Doa Ibu nan Penuh Berkah

Doa Ibu nan Penuh Berkah



Ibu

Banyak kasus ketika ibu membuang atau membunuh anaknya. Tetapi lebih banyak lagi kisah tentang ibu nan dengan gagah beraninya mengorbankan segalanya demi anaknya. Tidak sedikit ibu nan memilih meninggal global daripada melihat anaknya meninggal. Afeksi itu bahkan mampu membuat seorang ibu mengetahui apa nan ada di benak anaknya. Saat sang anak sakit, ibu dapat merasakannya. Ibu akan sangat sedih kalau ternyata anak nan jauh di matanya itu mengalami sesuatu nan tak menyenangkan.

Ibu itu tidak akan membiarkan anaknya menderita. Ia akan berupaya membuat anaknya bahagia. Walaupun ada juga orangtua nan seolah meminta kepada kepada anaknya. Mereka bahkan menentukan apa nan akan diminta. Hal ini terkadang membuat interaksi anak dan orangtua sedikit merenggang. Bagaimanapun ialah kewajiban orangtua memberi kepada anaknya sampai anak itu mampu. Anak pun ketika ia mampu tidak harus diminta akan memberi. Orangtua tak perlu memaksakan kepada anak buat memberi sejumlah sekian agar interaksi itu tetap harmonis.

Terkadang memang interaksi orangtua dan anak ini tak berjalan lancar terutama ketika orangtua mempunyai banyak anak. Kecemburuan akan ada. Setiap anak merasa bahwa orangtuanya lebih memihak kepada anak nan satu dan ia tak diperhatikan. Orangtua juga tak dapat menutupi apa nan ada di hatinya. Mereka mengakui bahwa ada rasa nan lebih terhadap seorang anak. Mereka tak mengerti mengapa lebih sayang kepada satu anak.

Bila memang telah diamanahi banyak anak, maka nan harus dilakukan oleh orangtua ialah berusaha adil dan tak terlihat terlalu menganakemaskan seorang anak. Menganakemaskan ini hanya akan menjadi pemicu pertengkaran baik antaranak maupun anak dan orangtuanya. Kalau merasa tak mampu bersikap adil, lebih baik memutuskan mempunyai anak tunggal saja. Kalaupun akhirnya masih diberi anak lebih dari satu orang, tetap harus diterima dan dibagi kasih sayangnya.

Tidak mudah membina interaksi nan baik ini. Ketika anak beranjak dewasa, interaksi itu bahkan semakin jauh sebab masing-masing telah sibuk dengan urusannya. Anak perempuan bahkan terkadang malah bermusuhan dengan ibunya. Sedangkan anak laki-laki lupa dengan ibunya sebab ia terlalu sibuk dengan urusannya. Ekuilibrium hayati memang harus dijalankan agar interaksi orangtua dan anak ini berjalan serasi sepanjang masa.

Orangtua nan merasa anaknya telah berdikari terkadang juga malas memberikan donasi kepada anaknya. Mereka telah mendapatkan apa nan diinginkan oleh manusia, seperti rumah, haji, umroh, anaknya belum mempunyai rumah, terkadang orangtua malah memilih naik haji dan umroh lagi. Tentu saja hal ini malah akan membuat anaknya sakit hati. Betapa inginnya ia menerima donasi dari orangtuanya tetapi orangtua lebih mementingkan dirinya sendiri.



Pengorbanan itu Indah

Orangtua nan banyak berkorban buat anaknya akan mendapatkan afeksi nan berlimpah dari anak-anaknya. Sedangkan orangtua nan lebih mementingkan keinginannya dan tak mempunyai ilmu bagaimana memilih nan lebih baik, tak akan dihargai oleh anak-anaknya. Jangan sampai kekayaan orangtua dituntut oleh anak-anaknya di akhirat sebab orangtua egois dengan diri mereka sendiri. Ibu sebagai seorang wanita nan melahirkan anak-anaknya juga terkadang dianggap egosi oleh anak-anaknya. Ekuilibrium itu tak mudah.

Memang kenyataannya ibu ialah sosok nan begitu krusial bagi eksistensi keluarga. Dengan afeksi dari seorang ibu, maka segala kebutuhan dan urusan keluarga bisa terpenuhi dan terselesaikan tanpa kendala. Ibu atau wanita memang sosok manusia nan kuat dan berperan krusial dalam perkembangan dan pertumbuhan anak serta peningkatan kondisi keluarga.

Begitu latif citra ibu bagi seorang anak dan keluarganya. Semua itu menunjukkan bahwa afeksi dari seorang ibu kepada anaknya tak berbatas apapun. Apapun dilakukan oleh ibu agar anak-anaknya bisa bahagia. Dan, mereka tak membutuhkan apapun dari anak-anaknya.

Kasih dan sayang ibu memang tak berbatas. Itu sebuah fenomena nan tak bisa dipungkiri. Bisa kita rasakan bagaimana ibu mengasihi dan menyayangi kita, walaupun kita nakal. Ibu tak pernah kehabisan rasa sayangnya. Mereka tetap saja memberikan kasih sayangnya, walaupun anak menggodanya.

Hati Ibu seluas Lautan, Selapang Dunia, Bahkan Lebih
Gambaran bahwa hati ibu sedemikian luas memang tak bisa dipungkiri. Begitu besar rasa afeksi ibu kepada anak-anaknya. Ketika masih dalam kandungan, ibu begitu memperhatikan kondisi calon anaknya. Berbagai upaya dilakukan agar calon anaknya selalu terlindungi kesehatannya.

Bahkan, buat menjaga kesehatan calon anaknya, ibu harus mengkonsumsi berbagai makanan sehat dan berusaha melakukan kegiatan-kegiatan nan menyehatkan badan. Selama sembilan bulan sepuluh hari, ibu harus mengandung calon anaknya. Dan, selama waktu itu pula ibu harus mengalami penderitaan nan tak tergambarkan. Tidur tak lelap.

Dan, ketika tiba saatnya melahirkan, maka pada saat itu ibu harus berjuang antara hayati dan mati. Ibu harus memperjuangkan kelangsungan hayati calon anaknya walaupun proses tersebut mengancam keselamatan dirinya. Ini merupakan bentuk afeksi ibu kepada anak-anaknya.

Pada saat anak masih bayi, penderitaan ibu belum selesai. Setiap malam harus bangun buat mengganti popok, menyusui, dan menidurkan si bayi. Belum juga terlelap lama, jika si kecil bangun, maka ibu harus ikut bangun buat melayani kebutuhan si kecil. Begitu seterusnya hingga anak bisa hayati mandiri. Bahkan, ketika anak sudah besar dan mandiri-pun afeksi ibu tak pernah surut atau berkurang. Mereka tetap menyayangi anak-anaknya, melalui cucu- cucunya.

Ibu melaksanakan semua itu dengan penuh kasih sayang. Bagi ibu, jika anaknya nyaman, maka tenanglah hatinya. Tetapi, jika anaknya tak nyaman, misalnya sakit, maka pikiran dan hati ibu menjadi gunda gulana dan tersiksa oleh berbagai kekawatiran. Begitulah, afeksi ibu kepada anak-anaknya. Tidak berbatas.



Doa Ibu nan Penuh Berkah

Jika ingin sukses dalam setiap usaha hidupmu, maka mintalah doa restu kepada ibumu. Ini merupakan sebuah petuah nan sangat nyata. Setiap kali kita akan melakukan sesuatu, misalnya pergi mencari pekerjaan, maka doa restu orang tua, khususnya ibu merupakan bekal nan utama.

Ibu ialah sosok nan begitu kasih kepada kita. Ibu memberikan segalanya buat kita. Dan, istimewanya, mereka tak berharap balas atas segala nan sudah dilakukan buat anak-anaknya. Bagi para ibu, menyayangi anak-anak merupakan amanat nan harus dipertanggungjawabkan saat di akhirat nanti.

Begitu berkahnya doa ibu, hingga ada cerita tentang anak durhaka pada ibu nan menjelma menjadi batu sebab doa sang ibu, si Malin Kundang. Anak nan tak mengakui kasih sayag ibunya, bahkan menghardik sang ibu. Dan, ibu nan merasa teraniaya tersebut berdoa kepada Tuhan, walaupun hanya kata-kata itu hanyalah cermin kekecewan ibu. Ibu hanya protes dan mengatakan ‘hatimu keras seperti batu’. Ternyata, Tuhan mengubah kata-kata tersebut sebagai doa ibu.

Surga di Telapak Kaki Ibu
Kalau ada pepatah mengatakan bahwa surga ada di telapak kaki ibu, bukan berarti kita harus melihat telapak kaki ibu. Ini merupakan sebuah isyarat bahwa kebahagiaan seorang anak terletak di telapak kaki ibu, artinya di sepanjang kehidupan ibu. Jika ibu masih hidup, maka selama ini ibu tetap melangkahkan kaki buat menciptakan kesempatan kehidupan lebih baik bagi anak-anaknya.

Telapak kaki, diartikan sebagai bagian tubuh nan bersentuhan langsung dengan tanah, maka itu artinya perjalanan hayati ibu. Selama ibu masih hidup, selama itu pula afeksi ibu tercurah buat anak-anaknya. Dan, selama itu pula kehidupan anak berada pada posisi baik. Ibu akan terus berusaha memposisikan anak-anaknya bahagia.

Oleh sebab itulah, jika kita ingin senang hayati di global dan di akhirat, maka sayangilah ibu kita. Berilah mereka kebahagiaan karena ibu ialah lautan dan global kita. Di sanalah kita berlabuh saat sulit dan sebagainya. Ingat bahwa keberadaan seorang ibu bagi kehidupan merupakan keniscayaan nan tak bisa kita abaikan.