Kekerasan Global Sepak Bola Terburuk

Kekerasan Global Sepak Bola Terburuk

Dunia sepak bola selalu menghadirkan tragdedi. Salah satunya tragedi Hillsborough 15 April 1989 nan menjadi catatan kelam global sepak bola Inggris bahkan dunia. Peristiwa nan mengubah global sepak bola selamanya 23 tahun nan lalu.



Tragedi Hillsborough, Salah Satu Tragedi di Global Sepak Bola

Di akhir pekan, 96 fans Liverpool secara tragis tewas dalam bala di Hillsborough, Sheffield, sebelum semi final piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest. Sore nan mengerikan dan air mata tercurah. Orang tak harus wafat sebab menonton tim favorit mereka.

Gemuruh suporter pun seketika berubah menjadi teriakan histeris. Tidak ada lagi pemain bintang di atas lapang, tak ada lagi genre bola di lapangan. Semua berubah menjadi deretan mayat dan puing-puing reruntuhan pagar stadion.

Bagi pendukung Liverpool, kejadian ini menjadi pukulan nan sangat telak, kecintaannya pada sepak bola harus dibayar mahal dengan kejadian nan sangat mengerikan ini. Setiap tahunnya pada tanggal 15 April, para pendukung Liverpool memperingati kejadian terburuk nan menimpa rekan-rekannya.

Mereka datang ke Stadion Anfield (Stadion Liverpool) buat mengenang dan memanjatkan doa kepada 96 saudara mereka nan meninggal di Sheiffild. Tidak hanya pendukung Liverpool, seluruh pemain, manager, dan seluruh staf tim Liverpool pun datang dan berdoa bersama.

Bagi mereka, setiap tanggal 15 April merupakan hari di mana tak ada pertandingan buat Liverpool. Penghormatan pun diberikan oleh tim-tim lain di Inggris. Mereka melakukan " one minutes silent " buat mengenang tragedi Hillsborough sebelum pertandingan berlangsung dan menggunakan pita hitam pada lengan pemain saat bertanding.

Kejadian bermula ketika stadion nan berkapasitas 40.000 orang itu menyediakan loka sekitar 14.600 buat pendukung Liverpool. Akibatnya kapasitas itu tak mampu mendukung Liverpludilan (sebutan fans fanatik Liverpool) nan datang lebih dari 14.600 orang.

Saat pertandingan baru berlangsung beberapa menit, tribun stadion tidak kuasa menahan puluhan ribu fans Liverpool nan datang buat mendukung tim kesayangannya. Tribun stadion pun rubuh dan 96 suporter "The Reds" tewas.

Seperti di lansir BBC , pendukung Liverpool masuk berdesak-desakan buat mendukung langsung tim kesayangannya. Membludaknya supporter tak bisa diantisipasi dengan baik oleh aparat pengamanan stadion. Bahkan banyak di antaranya masuk tanpa mempunyai tiket pertandingan.

Memori ini terulang ketika drawing semifinal Piala FA 2012 nan mempertemukan Chelsea lawan Totenham dan Liverpool vs Everton, nan sejatinya digelar pada 14 dan 15 April 2012.

Sontak kubu Liverpool menolak buat memainkan partai semifinal Piala FA pada 15 April, nan mereka anggap tanggal "haram" buat melakukan pertandingan. Mereka meminta FA (selaku badan paling tinggi global sepak bola inggris) buat memainkan partai semifinal Piala FA antara Liverpool lawan Everton pada 14 April.

Jelas ini juga menjadi kerugian untuk kubu Chelsea jika harus bermain pada 15 April, sebab 3 hari berikutnya mereka harus bertanding di Perserikatan Champion melawan Barcelona. Namun, inilah global sepak bola, nan tak selamanya memunculkan aroma kompetisi dan persaingan gelar.

Kubu Chelsea tak mempermasalahkan pengunduran jadwal pertandingan semifinal, bahkan mereka melakukan penghormatan sebelum pertandingan dimulai.



Tragedi Serupa di Global Sepak Bola

Empat tahun sebelumnya kejadiaan naas serupa menimpa suporter Juventus saat mendukung timnya di Piala Champions (sekarang Perserikatan Champions) juga melawan Liverpool di Hesyel. Peristiwa ini bermula dari fans masing-masing klub nan saling mengejek dan melecehkan.

Lalu tiba-tiba sekitar satu jam sebelum kick off kelompok Hooligan Liverpool menerobos pembatas dan masuk ke wilayah tifosi Juventus. Tidak terjadi perlawanan dari tifosi Juventus, sebab nan berada di bagian tersebut bukanlah kelompok Ultras.

Pendukung Juventus pun berusaha menjauh dan bertumpuk di salah satu sudut tribun, namun kemudian sebuah tragedi terjadi. Dinding pembatas di sektor itu pun rubuh tidak kuasa menahan beban. 39 orang tewas dan sekitar 600 orang luka-luka dampak terjatuh dan tertimpa reruntuhan.

Buntut dari kejadian tersebut UEFA memberikan embargo bagi tim-tim perserikatan Inggris buat bermain di kancah Eropa. Ini menjadi pukulan bagi FA dan tim-tim peserta Perserikatan Inggris, sebab pada tahun tersebut tim-tim Perserikatan Inggris sedang berjaya di level Eropa.

Hesyel dan Hillsborough merupakan dua kejadian terburuk dalam sepak bola dunia. Kejadian ini merupakan warisan krusial dari perangkat keamanan global sepak bola , fasilitas nan menjamin keselamatan pun terus di tingkatkan buat menghindari segala kemungkinan nan terjadi.

Buntut kejadian ini menuntut FA buat bertindak cepat mengatasi hal serupa terulang. Regulasi dan penataan infrastruktur perangkat pertandingan terus ditingkatkan. Selain menambah beberapa aparat keamanan di sekeliling stadion, FA juga memutuskan buat mencopot pagar pembatas penonton dan memperpendek jeda antara penonton dengan lapangan.

Keputusan nan sangat berani dari FA. Namun, ini merupakan keputusan nan sangat tepat. Secara psikologis, dekatnya jeda penonton dan pemain di lapangan membuat motivasi pemain bertambah saat bertanding.

Fans memberikan energi berlebih, sebab tak ada jeda saat mereka menonton. Penonton harus lebih dewasa pada saat mendukung tim kesayangannya, sebab mereka dapat saja marah ketika timnya bermain buruk atau selalu kalah.

Bahkan para pendukung dapat saja masuk ke lapangan dan meluapkan kekesalannya kepada pemain. Tapi siapkah dengan sanksinya jika seseorang masuk atau berbuat onar di lapangan? Karena sekali melakukan tindakan bodoh di stadion, seorang pendukung dipastikan tak bisa izin buat menonton pertandingan secara langsung di seluruh stadion di Inggris.

Sekarang kita dapat melihat betapa majunya persepakbolaan di Inggris dan Eropa. Bahkan Perserikatan Utama Inggris disebut-sebut sebagai kiblatnya global sepak bola. Tidak hiperbola memang jika menyebutkan kiblat global sepak bola kini berada di Inggris.

Sederet pemain bintang menjadi pemain kunci di beberapa klub Perserikatan Inggris. Penonton dimanjakan dengan permainan atraktif dan memukau. Kita nan hanya menonton di televisi di untuk terhipnotis dengan segala kemewahan pertandingan sepak bola, dibuat iri kita dengan nyanyian dukungan supporter buat tim kesayangannya.

Mereka selalu mengisi akhir pekan mereka dengan suguhan nan luar biasa. Jika di akhir pekan ini mereka berada di salah satu sudut tribun buat menonton pertandingan, mungkin akan merasakan hal nan lebih kondusif dan nyaman. Ini merupakan pelajaran penting.

Bahkan federasi paling tinggi sepakbola FIFA pun menegaskan kerusuhan dan tragedi dalam global sepak bola merupakan tanggung seluruh elemen-elemen dalam global sepak bola. Ini menjadi pelajaran krusial bagi panitia penyelenggara di setiap pertandingan buat memperbaiki sistem dalam pengelolaan penonton dan menjadi pelajaran krusial bagi para pendukung buat bersikap lebih dewasa dalam mendukung tim sepak bolanya.



Kekerasan Global Sepak Bola Terburuk

Dalam global "si kulit bundar" terjadi banyak kekerasan nan tercatat sejarah. Berikut ini beberapa kekerasan tersebut.

  1. PadaMei 1964, 318 orang tewas dampak kerusuhan dalam pertandingan Peru-Argentina di Lima.

  2. Pada Juni 1968, lebih dari 70 orang tewas terinjak-injak usai pertandingan antara River Plate-Boca Juniors di Buenos Aires.

  3. Pada Januari 1971, 66 orang tewas dalam bentrok antar pendukung usai derbi Rangers-Celtic di Glasgow, Skotlandia.

  4. Pada Februari 1974, 49 orang tewas dalam kerusuhan global sepak bola di Kairo

  5. Pada Oktober 1982, lebih dari 300 tewas terinjak-injak di lorong sempit dan dingin usai pertandingan Spartak-Haarlem di Moskow.

  6. Pada Mei 1985, 56 orang tewas dampak kebakaran dalam pertandingan Bradford City-Lincoln City di Bradford, Inggris.

  7. Pada Mei 1985, 39 orang tewas saat pembatas penonton ambruk dalam pertandingan Liverpool-Juventus di Final Champions Cup Eropa di Stadion Heysel, Brussels.

  8. Pada Maret 1988, 93 orang tewas terinjak-injak saat menghindari badai salju di Stadion Nasional Nepal di Kathmandu.

  9. Pada April 1989, 96 tewas dalam laga Liverpool-Nottingham Forest di Sheffield.

  10. Pada Januari 1991, sedikitnya 40 orang tewas dalam kerusuhan usai pertandingan persahabatan di Orkney, Afrika Selatan.

  11. Pada Oktober 1996, 80 orang tewas terinjak-injak jelang laga penyisihan Piala Global antara Guatemala-Kosta Rika di Guatemala City.

  12. Pada April 2001, lebih dari 40 orang tewas di Stadion Ellis Park nan terlalu penuh di Johannesburg, Afrika Selatan.

Itulah tragedi-tragedi nan terjadi di dunia sepak bola. Semoga tidak pernah terjadi di negara kita.