Dampak dan Pencegahan

Dampak dan Pencegahan

Tatanan masyarakat memiliki norma-norma nan sepatutnya diikuti oleh anggota masyarakatnya. Namun, norma-norma tersebut dapat jadi dilanggar nan akibatnya melahirkan defleksi perilaku.

Perilaku menyimpang didefinisikan sebagai konduite nan tak dapat menyesuaikan dengan nilai dan kebiasaan masyarakat atau kelompok eksklusif dalam masyarakat, seperti keluarga dan sekolah. Konduite menyimpang dianggap sebagai sesuatu nan tak terpuji dan berada di luar batas toleransi.

Karena dianggap sebagai perbuatan nan tercela, defleksi ini membutuhkan penanganan dari pihak nan berwenang, apakah itu orang tua, guru, atau pihak kepolisian.

Banyak konduite menyimpang nan terjadi dalam masyarakat, mulai dari nan ringan dilakukan sehingga masyarakat masih dapat mentolerirnya sebab pelanggaran nan dilakukan masih dianggap ringan, hingga perbuatan nan sudah tak dapat ditolerir lagi sebab pelanggaran nan dilakukan sangat berat.

Konduite menyimpang nan pertama bersifat primer, seperti membuang sampah sembarangan. Adapun nan kedua bersifat sekunder, seperti membunuh dan merampok.



Penyebab

Berbagai konduite menyimpang terjadi dikarenakan adanya faktor dari diri sendiri dan lingkungan. Faktor dari diri sendiri ialah sifat bawaan orang tersebut sejak lahir. Faktor nan berasal dari lingkungan, misalnya pengaruh teman berteman nan kurang baik dan kondisi interaksi keluarga nan kurang baik, seperti orangtua nan tak rukun serta interaksi orangtua dan anak nan kurang dekat.

Ketidakmampuan seseorang buat menyerap nilai dan kebiasaan nan ada dalam masyarakat dapat mengarah kepada konduite menyimpang. Hal ini disebabkan tak sempurnanya proses pengenalan dan pendidikan nan diterima oleh seseorang sehingga dia tak dapat membedakan mana nan pantas dan tak pantas buat dilakukan.

Seseorang juga dapat melakukan sebuah konduite menyimpang sebab proses belajar nan menyimpang pula. Proses belajar menyimpang ini diperoleh sebab melakukan hal-hal menyimpang nan masih dianggap kecil secara terus-menerus. Orang nan melakukan korupsi besar-besaran bermula dari korupsi kecil-kecilan. Akan tetapi sebab dilakukan secara monoton dan tak ada usaha dari dirinya buat meninggalkan kebiasan tersebut, konduite menyimpang tersebut terus inheren dalam dirinya.

Tayangan televisi dan informasi dari internet juga dapat mengarahkan seseorang kepada konduite menyimpang. Televisi sering menayangkan berbagai konduite menyimpang berupa tindak kejahatan. Begitu pula dengan internet nan menyajikan berbagai informasi termasuk tayangan tentang berbagai konduite menyimpang nan terjadi di seluruh dunia.



Bentuk Penyimpangan

Berdasarkan akibat nan ditimbulkannya, konduite menyimpang ada nan berdampak negatif dan juga positif. Konduite menyimpang nan berdampak negatif menyebabkan pelakunya menerima hukuman sosial dan hukum. Dalam masyarakat dia akan dikucilkan dan secara hukum dia akan menerima sanksi dan denda sebagai ganjaran dari perbuatannya.

Adapun konduite menyimpang nan berdampak positif, si pelaku akan memperoleh laba dari konduite menyimpang nan dilakukannya. Dalam masyarakat kita, seorang wanita nan sudah menikah bertugas mengurus rumah tangga. Akan tetapi, buat membantu keuangan keluarga, dia bekerja, misalnya dengan membuka usaha rumahan dan beberapa urusan rumah tangga ia serahkan kepada seorang pembantu rumah tangga.

Perilaku ini menyelisihi Norma masyarakat tetapi konduite menyimpang seperti ini tak menerima hukuman sosial dan hukum.

Perilaku menyimpang ada nan dilakukan secara perorangan, kelompok, dan campuran. Konduite menyimpang nan dilakukan oleh seseorang biasanya memiliki sifat sebagai seorang pembandel, pembangkang, pelanggar, dan perusuh. Sifat-sifat tersebut pada dasarnya merupakan sifat nan tak mau menaati nasihat dan peraturan nan diterapkan oleh lingkungannya, baik keluarga, masyarakat, serta pemerintah.

Sifat munafik juga termasuk konduite menyimpang perorangan sebab pelakunya memiliki sifat suka berbohong, tak menepati janji, dan berkhianat.

Contoh konduite menyimpang nan dilakukan secara perorangan, antara lain tindak kejahatan seperti mencuri, membunuh, dan memerkosa. Perzinaan baik nan dilakukan oleh pasangan nan belum menikah maupun nan sudah menikah, defleksi seksual, seperti homo dan lesbian; gaya hidup, misalnya laki-laki nan memakai anting, perempuan nan berpakaian minimalis.

Kelompok nan melakukan konduite menyimpang biasanya anggota kelompoknya taat kepada peraturan kelompok, tetapi melanggar peraturan dan kebiasaan nan berlaku di masyarakat. Contoh konduite menyimpang kelompok ialah sindikat penyelundupan narkoba.

Contoh lainnya nan terjadi di kalangan remaja, yaitu para pemuda nan beraksi di jalan dengan kebut-kebutan supaya dianggap hebat, perbuatan sebagian orang nan bahagia mencoret-coret tembok dan fasilitas umum.

Penyimpangan campuran terjadi pada sebuah kelompok nan individu dan kelompok di dalamnya taat terhadap kebiasaan kelompok. Konduite menyimpang terjadi dalam golongan sosial nan memiliki organisasi nan tersusun rapi. Contoh konduite menyimpang campuran ialah geng motor.

Geng motor beranggotakan para pemuda nan secara individu telah melakukan defleksi sosial. Kemudian, mereka bergabung membentuk geng nan secara organisasi memiliki peraturan nan harus dipatuhi oleh setiap anggotanya.

Di samping melanggar kebiasaan sosial, hukum, dan agama, tindak kejahatan nan merupakan konduite menyimpang sangatlah merugikan diri sendiri dan orang lain. Disebabkan lemahnya iman dan rendahnya moral, orang melakukan berbagai konduite menyimpang berupa tindak kejahatan.

Tindak kejahatan ada nan tak menyebabkan korban secara langsung. Pelaku sendiri nan menanggung dampak konduite menyimpang nan dilakukannya. Contohnya, penyalahgunaan narkotika, mabuk-mabukan, dan berjudi.

Akan tetapi, efeknya dapat juga dirasakan oleh orang lain. Orang nan sedang mabuk jika memaksakan diri buat mengemudi akan menyebabkan kecelakaan. Orang nan kalah berjudi dapat mengarah kepada kekerasaan, KDRT misalnya.

Kejahatan nan terorganisir dilakukan oleh sekelompok orang buat memperoleh kesenangan global dengan cara nan menyimpang dari kebiasaan sosial, hukum dan agama. Biasanya pelaku akan berusaha menghindar dari hukum dengan menggunakan kekuasaan nan dimilikinya. Contoh kejahatan nan terorganisir ialah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).

Pelaku kejahatan juga majemuk mulai dari kalangan berstatus tinggi (white collar) hingga orang-orang golongan rendah (blue collar). Tindak kejahatan white collar nan paling generik terjadi ialah korupsi. Adapun contoh tindak kejahatan blue collar, yaitu mencuri sandal di masjid.



Dampak dan Pencegahan

Perilaku menyimpang selain berdampak jelek bagi si pelaku, juga berdampak jelek bagi masyarakat. Akibat jelek konduite menyimpang bagi diri si pelaku, yaitu mulai dari dikucilkan dari pergaulan, perkembangan jiwa terganggu sebab banyak melakukan dosa dan jauh dari nilai-nilai agama, dan memiliki masa depan suram.

Bagi keluarga si pelaku, konduite menyimpang akan menyebabkan beban sosial, psikologis,dan ekonomi. Adapun bagi masyarakat, konduite menyimpang dapat meresahkan sehingga keamanan dan ketentraman masyarakat terganggu.
Mengingat akibat jelek nan ditimbulkan oleh konduite menyimpang ini, sebaiknya langkah-langkah pencegahan dilakukan mulai dari diri sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat .

Dekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amal ibadah. Peran keluarga sangat mendukung pembentukan karakter anak. Orangtua memberikan pendidikan moral kepada anak sambil memberikan teladan nan baik bagi anaknya. Sebagai contoh, jika ingin si anak tak merokok, seorang ayah harus memberi teladan dengan tak merokok. Nasehati anak buat memilih teman berteman nan baik, jangan sampai anak salah memilih teman.

Peranan sekolah bisa berupa pemberian wadah bagi siswa buat mengembangkan minat dan bakatnya, menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dan budi pekerti luhur, serta menyediakan bimbingan konseling bagi siswa nan memiliki permasalahan.

Dalam masyarakat perlu dikembangkan berbagai kegiatan nan positif, seperti karang taruna, pengajian warga, kerja bakti dan kegiatan lainnya nan dapat mewujudkan lingkungan nan serasi dan rukun, jauh dari defleksi perilaku.