Menjadi Anggota Time 100

Menjadi Anggota Time 100

Menjadi bintang atau publik figur memang bukan suatu hal nan terlalu mudah atau terlalu sulit. Di satu sisi, seorang bintang harus selalu tampil paripurna di mata masyarakat, terutama orang nan mengidolakannya. Akan tetapi, di sisi lain, kesempurnaan itu dapat saja menjadi kesempurnaan nan semu di balik diri sendiri mereka nan bukan bintang.

Sama seperti manusia pada umumnya, para bintang punya pengalaman hayati pribadi nan tak sama. Bahkan tak sedikit dari mereka nan tumbuh dan berkembang di loka nan tak pernah disangka sangka sebelumnya, seperti hayati di jalanan, atau di tengah kemiskinan sewaktu kecilnya.

Kejadian unik seperti itu tentu membuat banyak ikut merasakan dari kalangan masyarakat, terutama orang nan mengidolakan mereka. Namun, buat menjadi paripurna dan penuh dengan percaya diri, ada sesuatu nan perlu seorang bintang lakukan. Mereka perlu berbenah diri, dari segi penampilan maupun dari segi perilaku. Oleh karena itu, beberapa bintang atau publik figur juga dapat saja menjadi idola masyarakat bukan sebab kecantikan atau ketempanan mereka, tapi sebab kelebihan konduite nan baik nan mereka miliki.

Kelebihan dari segi konduite inilah nan justru lebih dihargai oleh masyarakat. Mereka lebih melihat bintang atau publik figur nan mereka idolakan itu bukan hanya sebagai seorang nan patut buat diacungi jempol, tapi juga menjadi seseorang nan patut diteladani secara keseluruhan.

Oleh karena itu, seorang bintang atau publik figur seyogyanya memiliki kekuatan secara konduite nan membuat mereka mampu menjadi contoh nan baik bagi masyarakat, terutama siapa saja nan mengidolakan mereka. Seperti nan sudah diperlihatkan oleh bintang nan akan dibicarakan selanjutnya dalam artikel ini, yakni salah satu pemain sepak bola terkenal dan terbaik di global nan bernama Ricardo Izecson dos Santos Leite.



Sekilas tentang "Kaka" Ricardo

Seperti warga Brasil pada umumnya, ia memiliki nama nan panjang: Ricardo Izecson dos Santos Leite. Ketika kecil, adiknya, Digao, nan tiga tahun lebih muda, kesulitan memanggil nama Ricardo. Si adik hanya mampu memanggil kakaknya “Caca”. Panggilan ini lama-lama berubah menjadi “ Kaka ”. Nama inilah nan akhirnya menjadi sangat terkenal, sebagai salah satu pemain sepak bola terbaik dunia.

Kaka lahir di Brasilia, Brasil, 22 April 1982. Keluarganya cukup berada sehingga ia dapat berlatih sepak bola dan sekolah pada saat bersamaan. Ayahnya, Bosco Izecson Pereira Leite, ialah seorang insinyur sipil dan ibunya, Simone dos Santos, guru sekolah dasar. Meski tak terlalu terkenal, adiknya, Digao, nan bernama lengkap Rodrigo Izecson dos Santos Leite, juga pemain sepak bola profesional dan pernah bermain antara lain di Sao Paulo, Sampdoria, dan AC Milan.

Ia muncul di global sepak bola sejak kecil saat ia pindah ke sebuah loka nan di sanalah ia akhirnya menemukan pencari talenta klub nan membawanya menujadi seorang bintang besar seperti sekarang ini.



Mukjizat Bagi Sang Pesepak Bola Dunia

Saat ia berumur 7 tahun, keluarganya pindah ke Sao Paulo. Di kota inilah bakatnya ditemukan oleh pencari talenta klub besar Sao Paulo. Pada usia 18, Kaka menghadapi ancaman terhadap kariernya. Tulang belakangnya patah dampak kecelakaan di sebuah kolam renang. Namun ia seakan-akan mendapat mukjizat sebab dapat sembuh. Ia konfiden kesembuhannya didapat sebab Tuhan. Itu sebabnya ia memutuskan menyisihkan sepersepuluh penghasilannya buat gereja.

Kaka memang terkenal sebab kehidupan religiusnya. Ia membaca Injil tiap hari. Ia juga mengaku bahwa apa pun nan ia raih, apa pun nan terjadi pada jalan hidupnya, dapat ia temukan jawabannya di Kitab Injil. Bahkan Kaka pun menempatkan hal-hal lain (sepak bola, keluarga, dan teman) di bawah posisi Tuhan.

Tidak heran jika keberhasilannya di global sepak bola tak hanya mampu menuai pujian dan lirikan dari para pecinta sepak bola saja. Banyak juga orang nan tak menyuklai sepak bola, namun tetap mengidolakan Kaka sebagai bintang nan paling ternama dan patut diteladani. Hal tersebut tentu saja disebabkan oleh karakternya nan kuat di dalam bidang agama.

Bagi sebagian aktor, aktris, atau pesepak bola dunia, mungkin relijiusitas bukanlah hal krusial nan patut dipublikasikan dengan alasan hal itu merupakan bagian dari kehidupan pribadi mereka. Bahkan tak sedikit pula dari mereka nan menganggap bahwa konduite seorang bintang tak akan terlalu terlihat apabila disandingkan dengan fenomena performa mereka sebagai bintang nan bersinar.

Benarkah begitu? Kaka membuktikan bahwa religiusitas nan dimilikinya justru sangat berpengaruh terhadap kegemilangan nama dan aksinya di global sepak bola. Dengan keyakinan nan besar bahwa Tuhan ialah satu-satunya kekuatan nan mampu memberikan berbagai mukjizat dan kelebihan kepadanya, ia mampu memberikan berbagai performa hebat sehingga ia diakui sebagai salah satu pemin sepak bola terbaik kelas dunia.



Menjadi Anggota Time 100

Kaka merintis karier sepak bolanya di klub Sao Paulo pada umur delapan tahun. Tujuh tahun kemudian, ia mengikat kontrak dengan tim junior Sao Paulo dan membawa klub itu meraih Copa de Juvenil. Mulai Januari 2001, Kaka memperkuat tim primer Sao Paulo. Ia tampil 58 kali dan mencetak 23 gol.

AC Milan, salah satu klub elite Italia, membelinya dari Sao Paulo seharga 8,5 juta euro. Selama di Milan, Kaka meraih banyak trofi bergengsi, antara lain kampiun Serie A 2003-04, kampiun Supercoppa Italiana 2004, Perserikatan Champions 2006-07, Piala Super UEFA 2003 dan 2007, dan FIFA Club World Cup: 2007.

Prestasinya nan cemerlang bersama Rossoneri (tim “Merah-Hitam”, julukan Milan) membuat Kaka meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk gelar pemain terbaik Eropa (Ballon d’Or) 2007 dan pemain terbaik global FIFA 2007. Pada 2008 dan 2009, majalah Time memasukkan namanya ke daftar Time 100 , yakni seratus orang di global nan paling berpengaruh.



Andalan Samba

Meskipun Kaka pernah bilang ingin menghabiskan karier di Milan, tawaran uang banyak tampaknya menggodanya. Manchester City dikabarkan pernah menawarkan angka fantastis, 100 juta poundsterling, kepada Milan. Namun kabar itu meredup dan Kaka akhirnya pindah ke Real Madrid dengan nilai transfer 68,5 juta euro.

Di level tim nasional, Kaka tiga kali tampil di Piala Dunia, yakni pada 2002, 2006, dan 2010. Pada tahun 2002, ketika Brasil akhirnya menjadi kampiun dunia, Kaka hanya tampil 25 menit ketika melawan Kosta Rika di babak penyisihan grup. Pada dua Piala Global berikutnya, Brasil kembali diunggulkan menjadi kampiun dan Kaka ialah andalan Tim Samba. Sayang di Jerman 2006, Brasil takluk 0-1 di tangan Prancis pada babak perempatfinal. Di Afsel 2010, Tim Samba menyerah 1-2 kepada Belanda, juga di perempatfinal.



Suri Tauladan Bintang Dunia

Menjadi perhatian banyak orang bukanlah hal nan sulit sebab hampir setiap orang dapat melakukannya. Akan tetapi, buat dapat membuat nama seorang bintang melambung sebab kelebihan dan kebaikannya, itulah hal nan dianggap cukup sulit.

Kontroversi dan penikungan terhadap berbagai kekurangan nan dimiliki oleh seorang bintang atau publik figur membuat mereka enggan buat berlama-lama berada di depan publik, apalagi di saat mereka sedang ketiban masalah buruk. Lantas, bagaimana cara seorang publik figur dapat membentengi diri buat tetap berada di koridor nan baik sebagai bintang kelas dunia?

Inilah nan sudah dilakukan pesepak bola global asal Brasil tersebut. Ia sukses meyakinkan masyarakat bahwa apa nan telah dicapainya bukanlah sebuah hal nan mampu menggiringnya ke berbagai arah negatif. Dengan prestasi tersebut, ia justru membuktikan kebesaran Tuhan nan mungkin masih diragukan oleh banyak orang di global ini. Inilah suri tauladan bintang global nan patut dihargai dan diapresiasi sebagai sebuah nilai selebritas global nan sebenarnya.