Kesalahan Menempatkan Kata Mutiara tentang Cinta

Kesalahan Menempatkan Kata Mutiara tentang Cinta

Cinta hanya bersemayam di dalam keheningan jiwa bukan di antara kemarung tubuh nan berbisik. Sebagaimana anggur, cinta mampu merangsang diri kita menuju ke wujud nan lebih agung dengan mensyukuri anugerah-anugerah nan disematkan Sang Suci . (Kahlil Gibran)

Kata mutiara tentang cinta ialah serangkaian kata nan mengandung makna nan dalam. Kata nan menggoreskan sejuta makna nan bhineka pada setiap orang. Cinta, sangat sederhana, singkat, padat, dan berarti. Karena cinta seseorang jadi pandai bak pujangga. Karena cinta, kata nan biasa mampu dirangkai menjadi karangan puisi. Sejuta kata mutiara tentang cinta terhampar luas di kebun tulip. Karena cinta, hayati nan gelap menjadi terang benderang.

Hakikat kata mutiara tentang cinta semacam perasaan kebahagiaan nan mengisyaratkan kedamaian, kesejukan batin. Cinta bukan perasaan nan menggelisahkan. Cinta ialah perasaan saling memahami satu sama lain, menerima kelemahan dan kelebihan. Cinta itu lebih bersifat apa adannya, tak ada penonjolan dan sebaliknya. Verifikasi cinta tak menampilkan seberapa besar kekuatan kemampuan, sebab apa nan kita butuhkan dalam mencintai ialah memanfaatkan apa nan telah dimiliki.

Cinta terlalu luas buat didefinisikan, semakin ingin didefinisikan, semakin kehabisan bahasa. Cinta mampu membawa ke jalan nan lurus. Karena cinta pula seseorang bisa berjalan ke jalan nan salah. Seindah kata mutiara tentang cinta, lebih latif cinta nan suci, cinta nan halal. Cinta nan diikat oleh tali pernikahan. Kebahagiaan tak sekadar kata mutiara tentang cinta saja. Lebih dari kata mutiara tentang cinta itu sendiri.



Kesalahan Menempatkan Kata Mutiara tentang Cinta

Cinta selalu didefinisikan dengan cinta terhadap versus jenis. Kata mutiara tentang cinta selalu menggambarkan betapa bahagianya. Satu hal nan terabaikan, yaitu cinta kepada ibu. Manakah nan paling sering membuatmu sibuk, cinta pacar atau cinta ibu?

Pengorbanan seorang ibu sudah sangat jelas. Perjuangan seorang ibu saat melahirkan kita. Napasnya tersengal-sengal, menahan rasa sakit nan luar biasa. Darah deras mengalir, di rahim ibulah saksi bisu terlahirnya kita. Demi keselamatan nyawa putra dan putrinya, ibu mampu mempertaruhkan nyawanya sendiri. Ini ialah cinta nan begitu jelas, tetapi sporadis sekali sosok ibu merima sepaket kata mutiara tentang cinta untuknya.

Perempuan nan telah dianugerahi keayuan jiwa dan raga oleh Sang Pemelihara akan tampil sebagai kebenaran. Ia terbuka sekaligus penuh rahasia. Dan kita cuma sanggup memahami kasih-sayang. Dan kita hanya kuasa menyentuhnya melalui kebijakan. Sebab, ia akan serta-merta membubung ke angkasa luas laksana segumpal uap sewaktu kita bersusah payah buat melukiskannya . (Kahlil Gibran).

Akan kutuliskan kata mutiara tentang cinta ini. Wanita ibarat tongkat si buta nan menunjukkan setiap langkah kehidupan. Ketika tersasar di persimpangan, maka wanitalah nan memandu agar terus melangkah. Tidak peduli sesulit apa kaki merayapi tanah nan penuh kerikil tajam, sering kali rumput ilalang menjerat langkah. Tongkat si buta sebagai penerjemah makna kehidupan. Tongkat itu akan tetap senantiasa memandu.

Wanita sebagai tongkat penunjuk si buta. Hanya si butalah nan mampu memahami manfaat tongkat di tangannya. Ketika tongkat terlepas dari tangannya, maka si buta akan merayap, mencari dengan kecemasan nan luar biasa. Itulah cinta, saling melengkapi dan saling memberi, saling bergantung.

Keayuan paras seorang Hawa bukan terletak pada keayuan wajah, melainkan pada keayuan hatinya. Hati seorang wanita itu lembut, selembut sutra, seputih kapas sehingga terpancarlah perasaan kasih sayang, melunakkan hati kaum Adam nan keras. Meneduhkan jiwa kaum Adam nan gerah. Akhirnya, kata mutiara tentang cinta ialah lautan rahasia nan belum terkuak.

Bila cinta memanggilmu, turutilah bersamanya. Kendati jalan nan mesti engkau lalui sangat keras dan terjal. Ketika sayap-sayapnya merangkulmu, maka berserah dirilah padanya. Sekalipun pedang-pedang nan bersermayam di balik sayap-sayap itu barangkali akan melukaimu. Ketika ia bertutur kepadamu, maka percayalah padanya. Walaupun suaranya akan memporandakan mimpi-mimpimu laksana angin utara nan meluluh lantakkan tetamanan. Cinta akan memahkotai dan menyalibmu. Menyuburkan dan mematikanmu. Membubungkanmu terbang tinggi, mengelus pucuk-pucuk rerantingmu nan lentik dan menerbangkanmu ke paras matahari. Namun, cinta juga akan mencekik dan menguruk-uruk akar-akarmu sampai tercabut dari perut bum. (Kahlil Gibran)

Remaja sering tersasar langkah dampak kata mutiara tentang cinta nan salah. Salah penggunaannya, serta kesalahan mentafsirkan. Banyak kasus remaja nan tertipu oleh gradasi cinta semu. Semuanya akan tersadar ketika cinta nan selama ini diagungkan ialah cinta nafsu. Ketika dosa-dosa itu tercipta menjelma menjadi sebuah penyesalan. Bentuk penyesalan berupa menyalahkan banyak orang, diri sendiri bahkan waktu turut dipersalahkan.

Seperti nan dikatakan Oliver W. Holmes, "Hal terbaik di global ini bukanlah loka di mana kita berpijak, melainkan ke arah mana kita melangkah." Ketika segala penyesalan itu datang, nasi telah menjadi bubur. Sebagai nakhoda kehidupan pada diri sendiri, maka satu-satunya jalan ialah menjadikan bubur itu menjadi kuliner bubur nan lezat. Tambahlah beberapa penyedap dan rempah-rempah agar nasi nan menjadi bubur itu menjadi kuliner istimewa.

Seburuk apa pun kehidupan ini, bergantung pada diri kita nan mengarahkan. Jadikan penyesalan dan kesalahan sebagai guru terbesar dan mampu mengantar ke jalan nan lebih baik. Tuhan tak sedang bermain dadu. Lebih baik sakit sekarang buat kebahagiaan nan akan datang.

Sakit hati, cemburu, dan penyesalan itu sebab engkau ingin dipahami seutuhnya oleh seseorang. Masa lalu tak buat dilupakan, tetapi menjadi sebuah bahan refleksi. Semakin berkeinginan kuat buat melupakan, semakin kuat engkau mengingatnya. Salah satu kunci meredam perasaan seperti ini ialah pahami diri sendiri, dan berdamai dengan masalah.

Ketika definisi kata mutiara tentang cinta menjelma menjadi elegi, hal terpenting ialah membesarkan hati. Mencintai tak harus memiliki. Mencintai ialah perasaan rela berkorban apa pun buat orang nan dicintai. Sekalipun harus mengalah dan membiarkan seseorang nan kita cintai kepada orang lain nan mencintai dan dicintai. Jodoh tak akan pernah tertukar.

Ketika cinta nan lama telah hilang, dan datang cinta baru nan mengisi hatimu, janganlah engkau menghindarinya. Sejauh apa engkau berlari menghindarinya, dengan berbagai cara agar tetap menjauh, jika kehendak Tuhan, cinta itu untukmu, maka Tuhan akan memberikan sejuta cara pula buat menyatukan.

Ada cinta niscaya ada ombak. Ada kesetiaan niscaya ada riak. Ada curam niscaya ada dangkal. Cinta ialah pantai bagi mereka nan berpikir dengan segala permasalahan lika-liku cinta. Bagi nan selamat dalam menakhodai, dia akan akan bisa mendefinisikan estetika cinta, sekalipun itu menyakitkan.

Cinta takkan pernah sudi memberikan kesetiaannya kepada manusia nan mengiringnya ke rancang pelaminan nan diselubungi oleh ambisi ketaksetiaan. Cinta tidak ada bedanya dengan seekor burung nan merayu buat dicengkeram, namun sama sekali tak pernah sudi buat disakiti dan dilukai. (Kahlil Gibran)

Banyak orang memilih berlama-lama merasakan sakit hati, meratapi hidupnya. Mencari pembelaaan maupun pembenaran pada dirinya sendiri. Bentuk pembelaan diri semacam ini dengan cara mencari kesalahan orang lain. Mereka lupa bahwa apa nan seharusnya dilakukannya ialah berpikir positif dan bangkit dari keterpurukan.

Kata mutiara tentang cinta nan hiperbola mampu melambungkan seseorang. Menyilaukan persepsi dan mengradasikan kenyataan. pada dasarnya, manusia bahagia jika dipuji dan disanjung-sanjung. Sanjungan seperti kata mutiara tentang cinta semacam inilah nan membuat mereka terkadang lupa.

Seseorang nan mencintai dengan segenap hati dan ketulusannya, dia akan mengiring cinta itu pada cinta nan damai. Cinta itu melindungi, cinta tak ingin menyakiti, menodai, dan menjerumuskan. Cinta juga permainan silat nan mudah diperlakukan sebagaimana boneka. Cinta tidak sekadar kata mutiara tentang cinta. (elisa)