Faktor Nonteknis ala Persijap Jepara

Faktor Nonteknis ala Persijap Jepara

Sepak bola memang sebuah hobi nan paling banyak digemari oleh masyarakat Indonesia maupun dunia. Anak-anak, remaja, dewasa, pria, dan wanita, hampir semuanya mengenal sepak bola.Ada banyak persatuan sepak bola nan ada di Indonesia, termasuk Persatuan Sepakbola Indonesa Jepara, atau nan lebih dikenal sebagai Persijap Jepara.

Persijap merupakan sebuah klub sepakbola nan bermarkas di kota ukir Jepara. Klub ini memiliki seragam kebesaran nan berwarna merah. Klub ini dijuluki Lasykar Kalinyamat. Lasykar memiliki arti harfiah pasukan, sedangkan Kalinyamat ialah nama seorang ratu nan pernah berkuasa di Kerajaan Kalingga di bagian pesisir utara kota Jepara. Lasykar Kalinyamat tercatat memiliki keberanian dan kegigihan nan tinggi dalam upaya mengusir penjajah sampai di kerajaan Sriwijaya di wilayah pulau Sumatra.



Sejarah Lahirnya Sepak Bola di Jepara

Persijap secara resmi berdiri tahun 1954. Sebelumnya, klub sepak bola ini merupakan klub bentukan penjajah Belanda dengan nama Alsides dan Yapara Voedbal Club (YVC). Pada zamannya, klub ini hanya dimainkan oleh para bangsawan kadipaten Jepara dan anak-anak muda keturunan Belanda saja. Namun, rakyat jelata nan mendapat kesempatan melihat permainan sepak bola ini langsung tertarik dan memainkannya secara diam-diam.

Dalam keadaan tertentu, permainan sepak bola oleh rakyat Jepara dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan menggunakan peralatan seadanya, termasuk dari buah kelapa.

Para pendakwah Islam di Jepara mencoba menarik perhatian penduduk setempat dengan mengajak bermain sepak bola. Bola nan dimainkan bukan sembarang bola. Namun, terbuat dari buah kelapa nan telah direndam di dalam minyak kelapa selama 40 hari.

Apakah cukup sampai disitu? Ternyata tidak. Permainan sepak bola itu dilakukan pada malam hari, tepatnya pada malam tanggal 10 Sura pada hitungan tahun Jawa. Buah kelapa itu disulut dengan barah hingga terbakar, baru digunakan buat bermain sepak bola.

Penduduk Jepara bukannya miris melihat permainan itu, mereka malah tertarik. Dengan sedikit doa, para pendakwah Islam pun mempersilakan penduduk setempat bermain bola barah itu. Kaki-kaki para pemain bola dibasuh dengan air nan telah didoakan agar dapat menahan panasnya barah dari buah kelapa nan menyala itu.

Pada tendangan pertama, penduduk banyak nan merasa ketakutan. Namun ketika ternyata tak ada rasa panas sedikit pun nan dirasakan kaki, mereka pun banyak nan tertarik buat ikut memainkannya. Bahkan pada akhir acara, ketika malam sudah menjelang pagi, acara dilanjutkan dengan bakar-bakar alias obor-obor. Yang dibakar bukan ubi atau ikan laut, namun tubuh para pemain sepak bola barah itu sendiri.

Masing-masing pemain diberi daun kelapa satu batang (klaras) nan telah dibakar, kemudian disulutkan kepada tubuh teman-teman pemain sepak bola api. Tidak ada nan merasa kepanasan, tak ada pula nan mengalami luka bakar.

Semua pemain sepak bola barah dan obor-obor kagum. Begitu juga para penontonnya. Mereka pun mendatangi para pendakwah Islam dan bertanya, "Bagaimana itu dapat terjadi?"

Disinilah peran para pendakwah mulai dijalankan. Mereka menjawab, hanya Allah nan dapat melindungi kaki-kaki dan tubuh mereka dari panasnya api. Caranya ialah dengan memasuki agama Islam, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan ajaran agama Islam pun langsung diterima di Jepara. Permainan sepak bola pun semakin dapat dimainkan secara bebas oleh rakyat jelata dan berkembang dengan cepat.

Melalui klub sepak bola Persijap, warga masyarakat di Kabupaten Jepara nan memiliki talenta dan keahlian di bidang olah raga sepak bola dapat menyalurkan hobi tersebut dan meraih prestasi. Berbagai kompetisi taraf regional dan nasional selalu diikuti oleh Pesijap Jepara. Beberapa prestasi dan piala kehormatan juga sudah diboyong Persijap Jepara.

Pencarian bibit-bibit pemain muda selalu dilakukan oleh pengurus Persijap Jepara. Kompetisi sepak bola antar sekolah SLTA selalu dilaksanakan setiap tahunnya. Para siswa pun banyak nan tertarik dan masuk ke dalam klub-klub sekolah sepak bola (SSB) di dekat rumahnya.

Bagi mereka nan telah memiliki materi nan cukup, bahkan didukung talenta nan mumpuni, akan diikutkan dalam kompetisi sepak bola mewakili sekoalh masing-masing. Dari sinilah bibit pemain muda Persijap telah mulai dilirik dan siap buat dipoles agar segera menjadi pemain sepakbola profesional.

Beberapa kali persijap Junior meraih prestasi nasional dengan menggondol piala PSSI Junior (Piala Suratin). Berkali-kali pula Persijap Junior memasuki kancah final dan semi final perbeutan piala tersebut. Tercatat tahun 1982, 1998, dan 2002, Persijap Junior menggondol Piala Suratin ke kandang buat dipersembahkan kepada penduduk Jepara.



Faktor Nonteknis ala Persijap Jepara

Cemerlangnya prestasi para lasykar Kalinyamat muda ini tak diikuti oleh prestasi para seniornya. Pasukan Persijap Jepara terkenal sebagai tim nan jago kandang, hanya dapat menang atau seri jika pertandingan dilaksanakan di Stadion Kamal Junaedi atau Gelora Kartini di kota Jepara.

Bahkan, bila berhadapan dengan tim-tim besar, tak sporadis Persijap Jepara mengalami kekalahan di kandangnya sendiri. Kalaupun menang di kandang lawan, biasanya hanya terjadi ketika melawan tim-tim kecil seperti Persiku Suci dan Persipa Pati.

Persijap sporadis sekali bisa bertanding seri atau menang jika bertanding di kandang lawan, seperti jika melawan PSIS Semarang, Persebaya Surabaya, Deltras Sidoarjo, Persibo Bojonegoro, atau tim kelas kakap lainnya.

Padahal, tim Persijap Jepara tak hanya beranggotakan pemain lokal saja. Tim ini juga berisi para pemain dari Afrika Selatan, Brazil, Korea dan negara-negara lainnya. Mungkin, julukan jago kandang sudah terlanjur inheren pada para pemain. Sehingga ketika berhadapan dengan pemain di kandang lawan, mental para pemain Persijap langsung down.

Ada lagi sebutan nan tak mengenakkan tentang tim senior Persijap Jepara ini. Faktor nonteknis selalu menjadi kekhawatiran dan memperoleh perhatian spesifik dari tim versus nan akan bertanding di Stadion Kamal Junaedi atau Gelora Bumi Kartini. Faktor non teknis itu meliputi :



1. Teror dan Ancaman dari Para Pendukung Lasykar Kalinyamat

Sudah menjadi lagu lama, setiap ada pertandingan di suatu kota, maka pendukung tim tuan rumah akan memberikan dukungan sebesar-besarnya kepada tim jagoannya. Inilah nan terjadi pada Persijap Jepara.

Setiap tim versus nan bertamu ke Jepara buat bertanding seolah harus mengalah atau setidaknya bertanding seri. Jika tim tamu menang, ancaman-ancaman akan datang dari para suporter. Lemparan botol air minum, kaleng bekas, bahkan batu dapat menjadi ancaman utama. Bahkan, tak sporadis bus nan mengangkut para pemain tamu dilempari batu hingga pecah kacanya. Keadaan anarkis ini seharusnya tak terjadi.

Untunglah, dalam 10 tahun terakhir ini pencerahan para suporter sudah banyak muncul. Perilaku-perilaku anarkis itu sudah nyaris tak ada lagi. Pengurus Persijap Jepara selalu menyampaikan himbauan, bahwa konduite anarkis suporter dapat berakibat jelek terhadap tim pujaan, yaitu berupa jatuhnya sangsi-sangsi dari PSSI.



2. Gangguan-Gangguan Teknis

Gangguan ini meliputi bus pengangkut pemain versus nan mogok dan fasilitas penginapan nan tak memadai. Semua gangguan ini dapat jadi merupakan ulah para suporter nan dilakukan secara tersembunyi buat menjatuhkan mental para pemain lain nan berkunjung ke markas Pesijap Jepara.

Sekali lagi, buat kasus-kasus seperti ini sudah mulai sporadis ditemukan sebab angkutan dan loka menginap para pemain tamu selalu dijaga ketat oleh para aparat.



3. Wasit nan Berpihak kepada Persijap

Fenomena wasit berat sebelah memang terjadi dimana saja. Ketika sebuah pertandingan di laksanakan di suatu kota, tidak sporadis ada wasit nan akan membela tim tuan rumah. Ini sudah bukan misteri lagi, meskipun pertandingan itu disiarkan secara langsung oleh televisi nasional dan dilihat oleh rakyat di seluruh nusantara. Selalu saja ada oknum wasit nan menjatuhkan hukuman-hukuman berat kepada tim tamu.

Namun, kini hal itu tak lagi terjadi. Tim pemantau PSSI selalu berusaha melaksanakan tugasnya dengan baik. Jika ada wasit nan terbukti memberikan keputusan nan salah, PSSI akan menurunkan sangsi berat terhadap wasit tersebut.



4. Pengaruh Magis

Inilah nan sering terlihat dan terjadi pada tim kesebelasan tamu nan bertanding di kota Jepara melawan Persijap Jepara. Bola nan ditendang dengan seksama oleh tim versus selalu saja melayang menjauhi gawang nan dijaga penjaga gawang Persijap Jepara.

Hujan tiba-tiba turun di tengah terik matahari, atau bola tiba-tiba sulit ditangkap oleh penjaga gawang tim tamu. Kejanggalan-kejanggalan seperti ini sudah banyak dimengerti oleh tim-tim besar sekalipun nan pernah bertanding sebagai tamu melawan Persijap Jepara.

Demikianlah informasi seputar Persijap Jepara. Semoga sepak bola kita mengalami kemajuan, begitu juga dengan Persijap Jepara.