Museum Sri Baduga buat Menghindari Punahnya Budaya Bangsa

Museum Sri Baduga buat Menghindari Punahnya Budaya Bangsa

Bagi warga Bandung, nama Museum Sri Baduga tentu tidak asing di telinga. Museum nan terletak di Jl. BKR no.185 ini berseberangan dengan Monumen Lautan Api, Tegalega, Jawa Barat.

Lantas apa kegunaan dari museum itu sendiri? Seperti nan kita ketahui, museum merupakan suatu loka nan menyimpan benda-benda bersejarah nan bisa dimanfaatkan buat kepentingan pembelajaran dan pariwisata.

Arti museum yaitu suatu loka atau bangunan nan di dalamnya mengoleksi benda-benda bersejarah nan mencerminkan kekayaan budaya seperti kesenian, dokumen ilmu pengetahuan, serta barang-barang nan digunakan masyarakat Indonesia di masa lampau.



Koleksi Museum Sri Baduga

Di dalam museum ini terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu , seni, dan budaya nan ada di Jawa Barat. Seperti nan kita ketahui, bahwa Jawa Barat merupakan wilayah nan sebagian besar ditinggali oleh masyarakat Sunda alias Tanah Pasundan atau Tatar Sunda. Dengan harga tiket Rp.2500, Anda diedukasi dengan ragam peninggalan budaya di museum ini.

Gambaran kehidupan masyarakat Jawa Barat di masa lalu pun tersaji di museum nan satu ini, seperti kebudayaan Taoisme, Islam, Kong Hu Chu, dan Kristen. Koleksi data tentang dinamisasi bahasa serta ilmu pengetahuan pun tidak lupa diinformasikan. Bahkan, koleksi benda-benda nan biasa dipakai pada keseharian masyarakat Jawa Barat pun tidak lupa dijajakan ketika Anda mengunjungi museum nan letaknya mudah dijangkau ini.

Tak cukup sampai di situ, uang zaman dulu nan kerap dipakai di tanah air seperti Golden (Belanda), uang Banten, uang Jepang, dan lain sebagainya pun menjadi daya tarik tersendiri buat menyambangi Museum Sri Baduga. Ragam budaya nan menghiasi Jawa Barat tentu ditonjolkan di museum ini, seperti kesenian angklung dan wayang golek.

Ya, museum ini mengajak Anda buat menyelami Jawa Barat lebih dalam dengan mengenalkan kehidupannya di zaman dulu. Anda dapat menjelajahi museum ini dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 02.00 siang. Dengan bangunannya nan cukup luas, Anda akan semakin puas dalam menggali ragam ilmu pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia, khususnya budaya Tatar Sunda.

Museum ini memajang 6.600 benda nan bernilai sejarah dan dihimpun menjadi 10 klasifikasi, seperti proses perkembangan alam Jawa Barat, zaman Plestosen, koleksi langka nan meliputi pekerjaan, kesenian, perjuangan, teknologi, dan ilmu pengetahuan tetang Nusantara, khususnya Bandung di zaman dulu, serta koleksi masterpiece, dan lain sebagainya.

Museum nan terdapat di keramaian kota ini pun memamerkan banyak naskah antik tentang para raja di tanah Sunda. Meskipun naskah-naskah tersebut sangat tua, para pengelola museum tak kehabisan ide buat merestorasi naskah alias membenahi naskah nan telah terdegradasi kembali menjadi semirip mungkin dengan kondisi aslinya.

Meskipun bentuknya tak utuh lagi, sejumlah 145 naskah antik berjejer dengan segudang informasinya. Untuk itu, pengelola museum melakuan proses restorasi dengan tujuan agar naskah-naskah nan sudah usang tersebut tak semakin rusak sehingga masih tetap dapat dibaca pengunjung dan peneliti.

Naskah-naskah antik tersebut ditulis pada helaian kertas daluang. Tidak semua orang mengetahui tentang kertas daluang. Kertas nan digunakan sebagai bahan dasar naskah-naskah antik nan terpampang di Museum Sri Baduga ini lebih dikenal dengan sebutan kertas lontar nan memang kerap digunakan dalam pembuatan naskah-naskah sejarah di nusantara, tanpa terkecuali naskah peninggalan Kerajaan Hindu-Buddha.

Museum ini pun memamerkan empat buah prasasti nan masing-masing terbuat dari batu nan berukuran ekstra, walaupun hanya sebuah replika. Seperti nan kita ketahui, prasasti merupakan tulisan atau jejak cerita masa lampau nan ditulis pada sebuah batu, emas, perak, maupun perunggu. Salah satu prasasti nan bisa kita temui di museum ini yaitu Prasasti Ciaruteun.



Museum Sri Baduga buat Menghindari Punahnya Budaya Bangsa

Didirikannya museum nan memiliki tiga lantai ini bertujuan agar pengunjung bisa menyerap ragam ilmu nan terdapat di dalamnya. Para pengelola pun mempersiapkan beberapa pemandu agar pengunjung bisa mencerna dan mengetahui sejarah nan terkandung dalam benda-benda koleksi museum.

Tak hanya itu, para pengunjung pun mendapatkan alat bantu sinkron dengan perkembangan teknologi saat ini buat mengingat benda-benda bersejarah nan ada di dalam museum. Sebelum Anda menjelajahi museum ini, Anda pun diharuskan buat mengisi buku tamu.

Anda juga tidak perlu kebingungan buat menyambanginya dengan angkutan umum. Angkot nan melintasi rute museum ini di antaranya jurusan Kebon Kalapa-Dayeuh Kolot, Kebon Kalapa-Cibaduyut, dan lain sebagainya. Karena museum ini terlintasi angkutan generik dengan tujuan terminal Leuwi Panjang, itu artinya, banyak angkot nan melewatinya sebab terbilang kawasan sentral nan cukup ramai.

Untuk meramaikan museum, para pengelola pun tidak kehabisan ide buat mengadakan kegiatan nan memacu animo khalayak buat mengunjunginya. Seperti diadakannya pagelaran budaya, bazar, dan lain sebagainya. Tanpa ide semacam ini, banyak pihak nan mengkhawatirkan kecintaan generasi muda akan budaya semakin luntur dan menghilang.

Tentunya, memelihara dan melestarikan budaya tidak hanya menjadi tanggung jawab segelintir pihak saja. Namun, kita sebagai generasi muda sudah semestinya buat menghidupkan budaya bangsa agar bangsa ini semakin maju dan beradab.

Para masyarakat sekitar museum ini pun tidak sporadis diajak bekerjasama guna menghidupkan kembali museum nan menjadi tanda kekayaan budaya Sunda ini. Dengan sinergi dari banyak pihak dengan loyalitas nan tinggi, setidaknya menjamin buat dinamisasi kegiatan di museum ini.

Tak bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan asing tengah “mengintai” bukti diri budaya Indonesia. Salah satu cara buat menerjangnya yaitu dengan menggali dan mengkaji betapa kayanya budaya kita sendiri. Hadirnya museum di banyak titik di kawasan Indonesia bak sebuah benteng nan dijadikan penerjang arus globalisasi.

Seperti nan kita ketahui, bahwa globalisasi semakin menjadi-jadi dengan segala ancaman pengaruh negatifnya, nan salah satunya yaitu masuknya budaya asing nan tak sinkron dengan budaya bangsa. Dan tidak cukup di situ, kini budaya bangsa pun makin tidak terbaca sebab kurangnya kegiatan nan mengedukasi pemahaman akan budaya itu sendiri.

Meski globalisasi pun memiliki akibat positif seperti kepraktisan dalam aktivitas hayati manusia, pemenuhan kebutuhan hayati nan semakin mudah, namun kita pun perlu melakukan filterisasi guna memiliki bukti diri sebagai bangsa Indonesia. Memang, belum semua orang sadar betul akan kegunaan hadirnya sebuah museum.

Namun, kita perlu ingat bahwa perjuangan para pahlawan dalam menerjang penjajahan itu bukanlah perkara nan mudah. Saat ini kita tak perlu pergi ke medan perang buat mengusir penjajah. Namun, kita bisa melakukannya dengan hal sederhana nan memang masih sulit buat dilakukan, seperti halnya menjaga dan memelihara kekayaan budaya Indonesia.

Jangan ragu buat mengunjungi museum, sebab ragam ilmu mampu Anda temukan di sana sehingga jati diri bangsa pun tak dilupakan. Pada umumnya, bertandang ke museum ini terbilang ekonomis biaya namun mampu membawa Anda pada dimensi masa lalu, nan tentunya bisa menuntun kehidupan di masa depan. Karena, perlu kita ingat bahwa sejarah merupakan suatu pelajaran nan tidak terelakkan.