Kecelakaan Pesawat dan Daerah Mistis Gunung Sibayak

Kecelakaan Pesawat dan Daerah Mistis Gunung Sibayak

Gunung Sibayak ialah gunung barah nan terletak di Sumatra Utara, tepatnya di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Karo dan Kabupaten Kaban Jahe, Provinsi Sumatera Utara. Gunung ini terletak Letak geografisnya pada 3,20o12’00’’ LU dan 98,522o31’0’’ BT. Terletak di sebelah tenggara Bukit Lawang dan di sebelah utara Danau Toba dan Air Terjun Sipiso-piso.

Sibayak dalam bahasa Batak Karo berarti 'raja'. Tak heran jika orang Batak Karo memanggil Gunung Sibayak dengan sebutan Gunung Raja. Gunung ini terletak di sebelah Gunung Sinabung dan termasuk gunung barah nan masih aktif. Gunung ini termasuk gunung barah jenis stratovolcano , memiliki kaldera aktif dan terakhir kali meletus pada 1881.

Gunung ini mempunyai ketinggian 2.212 meter di atas permukaan bahari (dpl). Selain Sinabung, gunung ini termasuk gunung nan sering didaki. Gunung ini menawarkan panorama eksotik. Mulai estetika Telaga Kaldera dengan tebing tingginya nan beraneka rona sampai puncaknya nan unik, berbentuk tapal kuda lalu meninggi seperti piramida.



Jalur Pendakian Gunung Sibayak

Untuk dapat sampai ke puncak Gunung ini ada tiga rute pandakian nan dapat digunakan. Ketiga jalur itu ialah sebagai berikut.

  1. Jalur Sibayak I, bermula dari kaki gunung ini di desa Raja Berneh atau Berna (Terkenal juga dengan nama Desa Semangat Gunung). Desa ini berjarak 15 km dari kota Brastagi. Jalur ini melewati pemandian air panas Lau Sidebuk-Debuk.

  2. Jalur Sibayak II, bermula dari kaki gunung ini di desa Jaranguda. Desa ini berjarak 3 km dari kota Brastagi.

  3. Jalur 54 nan bermula dari kawasan tongkoh (bakaran jagung) nan terletak di jalan raya Medan-Brastagi.

Di antara ketiga jalur ini, jalur Sibayak II merupakan jalur paling mudah. Untuk sampai ke Desa Jaranguda, dari Medan (Terminal Amplas) naik bis jurusan Brastagi (1300 m dpl). Perjalanan ini memakan waktu tempuh 2 sampai 3 jam. Dari Brastagi, kita cukup berjalan kaki selama 30-40 menit buat sampai ke Desa Jaranguda. Di desa ini, ada penginapan dan warung makan tepat di sebelah kanan jalan.

Dari Desa Jaranguda, perjalanan dilanjutkan ke gerbang awal pendakian nan bisa ditempuh dengan berjalan kaki melaui jalan setapak selama 10 menit. Dari gerbang awal pendakian, diperlukan waktu 1-2 jam buat sampai ke Pertamina.

Jalanan ke Pertamina beraspal, tetapi jalanan setelahnya berupa tangga beton. Setelah dari Pertamina, perjalanan dilanjutkan sampai ke bibir kaldera gunung selama 30 menit.

Di samping kaldera nan selalu bersuara gemuruh dan berbau belerang, terdapat telaga. Di bibir-bibir kaldera dapat didirikan tenda buat bermalam. Jika ingin melanjutkan perjalan sampai ke puncak tapal kuda, diperlukan waktu sekitar 30 menit lagi.

Jalanan nan ditempuh berupa bebatuan terjal, sangat mirip dengan jalanan ke puncak Gunung Merapi di Jawa Tengah. Dari puncak, pemandangan menakjubkan sudah menunggu. Suasana kota Medan dari kejauhan dan pesona Gunung Sinabung.



Legenda Gunung Sibayak

Zaman dahulu, di tanah Karo hayati sebuah keluarga miskin dengan dua orang anak lelaki. Anak nan pertama berusia 17 tahun sedangkan nan kedua berusia 15 tahun. Sang ayah meninggal global dampak terserang penyakit. Tak lama kemudian ibu mereka pun meninggal dunia. Tinggallah kedua anak itu menjadi yatim piatu.

Mereka hayati dari sisa-sisa padi peninggalan orang tua mereka. Saat persediaan padi hampir habis, mereka berusaha mencari huma fertile buat ditanami padi. Akhirnya mereka menemukan tanah fertile di lereng gunung. Tanah tersebut segera dipersiapkan dan digarap buat bertani. Hasil pertanian mereka melimpah, tanah lereng gunung tersebut memang subur.

Karena harus sering menyiangi sawah, kedua kakak beradik ini bermaksud mendirikan gubuk kecil buat menjaga sawah mereka. Mereka lantas menggali dan meratakan tanah buat mendirikan gubuk. Ketika menggali, ujung cangkul si anak bungsu terbentur suatu benda keras. Rupanya benda tersebut ialah periuk kuningan.

Di dalam periuk ada benda kekuningan nan berkilau; emas. Mereka berusaha membersihkan emas itu. Keduanya sepakat buat menjual emas tersebut ke kota. Mereka berbagi tugas, si sulung berangkat ke kota buat menjual emas sedangkan si bungsu bertugas menyiangi sawah mereka. Keduanya sepakat buat membagi hasil penjualan sama rata.

Di kota, si sulung sukses menukar emas mereka dengan uang nan banyak sekali. Untuk membawanya, ia menggunakan sarung nan disumbat salah satu ujungnya. Dengan begitu orang-orang tidak mengiranya membawa uang banyak melainkan hasil panen.

Sebelum sampai ke rumah mereka di lereng Gunung Sibayak , ia mampir membeli berbagai makanan enak dan cairan-cairan pembunuh hama sawah. Ia campurkan cairan pembunuh hama tersebut ke dalam makanan, dengan tujuan adiknya akan memakannya kemudian tewas. Rupanya uang dalam jumlah banyak telah membutakan matanya, ia tidak ingin membagi uang tersebut dengan adiknya.

Sesampainya di rumah, rupanya si bungsu belum kembali dari sawah. Si sulung dengan tergesa berangkat menyusul adiknya ke sawah, tidak lupa uang dan makanan beracun dibawanya. Akan tetapi di perjalanan ke sawah ia terkena jebakan berupa bambu-bambu nan diruncingkan, sehingga ia wafat bersimbah darah.

Jebakan itu dipasang oleh si bungsu. Rupanya ia pun tidak ingin membagi uang tersebut dengan kakaknya. Sepulang dari sawah, dilihatnya si sulung tewas mengenaskan dengan membawa uang dan makanan enak. Diambilnya barang bawaan kakaknya. Di rumah ia menghitung uangnya sambil menyantap makanan dari kakaknya; nan tak ia ketahui bahwa itu beracun. Tak lama kemudian ia pun tewas.



Kecelakaan Pesawat dan Daerah Mistis Gunung Sibayak

Di wilayah gunung ini sempat terjadi beberapa kecelakaan pesawat terbang. Tahun 1975, 2 buah helikopter milik Pertamina mengalami kecelakaan di sana. Catatan berikutnya ialah mengenai kecelakaan terjadi pada tahun 1978, sebuah pesawat jenis Hercules C 130 kepunyaan TNI AU menabrak pepohonan lalu jatuh di kawasan Embusan Sigedang.

Adapun di tahun 1994 sebuah helikopter jenis Bolcow BO 105 milik TNI AD terjatuh di gunung tersebut. Sementara itu di tahun 1997 sebuah pesawat Airbus milik Garuda Airlines jatuh di kawasan Buah Nabar setelah menabrak pepohonan.

Para korban kecelakaan-kecelakaan pesawat tersebut umumnya tewas di loka sebelum sempat diselamatkan oleh tim SAR. Jenazah mereka sukses dievakuasi tetapi bangkai pesawat dibiarkan begitu saja di dalam hutan. Hal ini terpaksa dilakukan sebab medan gunung Sibayak terlalu berat buat membawa bangkai pesawat tersebut turun.

Peristiwa-peristiwa kecelakaan pesawat ini menimbulkan kisah-kisah mistis bagi masyarakat sekitar gunung ini. Syahdan di gunung ini terdapat kawasan terlarang nan disebut kawasan Deleng Pertekteken.

Di kawasan tersebut dahulu ada seorang pertapa nan ilmunya cukup tinggi. Ia mampu mengobati berbagai penyakit. Ia sering dimintai tolong buat menyembuhkan orang-orang. Akan tetapi saat kedua putrinya sakit, ia malah tidak dapat mengobatinya hingga mereka meninggal. Jasad kedua putrinya pun tidak pernah ditemukan.

Hal ini menimbulkan kesedihan mendalam baginya, sehingga ia melepaskan semua ilmu pengobatan nan dimilikinya ke kawasan Deleng Pertekteken. Semenjak itu, kawasan Deleng Pertekteken menjadi angker. Makhluk hayati nan datang ke sana tidak pernah dapat kembali. Bahkan burung nan melintas di atasnya pun dapat mendadak tewas.

Masyarakat setempat meyakini hal tersebut, dan mereka mengait-ngaitkannya dengan peristiwa naas jatuhnya berbagai pesawat terbang di Gunung Sibayak dari tahun ke tahun.