Alternatif Solusi Kerusakan Ekosistem Laut

Alternatif Solusi Kerusakan Ekosistem Laut

Di dalam kekuatan nan besar, ada tanggung jawab nan besar . Rupanya, kata-kata dari obrolan film Spiderman tersebut ada benarnya. Negeri Indonesia mempunyai potensi bahari nan hebat, dan di dalamnya ada tanggung jawab dari negara dan masyarakat buat menjaganya agar kerusakan ekosistem bahari tak terjadi.

Sayangnya, saat ini frase tersebut masih jauh dari kenyataan. Hal ini tentu sangat memprihatinkan. Karena sebagai negara maritim, Indonesia seharusnya mampu mengambil peran krusial dalam percaturan internasional lewat optimalisasi potensi sumber daya laut.



Kerusakan Ekosistem Bahari Butuh Perhatian

Bagi warga negara Indonesia, seharusnya perlu di ketahui bahwa kerusakan ekosistem laut kita saat ini berada di zona merah. Hal ini tentu sangat membahayakan ekosistem di bahari kita ini. Seperti nan dikatakan oleh Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan Syamsul Ma’arif, kerusakan nan terjadi di bahari ini sudah sedemikian parahnya. Hal ini bisa digambarkan dengan angka hutan mangrove atau bakau di pesisir pantai meningkat hingga ke titik angka 70 %.

Jumlah hutan mangrove Indonesia nan mencapai 9.362 juta hektar, 48 % menaglami kerusakan nan cukup ringan dan 23 % dari hutan mangrove Indonesia tersebut mengalami kerusakan nan cukup berat. Penyebab dari kerusakan nan terjado pada hutan mangrove ini disebabkan kaena huma atau hutan mangrove ini beralih fungsi menjadi perumahan, pertambakan, dan juga dijadikan sebagai tempa rekreasi. Selain hal tersebut, kerusakan ekosistem bahari ini juga disebabkan oleh pencemaran limbah oleh industri.

Hal ini tentu sangat merugikan kita sebagai makhluk hayati di global ini. Seperti nan kita ketahui hutan mangrove ini sangat membantu dalam pemeliharaan laut. Hutan mangrove berguna buat penghalang atau disebut juga dengan barier masuknya air bahari ke daratan. Hutan mangrove juga bermanfaat buat penyerap gas karbondioksida terbaik nan dapat mencegah pwmanasan dunia terjadi.

Dari hasil penelitian nan telah dilakukan mengatakan bahwa dampak rusaknya hutan mangrove atau bakau nan berada di pesisir pantai, menyebabkan gas karbondioksida nan tak dapat termurnikan lagi oleh alam. Tidak hanya itu, gas bunagan dari polusi kendaraan juga tak dapat di terima lagi oleh alam.

Kerusakan ekosistem bahari juga mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan dalam piramida makanan atau nan disebut juga dengan piramida makanan nan terdapat di alam. Ketidak seimbangan tersebut dapat terjadi sebab punahnya salah satu spesies mahkluk hayati di rantai makanan. Hal ini kemudian berimbas pada mahkluk hayati lain nan terancam punah.

Sebagai informasi, saat ini banyaknya biota bahari di Indonesia ini nan terancam mengalami kepunahan. Hal ini tentu saja sangat memperihatinkan, ketika semua orang nan tak bertindak positiv dalam menggunakan sumber nan berasal dari alam. Hal ini kemudian mendorong pemerintah buat membuat Departemen nan mengatasi masalh kelautan dan Perikanan uyang belakang ini disebut juga dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia.

Dari masalah – masalah nan dialami oleh Departemen Kelautan ini, para ahli mengidentifikasi bahwa terdapat lima isu atau lima faktor lingkungan nan menjadi latar belakng dalam kenyataan kerusakan ekosistem bahari ini. Faktor pertama nan melatarbelakangi rusaknya elosistem bahari ini adalah berkurangnya fungsi ari hutan mangrove atau bakau nan ada di pesisir pantai. Seperti nan sudah dijelaskan di atas bahwa hutan bakau atau mangrove ini sangat bermanfaat sekali dalam penanggulangan nan dapat saja merusak ekosistem bahari tersebut.

Faktor kedua nan melatarbelakangi rusaknya ekosistem di bahari adalah laju pengikisan yahg terlihat meningkat nan saat ini cenderung membuat kecemasan nan tinggi. Laju pengikisan ini tentu sangat mencemaskan kita. Pasalnya dengan meningkatnya laju pengikisan ini dartan akan menyempit tersapu oleh pantai nan hampir menyentuh badan jalan. Hal ini dapat kita temui di Kalimantan Barat an Jawa Tengah. Hal ini tentunya akan merugikan kita juga manusia nan seola – olah tak peduli akan keadaan alam nan memprihatinkan ini.

Faktor ketiga nan bisa melatar belakangi kerusakan ekosistem laut adaah kerusakan terhadap terumbu karang di bahari nan dosebabkan oleh tangan – tanga serakah manusia. Perusakan terumbu karang ini dilakukan dengan cara pengeboman dalam usaha buat menangkap ikan sebanyak – banyaknya oleh nelayan nan tak bertanggung jawab dan juga penggunaan racun potasium.

Tidak hanya itu, tindakan nan merusak biota bahari ini juga dilakukan dengan cara mengeksploitasi terumbu karang buat digunakan sebagai pondasi bangunan dan juga mengeoploitasi hasil bahari nan tak teratur. Dengan penanggulanag nan bannyak di gencar – gencarkan buat bahari ini, mak kita juga harus turut peduli akan kelestarian bahari dengan turut merawat dan melletarikan estetika laut.

Pengekploitasian batu karang nan banyak digunakan buat bahan bangunan juga dicuraigai menjadi salah satu fakor nan mnyebabkan kerusakan ekosistem nan terjadi di laut.ancaman akan kerusakan terumbu karang ini sudah sepatutnya kita perhatiakan. Walaupun belum ada data nan menunjukkan kerusakan pada terumbu karang, namun pencegahan dari awal akan membanu melestariakn biota laut. Usaha – usaha nan di gencarkan buat mencegah kerukana lautpun harus kita lakukan. Misalnya dengan tiudak menggunakan jalan pintas buat mengeksploitasi beberapa kekayaan bahari nan mudah buat di rusaknya.

Faktor keempat nan menjadi faktor terjadinya kerusakan pada ekosistem bahari ini adalah penambangan pasir pantai nan dilakukan manusia buat di jadikan sebagai bahan bangunan. Hal ini tentu memicu kerusakan ekosistem bahari kita ini. Denan penambangan pasir pantai nan teris menerus, tentunya sangat merugikan manusia juga pada akhirnya.

Yang terakhir, faktor nan dapat menyebabkan kerusakan nan terjadi pada ekosistem bahari ialah pembuangan berbagai macam limbah nan dibuang ke laut. Berbagai macam limbah domestik dan pembuangan residu pengolahan ikan nan langsung di buang ke bahari tentunya akan mencemari dan menurunkan kualitas laut. Pencemaran ini tentunya kan merusak pula ekosistem bahari dengan pembuangan limbah nan tak tahu loka tersebut.

Tidak hanya itu, dengan rusaknya pula terumbu karang, tentunya juga kan merusak biota laut. Seperti nan sudah kita ketahui, terumbu karang merupakan loka dimana hidupnya ribuan jenis ikan nan menggantungkan hidupnya dengan memakan fitoplankton nan juga hayati di daerah terumbu karang tersebut.



Alternatif Solusi Kerusakan Ekosistem Laut

Kondisi ini terjadi hampir di seluruh wilayah pesisir, sebab pencerahan masyarakat tentang lingkungan masih rendah. Bahkan, tidak sporadis industri nan berlokasi di pinggir pantai juga membuang limbahnya ke pantai.

Dari pelbagai permasalahan nan muncul, ada upaya pemugaran nan dapat dilakukan. Upaya ini harus melibatkan masyarakat buat membangun kehidupan seimbang, bergerak maju dan berkelanjutan. Upaya itu antara lain dengan rehabilitasi atau reboisasi hutan bakau, retorasi terumbu karang, penyusunan tata ruang wilayah pulau-pulau kecil secara terpadu, khususnya buat penanganan dan pengendalian pencemaran tanah dan air. Penataan dan konservasi daerah tangkapan ikan nelayan lokal, penataan dan pengendalian penambangan pasir pantai.

Dengan melibatkan masyarakat, mereka akan sadar dan memiliki kepedulian buat menjaga ekosistem laut. Pemahaman akan pentingnya ekosistem bahari akan mampu mengarah ke upaya pelestarian lingkungan secara menyeluruh.

Setiap permasalahan niscaya mempunyai jalan keluar. Demikian pula dengan kerusakan ekosistem bahari nan sedang terjadi di negeri ini. Melalui undang-undang, pemerintah hendaknya memberi hukuman hukum nan tegas bagi para perusak ekosistem laut. Hal ini juga harus dijamin dengan aplikasi hukum secara proporsional di lapangan. Masyarakat juga harus membantu terlaksananya pemugaran ekosistem bahari nan membutuhkan waktu cukup lama.

Masyarakat harus menyadari dan wajib melindungi keberadaan ekosistem bahari sebagai penopang hayati mereka. Hal ini sudah terbukti di beberapa negara, seperti Kepulauan Karibia nan hingga saat ini terjaga kondisi alamnya, sebab masyarakat ikut serta dalam perlindungan terumbu karang, baik secara alami maupun buatan. Diharapkan dengan kolaborasi nan baik antara pemerintah dan warga masyarakat, negeri maritim nan sejahtera akan segera terwujud dan hal seperti itu juga diharakan bisa menanggulangi kerusakan - kerusakan ekosistem bahari di seluruh Indonesia saat ini dan seterusnya. Semoga saja.