Jenis-Jenis Kue Tradisional

Jenis-Jenis Kue Tradisional

Indonesia kaya akan resep kue tradisional. Tiap daerah niscaya mempunyai kue khas nan menjadi kebanggaan secara turun-temurun. Namun, ternyata kemajuan zaman membuat banyak orang menjadi lupa pada akar budayanya, termasuk kue tradisional. Zaman nan serba modern identik dengan makanan nan “modern” pula.

Remaja masa kini mungkin lebih mengenal brownies atau pizza ketimbang kue putri ayu atau nagasari. Kue tradisional memang kehilangan pamornya belakangan ini. Seakan-akan menjadi sesuatu nan tak “keren”, ketika kita menghidangkan makanan ini buat menjamu tamu.

Kue tradisional memang sudah kehilangan gengsinya. Padahal, ini merupakan alah satu bukti diri budaya nan seharusnya kita lestarikan. Bahkan, ada kue-kue eksklusif nan sudah sangat sulit ditemukan meski tak dapat disebut punah.

Kini, di seantero kota lebih banyak tersebar toko roti nan sudah jelas menjual makanan modern dan umumnya berasal dari luar negeri. Begitu juga jananan di sekolah. Generasi muda hampir tak pernah mencicipi jajanan tradisional, terutama nan tinggal di kota besar.

Jika Anda kebetulan sudah mempunyai anak, alangkah baiknya sejak dini memperkenalkan anak pada makanan tradisional juga, termasuk kue. Hal ini supaya anak-anak kita kelak tak kehilangan bukti diri dan tetap mengenali budayanya dengan baik. Tidak ada salahnya, bukan?



Segalanya Tentang Kue Tradisional

Banyak nan ogah membuat kue tradisional sebab menganggap prosesnya rumit dan sulit. Padahal, sesungguhnya tak demikian. Kue ini hanya membutuhkan ketelatenan dan kesabaran saja. Jika ini terpenuhi, tak akan ada kesulitan lagi.

Umumnya, kue tradisional memiliki keseragaman, nan paling jelas ialah bahan dasar nan digunakan buat membuatnya. Bahan pertama ialah tepung. Ada beberapa jenis tepung nan biasa dipakai, misalnya saja tepung beras, tepung ketan, atau tepung sagu. Sementara tepung terigu biasanya digunakan buat membuat bolu atau kue tradisional berfermentasi.

Selanjutnya gula. Ini ialah bahan nan harus disediakan buat membuat kue. Tidak harus gula pasir, dapat juga menggunakan gula merah. Ketiga ialah santan. Bahan ini sering digunakan sebagai pencair adonan. Ada nan membutuhkan santan kental, encer, atau nan sedang. Semuanya tergantung jenis kuenya.

Jika ingin kue nan kita untuk sukses, tentu harus mengikuti petunjuk pembuatannya. Sehingga, cita rasa dan teksturnya sempurna. Terakhir ialah ragi. Memang tak semua kue menggunakan ragi. Namun, ada sebagian nan mengharuskan penggunaan ragi dalam adonan.

Selanjutnya, kita akan membicarakan tentang teknik pembuatan kue tradisional. Pada dasarnya, kue jenis ini diaduk dengan dua cara. Pertama, menggunakan sendok kayu dan dilakukan di atas api. Untuk menghindari adonan nan tak rata alias bergerindil, pengadukan harus dilakukan dengan lama. Kuncinya, harus mengaduk dengan sabar dan terus-menerus.

Namun, jika adonan tetap bergerindil, sebaiknya segera matikan api. Menggunakan saringan lebih dianjurkan. Selain itu, ada adonan kue nan harus diuleni dengan tangan. Melakukannya tak boleh dengan tenaga kuat sebab akan mempengaruhi tekstur kue nantinya. Mengaduk dengan tangan akan memberi kesempatan pada kita buat mengetahui taraf kelemasan dan kehalusan adonan dengan lebih baik.

Selain diaduk, ada kue tradisional nan diuleni. Hal ini biasanya dilakukan spesifik buat jenis makanan nan membutuhkan serat. Pengulenan biasanya dilakukan dengan gaya meremas adonan. Tujuannya agar seratnya terbentuk sempurna.

Setelah diaduk atau diuleni dengan maksimal, barulah adonan dimatangkan. Ada nan dikukus, contohnya ketimus atau bolu kukus. Saat mengukus, kita harus memerhatikan kukusan nan digunakan. Apakah dibutuhkan kukusan dengan penyaring berlubang besar atau nan berlubang kecil. Sebab, tiap jenis kue tradisional nan dikukus tak selalu menggunakan penyaring berukuran sama.

Selain dikukus, adonan juga bisa direbus. Contohnya saja klepon. Dapat juga dipanggang seperti bandros dan serabi. Bahkan, cetakannya pun dibuat spesifik buat memudahkan proses pembuatan. Ada juga kue eksklusif nan harus dioven seperti bika ambon. Jadi, ada majemuk cara nan biasa digunakan buat mematangkan adonan kue.



Jenis-Jenis Kue Tradisional

Umumnya, jajanan tradisional terbagi atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.



1. Berlapis

Kue nan termasuk golongan ini antara lain kue talam, kue pepe, dan kue lapis. Kue-kue ini dibuat berlapis-lapis. Setiap lapis berselang-seling warnanya. Jenis lapisannya pun beragam. Ada nan sengaja dibuat tipis-tipis, ada juga nan agak tebal. Bahkan, ada kue nan hanya terdiri dari dua lapis saja. Kadang ada nan menambahkan kenari atau nangka di antara lapisan.

Oh ya, kue berlapis ini biasanya dikukus. Sebelum mulai mematangkan, pastikan loyang dilapisi plastik atau daun pisang. Loyang juga sudah diolesi dengan minyak goreng. Lama mengukus tergantung pada ketebalan adonan. Ketika semua lapisan sudah dituang, matangkan adonan dengan mengukusnya agak lama. Tujuannya buat mematangkan setiap lapisan dengan sempurna.



2. Berbungkus daun

Mengapa ada kue nan sengaja dibungkus daun? Selain memudahkan kita memegangnya sehingga tak mengotori tangan, daun juga membuat kue beraroma. Selain itu, daun juga dapat mempercantik penampilan kue nan kita buat. Daun nan lazim digunakan ialah daun pandan, daun pisang, atau daun janur.

Memilih daun pun tak boleh sembarangan. Daun pandan misalnya, digunakan buat membungkus kue cina pandan. Sementara daun janur biasa dipakai buat membungkus kue lepet atau cerorot. Daun pisang masih terbagi tiga. Daun nan muda biasa dipakai buat membungkus kue nagasari atau arem-arem. Sementara daun nan sedang digunakan buat lemper. Bagaimana dengan daun pisang nan tua? Sering dipergunakan buat membungkus kue sumping.



3. Mempunyai isi

Kue dengan isi mempunyai banyak jenis, sehingga ada majemuk pilihan nan dapat kita dapatkan. Ada kue nan diisi dengan unti, yaitu terbuat dari kelapa parut nan dimasak bersama gula hingga memiliki cita rasa legit. Ada beberapa jenis kue nan menggunakan vla. Tentu saja vla nan dimaksud bukan seperti vla pada kue sus.

Vla buat jajanan tradisional dibuat dari kentang, kacang hijau nan telah direbus, atau kacang hitam. Ada juga nan memasukkan campuran kacang dan gula atau potongan gula merah pada adonan. Kue nan mempunyai isi di dalamnya dapat dimasak dengan cara dikukus begitu saja atau dibungkus dengan daun. Contoh nan dibungkus daun ialah kue bugis.



4. Mirip cake

Kue jenis ini biasanya dikukus juga, namun memiliki bentuk mirip cake. Cara membutnya pun tak jauh berbeda. Contohnya ialah zebra kukus atau putri ayu. Kue nan mirip cake ini biasanya mempunyai cetakan tersendiri. Jadi tak menggunakan daun sebagai pembungkus. Hanya saja, kadang ada nan mengeluhkan kalau kue jenis ini tercium aroma amisnya.



5. Bersaus

Pernah menikmati jojorang atau mendut. Jika pernah, tentu Anda tahu bahwa jajanan tradisional tersebut dimakan dengan menggunakan saus. Sausnya pun ada majemuk jenis. Ada kue nan disiram dengan sirup gula merah, santan, atau campuran keduanya. Saus membuat jajanan ini terasa semakin kaya rasa dan lezat. Tambahan berbagai aroma dapat membuat saus menjadi variatif.

Jajanan tradisional umumnya sangat nikmat buat disantap di sore hari. Dinikmati bersama segelas teh hangat nan berguna buat meredakan rasa manis nan ditimbulkannya. Makanan turun-temurun di Indonesia memang lebih banyak nan bercita rasa gurih sekaligus manis. Jika kebetulan kurang menyukainya, kita dapat mengurangi dosis gulanya saat membuat sendiri. Intinya, kisa dapat menyesuaikan dengan selera kita.

Kue tradisional lebih mudah ditemukan di pasar tradisional. Meski tak selalu tersedia, kue-kue ini kadang hadir pula di tengah pesta pernikahan, tentunya berbaur dengan kue modern nan beraneka. Meski mungkin kadangkala kita mengalami kesulitan menemukan kue tradisional, namun peminatnya tetap lumayan banyak.