Pengamanan di Museum Sri Baduga

Pengamanan di Museum Sri Baduga

Tahukah Anda Museum Sri Baduga ? Sebelum membahas mengenai Museum Sri Baduga, penulis akan membahs sedikit tentang museum. Museum sebagai loka peninggalan masa lampau mampu menggiring kita seakan-akan berada pada zaman ketika peninggalan-peninggalan itu berfungsi. Seakan-akan benda-benda tersebut berbicara dan meyakinkan kita atas apa nan telah dilaluinya. Museum sebagai media representasi dari paras sejarah suatu identitas: bangsa dan negara.

Museum, termasuk Museum Sribaduga, bukanlah usaha komersil. Museum merupakan sebuah loka nan mengoleksi, mendokumentasikan, melestarikan, memamerkan, merefleksikan, dan merepresentasikan fakta sejarah. Museum memiliki fungsi sebagai penyedia layanan masyarakat, menjaga warisan bangsa, media perubahan sosial politik. Selain itu, museum berfungsi dan bertujuan sebagai media edukasi dan rekreasi bagi masyarakat.

Sebagai bangunan budaya atau heritage, Museum Sribaduga nan terletak di kawasan Tegallega, Bandung, mampu menjadi daya tarik buat belajar dan berwisata. Museum Sribaduga berasal dari nama seorang raja Pajajaran terakhir nan bernama Sri Baduga.

Penamaan museum dari nama raja-raja atau pahlawan daerah setempat sebab kebijakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum Sribaduga bernanung di bawah Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi Jawa Barat.

Bertolak dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1955, maka Museum Sribaduga pun melaksanakan fungsi dan tugas museum nan dikenal dengan 4P yakni penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan.



Penyimpanan di Museum Sri Baduga

Tidak semua benda dapat disimpan di Museum Sri Baduga buat dijadikan koleksi. Benda nan dapat disimpan di museum ialah benda-benda nan mempunyai nilai sejarah; bisa diidentifikasi dari bentuk atau wujudnya, tipe atau gayanya, fungsi dan asalnya secara historis, geografisnya, dan periodisasi dalam geologinya; bisa menjadi monumen dalam sejarah alam dan budaya; serta replika nan absah menurut persyaratan.



Perawatan di Museum Sri Baduga

Berbagai koleksi benda di museum memerlukan perlakukan bhineka dan khusus, termasuk di Museum Sri Baduga. Misalnya benda-benda seperti kayu, kertas, tulang, kulit, dan sejenisnya membutuhkan penyimpanan dan perawatan nan nisbi lebih sulit dan telaten dibanding benda-benda nonorganik seperti batu, besi, baja, dan sejenisnya. Seluruh koleksi nan ada harus diperhatikan dalam hal penyimpanan meliputi iklim dan lingkungan, cahaya, serangga, dan mikroorganisme nan mungkin dapat merusak koleksi tersebut seperti jamur dan lumut.



Pengamanan di Museum Sri Baduga

Pengamanan dimaksudkan bukan hanya pada pengamanan museum secara umum, melainkan pada pengamanan wahana penyimpanannya. Pengamanan wahana penyimpanan ini sangat krusial buat koleksi museum, termasuk di Museum Sri Baduga. Pengamanan wahana penyimpanan ini seperti lemari koleksi, ruangan atau gedung loka koleksi itu disimpan.

Pengamanan koleksi museum mencakup teknik pengamanan dan personil pelaksananya (dalam hal ini orang nan bertugas mengamankan). Meski teknik pengamanan museum itu canggih, namun jika tak ditunjang dengan SDM nan kompeten maka tak akan berhasil. Itu sebabnya saat ini banyak kita jumpai kasus penjualan koleksi museum kepada kolektor benda-benda kuno.



Pemanfaatan Museum Sri Baduga

Koleksi-koleksi museum nan terkumpul termasuk di Museum Sri Baduga, kemudian disimpan, dirawat, dan diamankan, mestilah dimanfaatkan. Pemanfaatan berfungsi buat mendukung kelangsungan kebudayaan itu sendiri. Masyarakat mesti mengetahui nilai historis berupa arti, guna, dan fungsi dari koleksi tersebut.

Pemanfaatan sudah dapat dilakukan dengan lebih inovatif saat ini. Selain dengan cara pameran pada jam kunjung atau jam kerja, juga pameran dalam bentuk penginformasian kepada masyarakat luas melalui pembuatan leaflet, brosur, katalog, media cetak, bahkan media virtual (internet) sekalipun.



Koleksi Museum Sri Baduga

Koleksi nan ada di Museum Sribaduga merupakan koleksi nan komplet. Setidaknya ada sepuluh klasifikasi koleksi di Museum Sri Baduga, yaitu:

  1. Geologika, benda koleksi disiplin ilmu geologi (fosil, batuan, mineral, dan benda bentukan alam lainnya seperti andesit dan granit).
  2. Biologika, benda koleksi disiplin ilmu biologi (rangka manusia, tengkorak, hewan, dan tumbuhan baik fosil ataupun bukan).
  3. Etnografika, benda koleksi disiplin antropologi nan merupakan hasil budaya atau bukti diri suatu etnis.
  4. Arkeologika, benda koleksi nan merupakan peninggalan budaya sejak masa prasejarah sampai masuk pengaruh barat.
  5. Historika, benda koleksi nan memiliki nilai sejarah dan menjadi objek penelitian sejak masuknya pengaruh barat hingga sekarang (negara, tokoh, kelompok, dan sejenisnya).
  6. Numismatika dan heraldika. Numismatika ialah alat tukar atau mata uang nan sah. Heraldika ialah lambang, tanda jasa, dan tanda pangkat resmi (cap atau stempel).
  7. Filologika, benda koleksi disiplin filologi (naskah antik tulisan tangan nan mendeskripsikan suatu peristiwa).
  8. Keramologika, benda koleksi barang pecah belah nan terbuat dari tanah liat nan dibakar.
  9. Seni Rupa, benda koleksi nan mengekspresikan pengalaman artistik manusia melalui karya dua atau tiga dimensi.
  10. Teknologika, setiap benda atau kumpulan benda nan menunjukkan perkembangan teknologika tradisional hingga modern.


Kegiatan Anak di Museum Sri Baduga

Museum Sri Baduga Bandung berusaha memenuhi besarnya animo anak-anak buat mengunjungi museum dengan memamerkan mainan koleksi Museum Sri Baduga tersebut. Untuk memperingati Hari Anak Nasional, beberapa kegiatan nan berhubungan dengan anak-anak juga diselenggarakan.

Beberapa tahun terakhir ini, minat anak-anak buat berkunjung ke museum Sri Baduga meningkat. Hal ini disebabkan oleh dorongan tugas dari sekolah dan tentunya keinginan dari anak-anak itu sendiri. Oleh sebab itulah, pihak dari museum Sri baduga menyikapinya dengan inisiatif memamerkan mainan anak koleksi museum Sri Baduga. Koleksi mainan nan dipamerkan tak hanya maianan tradisional zaman dulu, melainkan juga mainan saat ini.

Kepala Balai Pengelolaan Museum Sri Baduga Bandung mengatakan bahwa hal ini dilakukan agar keterkaitan perkembangan permainan zaman dulu atau tradisional dengan mainan modern saat ini bisa dihubungkan. Intinya, semua mainan ialah sesuatu nan menghibur. Namun, di belakang itu semua, ada tujuan lain dari permainan, yaitu berupa kreativitas, inovasi, dan lain-lain.

Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, Museum Sri Baduga akan menggelar berbagai kegaiatan selama satu minggu. Museum Sri Baduga akan memamerkan koleksi-koleksi masterpiece museum ini dan juga koleksi pribadi maupun koleksi komunitas. Kegiatan lainnya ialah rangkaian festival permainan anak, work shop mainan, dan pemutaran film-film dokumenter.

Karena tingginya minat sekolah buat mengikuti berbagai kegiatan yangberlangsung selama satu minggu itu, pihak Museum Sri Baduga akhirnya membatasi peserta dalam satu hari kegiatan, yaitu hanya diikuti tiga sampai lima sekolah. Sementara itu, kegiatan ini terdiri atas kegiatan festival mainan, work shop mainan, dan pemutaran film.



Bandung Zaman Dulu di Museum Sri Baduga

Untuk mengetahui sejarah Kota Bandung, kita semua bisa berkunjung ke Museum Sri Baduga. Di dalam museum ini kita dapat mengetahui tentang sejarah Kota Bandung, mulai zaman purba, zaman kerajaan Hindu, Budha, Islam, zaman Belanda, dan sejarah budaya nan berkembang di Bandung.

Museum Sri Baduga berada di Jalan BKR, tepatnya di depan Taman Tegallega, Bandung. Di dalam museum ini, para pengunjung bisa melihat Prasasti Telapak Gajah nan dibuat pada zaman Kerajaan Tarumanegara. Selain itu, ada juga koleksi furnitur khas dari Jawa Barat pada masa penjajahan Belanda. Furnitur ini sangat unik dan bahannya juga sangat berkualitas.

Jika ingin mengetahui keadaan Bandung tempo dulu, berkunjunglah ke Museum Sri Baduga.