Media Komunikasi

Media Komunikasi

Surat rayuan dulu menjadi senjata primer dan ampuh jika menginginkan sesuatu kepada orang nan dikasihi. Sebut saja surat cinta, surat sayang, surat persahabatan, surat rayuan, atau surat sejenisnya memang dalam teori persuratan masuk ke dalam surat pribadi.

Semuanya tersebut ada dalam persuratan. Sekarang surat-surat itu sporadis sekali dijumpai, nan lebih banyak dijumpai ialah surat tagihan listrik dan air. Tentunya kehadiran kedua surat ini tak kita inginkan kedatangannya. Meskipun demikian tetap saja datang ke rumah buat bersinggah tiap akhir bulan.

Surat nan masih sering dilihat dan dijumpai ialah surat resmi nan masih sering digunakan oleh kantor-kantor perusahaan.

Perkembangan Surat

Pada perkembangan zaman selanjutnya, surat lebih sporadis digunakan orang. Lebih banyak orang menggunakan media nan ada di zaman ini. Misalnya melalui email, pesan facebook, sms, atau semacamnya. Selain pengaplikasiannya nan mudah, biaya dan waktu sangat diperhitungkan.

Seakan prinsip ingin lebih cepat tahu jawaban dari pesan menjadi sesuatu nan sangat dipentingkan. Dibanding dengan dulu, jika mengirimkan surat harus diantar sendiri ke alamat nan dituju atau melalui kantor pos.

Jawaban nan lama dari si penerima surat diperkirakan akan terjadi sebab biasanya akan menunggu waktu bertemu. Atau lewat jasa pos, nan tentu harus mengantri lebih dulu sampai berhari-hari. Itu pun jika surat tersebut dijawab langsung.

Menunggu jawaban nan lama, jika orang-orang dulu sangat menikmati. Akan menjadi sebuah saat-saat nan mendebarkan. Namun, orang-orang sinkron perkembangan zaman, seakan tidak sabar rasanya bila sampai terjadi hal tersebut.

Seakan ingin disebut sinkron dengan zaman, hampir semua orang, bila mengatakan sebuah rayuan tidak akan pernah menggunakan media surat supaya dikatakan tak ketinggalan zaman.

Rayuan dengan Surat

Apa pun media nan dipakai, hendaklah kita ingat kalau menyampaikan suatu rayuan tentulah tidak harus langsung kepada nan dituju. Harus kita berikan sebuah kebaikan atau janji lebih dahulu sebelum dikatakan maksud sebenarnya sebab merayu itu sangat jelas ialah menginginkan sesuatu dari nan dirayu.

Misal saja kita akan menyampaikan janji kita lebih dulu sebelum menyampaikan maksud ingin menyandingnya. Dapat kita katakan dengan kata, setulusnya saya berjanji dalam hati buat diriku sendiri bahwa saya akan menjaga rasa ini sampai akhir hayatku. Tentu saja akan lebih kujaga dambaan hati bila engkau mau bersanding denganku.

Kesalahan nan sering dilakukan ketika menuliskannya ialah menambahkan janji-janji seusai pengungkapan maksud. Misalnya sinkron contoh di atas,

setulusnya saya berjanji dalam hati buat diriku sendiri bahwa saya akan menjaga rasa ini sampai akhir hayatku. Tentu saja akan lebih kujaga dambaan hati bila engkau mau bersanding denganku. Bila mau bersanding denganku, akan saya bahagiakan engkau selamanya .

Di sini, lanjutan perkataan tersebut, sudah merupakan syarat. Syarat nan sangat kasar tentunya dan sangat kelihatan mendekati ketidakmungkinan buat rayuan. Sebuah syarat, nan akan menggiring pembaca bila tidak mau menyanding tidak akan dibahagiakan.

Meski dari beberapa kalangan dapat menerima, namun pernyataan tersebut akan mempengaruhi psikis seorang pembaca atau penerima surat. Adanya unsur pemaksaan nan kasar atau sebuah ancaman. Bila kita balik dan kita beri sebuah negasi pernyataan, akan menjadi, bila tidak mau bersanding, tak akan saya bahagiakan engkau selamanya .

Padahal, setelah pengungkapan maksud, seharusnya penerima surat atau pembaca mendapat waktu buat berpikir. Bukan malah mendapat sebuah syarat atau ancaman.

Jelaslah jika syarat dan ancaman didapat, pembaca akan merasa dengan terpaksa bila menerima pernyataan tersebut. Atau malah dapat dikatakan pernyataan tersebut ialah sebuah pernyataan kosong atau gombal.



Media Komunikasi

Perkembangan teknologi sekarang sangat berkembang pesat. Semua hal bergerak dengan cepat dan menginginkan sesuatu dengan cara nan cepat pula. Maka tak heran banyak sekali makanan nan tersedia dalam bentuk cepat saji, sebab budaya sekarang memang sudah menjadi budaya nan cepat.

Setiap orang memiliki kebutuhan nan dituntut buat segera terlaksanakan. Saat pagi-pagi menjelang semuanya sudah siap buat menjemput sang fajar segera berangkat kerja bagi sang ayah. Sedangkan anak bersiap-siap buat berangkat ke sekolah. Sang ibu bersiap buat menyiapkan semua keperluan nan diperlukan oleh ayah dan anak.

Bahkan tak sporadis juga bahwa sang ibu juga sibuk menyiapkan buat dirinya sendiri ketika berangkat ke kantor. Kesibukkan nan dialami oleh masing-masing anggota keluarga mneyebabkan longgarnya komunikasi nan ada tanpa disadari oleh mereka.

Ketika pagi datang, semuanya sibuk buat bekerja. Dan ketika sore menjelang semuanya sudah capek buat istirahat buat persiapan kesibukkan seperti semula. Hal ini kadang menyebabkan banyak sekali masalah-masalah menumpuk nan pada akhirnya membenani semua orang nan ada di dalam keluarga tersebut.

Terlebih lagi jika karakter nan dimiliki oleh orang nan berada di dalam keluarga tersebut ialah orang nan tak dapat melakukan komunikasi dengan lancar. Padahal salah satu syarat keharmonisan keluarga ialah komunikasi nan baik antar sesamanya.

Kita tak akan pernah tahu apa nan diinginkan oleh orang lain atau apa nan tak disukai oleh orang lain jika tak ada jalinan komunikasi dengan orang tersebut. Putusnya komunikasi nan terjadi sebab kesibukkan masing-masing sangat berakibat fatal bagi keharmonisan keluarga.

Ibarat sebuah koran berita, maka nan kita baca ialah koran-koran tahun lalu nan tak pernah terupdate. Tanpa adanya update nan terbaru dari koran tersebut maka kita pastinya tak tehu mengenai perkembangan situasi nan terjadi di sekitar kita. Semua itu sebab tak adanya komunikasi nan baik dengan sesamanya.

Sama halnya dengan keharmonisan nan ada dalam rumah tangga. Jika kita tak rajin mengupdate dengan cara komunikasi maka kita tak akan tahu apa nan sebenarnya terjadi dalam perkembangan anak, ataupun interaksi dengan pasangan hayati kita. Semuanya membutuhkan komunikasi nan baik.

Ada sebagian orang nan tak begitu pandai berkata-kata sehingga komunikasi menjadi terhambat karenanya. Untuk mengatasi hal tersebut, media surat dapat menjadi solusi atas masalah itu. Masalah nan dialami oleh orang nan tak dapat berkomunikasi secara langsung menggunakan lisannya.

Banyak hal nan menyebabkan seseorang tak mampu berkomunikasi secara lisan dan berterus terang kepada pasangannya ataupun orang terdekatnya. Salah satu alasannya ialah rasa sungkan serta penyusunan dan pemilihan kosa kata nan dirasa membutuhkan waktu nan lama. Semua itu dilakukan demi menjaga perasaan orang nan dicintai dan disayanginya.

Dengan menggunakan surat sebagai media komunikasi maka dapat menjadi jalan keluar nan baik. Seseorang mampu menuliskan keinginannya terhadap orang lain atau sekedar luapan perasaan nan dirasakan selama ini. Semua isi dari perasaan tersebut dituangkan dalam sebuah tulisan nan ada pada surat.

Dengan demikian orang lain nan ditujukan pada surat itu dapat membacanya. Selain itu, pemilihan kata juga akan lebih bervariasi sehingga kesan buat menjaga perasaan orang lain akan ada dibandingkan dengan komunikasi nan dilakukan secara lisan.

Adanya komunikasi nan lebih intens atau sering walaupun hanya dengan surat akan mampu membuat orang lain memahami perasaan orang lain juga. Memahami perasaan orang lain akan mempermudah jalinan komunikasi antar pasangan serta keharminasan dari rumah tangga juga akan terjaga. Semua hal tersebut dapat terwujud sebab adanya komunikasi antara nan satu dengan nan lainnya.

Komunikasi nan terjalin akan membuat dan menumbuhkan rasa ikut merasakan kepada orang lain. Kita akan lebih hati-hati dalam bersikap sebab kita tahu akan perasaan orang lain nan tak suka dengan sikap kita. Semua itu dapat diketahui lewat adanya komunikasi dengan tulisan tersebut.

Komunikasi dengan tulisan juga memberikan laba nan lain selain menguntungkan bagi orang nan tak mampu mengungkapkan perasaannya secara lisan. Keuntungannya lain nan dapat didapatkan dari komunikasi dengan media lisan ialah tak adanya batasan waktu.

Sekat-sekat dinding waktu nan dibuat dalam komunikasi dapat dihancurkan dengan media surat sebagai wahana komunikasinya. Jika pada saat komunikasi lisan seseorang harus berjumpa langsung buat mengungkapkan perasaannya, maka hal tersebut tak berlaku dalam komunikasi nan menggunakan media surat.

Seseorang dapat saja menuliskan pesan atau perasaannya melalui tulisan nan dituliskan dalam sebuah surat buat dibaca pada orang nan dituju. Dan baru dapat tersampaikan nanti ketika orang tersebut membacanya nan kemudian dibalasnya juga. Komunikasi seperti ini juga dapat dilakukan buat orang nan tak atau sporadis berjumpa secara langsung.

Misalnya saja seorang suami nan biasa kerja pada malam hari, sedangkan istrinya bekerja pada siang hari. Tentunya keduanya dapat dipastikan akan sporadis melakukan komunikasi. Padahal komunikasi sangatlah krusial dalam urusan rumah tangga. Model komunikasi nan seperti ini dapat menjadi solusi walaupun bukan solusi utama.