benteng Vastenberg juga difungsikan sebagai pusat garnisun.

Desain arsitektur benteng berupa tembok berbentuk bujur sangkar dengan beberapa ruang menonjol di sisi ujung, disebut seleka atau bastion. Benteng dikelilingi parit sebagai konservasi nan diberi jembatan pada sisi pintu depan dan belakang. Di bagian tengah bangunan terdapat area luas sebagai loka persiapan pasukan dan apel bendera.



Benteng Victoria

Benteng Victoria merupakan benteng tertua di Ambon, Maluku dengan catatan sejarah menyedihkan bagi rakyat Indonesia. Benteng ini menjadi saksi bisu gugurnya pahlawan Indonesia, Pattimura nan digantung tepat di depan benteng oleh Belanda. Awalnya, benteng ini didirikan oleh bangsa Portugis tahun 1775 kemudian diambil alih oleh Belanda.

Benteng Victoria dibangun bersebelahan dengan pasar rakyat dan dekat pelabuhan dengan fungsi sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda dan pusat pertahanan dari perlawanan rakyat pribumi. Posisi strategis, memudahkan kapal-kapal Belanda mengeruk hasil rempah-rempah melimpah milik rakyat Maluku. Selanjutnya, rempah-rempah tersebut dibawa buat disalurkan ke negara-negara di Benua Eropa.



Benteng Du Bus

Gubernur L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies nan berkuasa saat itu dijadikan inspirasi nama benteng ini. Benteng ini berdiri pada 24 Agustus 1828 sekaligus menandai dimulainya sistem kolonial di Papua. Walaupun pemerintah Belanda menyatakan Papua sebagai wilayah jajahannya. Akan tetapi, kekuasaan pemerintah Belanda baru terealisasi secara konkret pada akhir abad ke-19.



Benteng De Kock

Nama awal benteng ini ialah Sterrenschans pada masa kepemimpinan Kapten Bauer di atas sebuah bukit Jirek. Lantas, namanya diganti menjadi Benteng De Kock oleh seorang tokoh militer Belanda bernama Hendrik Merkus de Kock pada masa Perang Paderi. Selanjutnya, di sekitar benteng berkembang sebuah kota nan dinamai Fort de Kock dan sekarang dikenal dengan Kota Bukittinggi di Provinsi Sumatra Barat.



Benteng Pendem

Benteng Pendem ialah markas militer tentara Belanda nan didirikan di atas tanah seluas 6,5 hektar selama kurun waktu 18 tahun. Pembangunan benteng berdasarkan desain seorang arsitek Belanda dimulai tahun 1861 sampai 1879 di pesisir Pantai Teluk Penyu di wilayah Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.

Benteng ini hanya difungsikan sampai tahun 1942 dan mulai digali oleh pemerintah Cilacap tahun 1986 sebab tertutup tanah pesisir pantai. Pada masa penjajahan Jepang, benteng ini diambil alih oleh Jepang dan ditinggalkan ketika terjadi peristiwa pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki. Selanjutnya, benteng dikuasai oleh TNI Banteng Loreng Kesatuan Jawa Tengah sebagai wahana latihan perang dan pendaratan laut.

Sejumlah benteng nan masih berdiri kokoh merupakan aset berharga bagi bangsa Indonesia. Banyak pelajaran berharga bisa dipetik bagi generasi muda sebagai sumber semangat memajukan negara. Di sisi lain, pemasukan devisa negara bisa diperoleh dari kunjungan para wisatawan lokal maupun asing ke bangunan bersejarah nan merupakan peninggalan Belanda di Indonesia juga peninggalan negara-negara Eropa tersebut.