Perekonomian Cina, Indonesia, dan Internasional

Perekonomian Cina, Indonesia, dan Internasional

Berbicara masalah ekonomi negara, tentu saja semua sepakat bahwa perekonomian Indonesia masih tertinggal jauh dibanding negara-negara ASIA lainnya. Hal ini terlihat dari masalah kemiskinan nan masih menjadi PR besar buat pemerintah. Belum lagi persoalan pengangguran nan belum juga menemukan titik terang. Keadaan ini diperburuk dengan kasus korupsi nan menghabiskan bertrilyun-trilyun uang nan seharusnya digunakan buat kesejahteraan rakyat.

Terlepas dari masalah perekonomian di Indonesia tersebut, sebenarnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekayaan alam nan melimpah memiliki potensi buat berkembang. Asalkan, Indonesia mau belajar dari negara-negara ASIA lain nan pernah terpuruk dan kini bangkit menjadi negara berjaya. Sebut saja Jepang nan merajai ekonomi pasar teknologi di dunia. Padahal, Jepang juga berangkat dari sebuah negara nan terpuruk.

Salah satu negara ASIA nan patut dicontoh pada aspek ekonominya ialah Cina. Republik dengan rakyatnya nan jumlahnya terbanyak di global ini juga berhasil di bidang ekonomi. Bahkan, pengusaha-pengusaha Cina nan berada di luar negaranyapun selalu memegang kendali dan berhasil dengan usahanya. Lihat saja, di pasar-pasar atau di mall-mall, selalu ada orang Cina nan berhasil membuka lapak di sana. Orang Cina selalu dapat “menjadi bos di negara orang”.

Melihat kenyataan tersebut, mungkin muncul beberapa pertanyaan mengenai kesuksesan Cina dan pengusaha Cina dalam mengelola perekomian. Rupanya, kemajuan Cina di bidang ekonomi juga ditunjang oleh masyarakatnya nan memiliki komitmen kuat buat maju di bidang ekonomi. Nah, berikut ini akan mengupas kenyataan ekonomi Cina pada ekonomi internasional.



Pelaku Ekonomi Cina : Raja di Berbagai Negara

Pada dasarnya, urusan ekonomi tak hanya urusan uang. Budaya, adat istiadat, peraturan lokal, dan kepribadian para pelaku bisnispun harus dipelajari. Aspek-aspek inilah nan dikembangkan secara maksimal oleh negara Cina. Lihatlah bagaimana piawainya orang-orang Cina mengembangkan bisnis sehingga menjadi suatu kenyataan nan patut dipelajari dalam ekonomi international .

Hampir di seluruh loka seantero jagad, kita akan mudah menemui orang-orang Cina. Orang-orang lokal begitu menghargai dan memandang takjub kepada daya juang orang-orang Cina dalam menjalani kehidupannya. Sahih jika ada nan mengatakan bahwa “Orang Cina selalu dapat menjadi bos di negara lain”. Hal ini terbukti dengan adanya kenyataan di sekeliling kita. Tak jarang, orang Cina menjadi bos sedangkan orang Indonesia menjadi buruh mereka.

Kegigihan orang Cina dalam menjalani kehidupannya bukan menjadi barang pembicaraan nan baru. Salah satu kenyataan nan membuktikan sikap pantang menyerah orang Cina terjadi pada masa pembangunan Trans Continental. Pembangunan ini bertujuan buat membuat jalur kereta barah nan menghubungkan benua Amerika dari barat ke timur. Para petinggi Amerika merasa berhutang budi kepada buruh nan sengaja didatangkan dari Cina pada masa itu.

Walaupun harus kehilangan beberapa orang nan terbunuh dalam ledakan bom nan digunakan menghancurkan batu-batuan gunung, buruh-buruh Cina tetap berkomitmen tinggi buat menyelesaikan kontrak mereka.Kegigihan buruh-buruh Cina tersebut telah membuat pembanguan rel kereta barah nan menjadi salah satu keajaiban global teknologi itu selesai tepat waktu.



Perekonomian Cina

Kemajuan perekonomian negara Cina tentu saja ditopang oleh para pemimpin nan berkomitmen kuat di bidang ekonomi. Kemajuan perekonomian ini diawali pada masa Deng Xio Ping. Setelah masa Mao berakhir, Deng Xio Ping mulai mengembangkan konsep ekonomi dunia nan membuat Cina menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terkuat di dunia. Konsep ekonomi dunia ini bertujuan buat mengembangkan kegiatan ekonomi Cina di global dunia dan internasional.

Semua rakyat Cina, nan memang sudah terbiasa bekerja keras, menyambut perubahan tersebut dengan tangan terbuka. Hanya dalam kurun waktu 20 tahun, Cina mampu mengembangkan lebih 10 kota memiliki fasilitas bertaraf internasional. Tentu saja hal ini menjadi indikator keberhasilan Cina dalam menjalankan konsep nan telah disepakati dan dijalankan bersama.

Kota-kota besar seperti Shanghai dengan gedung-gedung pencakar langit bukan hanya mampu menjadi pusat kegiatan ekonomi, melainkan juga sebagai kota pariwisata nan mendatangkan banyak devisa. Hongkong nan baru bergabung kembali satu dasa warsa lalu, kini tetap menjadi salah satu pembangkit ekonomi Cina nan utama. Guangzhou dengan ekonomi skala kecil juga dikembangkan dengan sangat baik. Shenzhen nan berjarak cuma 147 km dari Guangzhou, memiliki jalan tol nan mulus.

Hebatnya, Shenzen didesain sebagai kota taman nan berstandar internasional dengan jumlah mobil dibatasi. Sepeda akan menjadi alat transportasi nan sangat dianjurkan. Shenzhen ialah kota nan sangat modern tapi berkonsep hijau. Kota-kota semacam inilah nan dapat menjadi contoh buat kemajuan kota-kota di Indonesia.

Selain memiliki kota-kota nan maju dan bertaraf internasional, Cina juga memiliki taraf tabungan nan tinggi. Sumber daya alam nan dimiliki juga luar biasa banyak, serta dilengkapi dengan sumber daya manusia nan cerdas dan terdidik. Semua aspek-aspeknya dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh Cina buat menggerakkan ekonomi hingga ke global internasional.

Cina juga terkenal dengan peraturan nan ketat dan tak berdasarkan perasaan suka atau tak suka. Hal itu membuat semua orang mempunyai kesempatan buat berkarya dan menjalankan bisnisnya di Cina. Dengan daya kreativitas tinggi dan pelindungan nan diberikan oleh pemerintah kepada rakyatnya, membuat ekonomi Cina berkembang dengan sangat pesat.

Untuk sebuah negara nan memiliki jumlah rakyat terbanyak, tentu saja Cina pantas disebut dengan negara hebat nan mampu menggerakkan ekonomi rakyatnya dengan baik dan maksimal. Tak heran jika Cina mampu bersaing dengan negara-negara maju dalam bidang ekonomi. Bagaimana dengan Indonesia?



Perekonomian Cina, Indonesia, dan Internasional

Cina bukan hanya memiliki kelebihan pada masyarakatnya nan gigih dalam menjalani roda perekonomian. Kekuatan ekonomi Cina di kancah internasional juga telah membuktikan bahwa Cina memiliki gaya pantang menyerah nan tak diragukan lagi. Cina telah membuktikan bahwa kekuatan ekonominya tak hanya berjaya di kandang sendiri.

Kerja keras dan gaya pantang menyerah tersebut ditunjukkan oleh Cina di kancah ekonomi internasional. Salah satu kenyataan nan membuktikan kegigihan Cina dalam bidang ekonomi internasional ialah pada merger dan akuisisi perusahaan migas di Indonesia. Di bidang tersebut, Cina masih kalah dengan Amerika dan Inggris. Padahal, perusahaan tambang dan minyak Cina, termasuk Chinalco dan Cnooc, sudah mulai berjaya di Brazil dan Canada. Namun, apakah Cina menyerah?

Tentu saja tidak. Cepat atau lambat, Cina akan memiliki saham nan cukup besar di bidang tambang dan minyak di Indonesia. Di bidang konstruksi dan penyediaan material pembangunan, seperti baja, Cinapun sudah mulai menguasai pasar Indonesia. Bahkan, jembatan Suramadu nan merupakan kebanggan masyarakat Indonesia, 50 persennya dimiliki oleh Cina.

Cina rupanya telah merambah ke semua bidang perekonomian dan produksi di Indonesia dan berbagai negara lainnya. Belum lagi, planning pemerintah buat membantu para pengusaha tekstil meremajakan mesin-mesinnya. Ke mana pemerintah memalingkan muka? Tentu saja ke Cina.

Dengan melihat kenyataan ekonomi international ini, bisa dikatakan bahwa Indonesia telah menjadi ‘negara bagian’ Cina, terutama buat pemasaran produknya. Bagaimana dengan Indonesia? Hal ini sudah selayaknya menjadi pelajaran krusial bagi Indonesia buat terus maju dengan semangat pantang menyerah, seperti nan dimiliki para pejuang kemerdekaan. Tentu saja semangat pantang menyerah ini harus disertai dengan konsep ekonomi, sumber daya alam, dan sumber daya manusia nan berkualitas.

Seharusnya, kita dapat seperti Cina. Keturunan Cina banyak di sini, tetapi mengapa kebanyakan rakyat Indonesia masih belum mampu meniru kegigihan dalam memperjuangkan hayati seperti orang-orang Cina? Salah satu langkah primer nan dapat diambil ialah menyeimbangkan kegiatan ekonomi, yaitu produksi, konsumsi, dan distribusi.