Bronsted-Lowry

Bronsted-Lowry

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai penerapan teori asam basa misalnya senyawa asam seperti asam cuka nan digunakan buat memasak atau sering digunakan buat membuat acar, asam sitrat nan terkandung dalam buah jeruk, asam sulfat nan digunakan dalam aki. Selain senyawa asam juga ada senyawa basa seperti aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida nan terkandung pada obat maag serta kalsium hidroksida atau air kapur.

Teori asam-basa juga juga dikenal di bidang pertanian dan lingkungan hayati nan berkaitan dengan keasaman tanah atau air. Kita bisa mengetahui sifat asam basa suatu larutan dengan menggunakan kertas lakmus biru dan lakmus merah. Ada beberapa teori nan membahas tentang asam-basa.



Teori Asam Basa

Arrhenius Svante August Arrhenius lahir pada 19 Februari 1859 di Swedia. Arrhenius merupakan salah satu ilmuwan nan hobi menulis. Di bidang kimia, Arrhenius mendasari perhitungan kekuatan asam basa. Menurut Arrhenius, asam ialah zat nan bisa melepaskan ion H+ di dalam air sehingga konsentrasi ion H+ dalam air meningkat.

Basa ialah zat nan bisa melepaskan ion OH- di dalam air sehingga konsentrasi ion OH- dalam air meningkat.a. Asam ialah zat nan apabila dilarutkan dalam air bisa menghasilkan ion H+. Dampak kelebihan ion H+ maka air nan sudah ditambahkan zat asam disebut sebagai larutan asam.Menurut Arrhenius, jika asam dilarutkan dalam air akan terjadi reaksi ionisasi. Asam melepaskan ion H+ atau ion H3O+. Ion H3O+ terjadi sebab ion H+. diikat oleh air.

Reaksi ionisasi asam biasanya ditulis dengan melepaskan ion H+. Ion H+ inilah nan merupakan pembawa sifat asam. Asam merupakan suatu senyawa nan bisa menghasilkan ion hydrogen (H+) atau ion hidronium (H3O+) bila dilarutkan dalam air. Asam bisa dikelompokkan berdasarkan jumlah ion H+ nan dilepaskannya, rumusnya, dan kekuatan asamnya.

Contoh : HCL H+ + CL- (Asam)b. Basa ialah zat nan apabila dilarutkan dalam air bisa menghasilkan ion OH-.

Akibat kelebihan ion OH- maka air nan sudah ditambahkan zat basa disebut sebagai larutan basa. Basa nan banyak digunakan ialah NaOH, Ca(OH)2, dan Mg(OH)2.

Menurut Arrhenius jika basa dilarutkan dalam air akan terjadi reaksi ionisasi. Setiap basa menghasilkan ion OH-, sebab itu ion OH- merupakan pembawa sifat basa.

Contoh : NaOH Na+ + OH-

(Basa) Teori asam basa Arrhenius berlaku dalam keadaan :

1) Senyawa nan terlibat dalam reaksi harus dalam bentuk larutan

2) Suatu senyawa dikatakan asam jika dalam larutannya menghasilkan ion H+, sedangkan suatu senyawa dikatakan bersifat basa jika dalam larutannya melepaskan ion OH-.Tetapi pada kenyataannya ada suatu senyawa nan tak mematuhi anggaran Arrhensius, buat itu disimpulkan bahwa teori ini elum dapat menjelaskan semua reaksi kimia.



Bronsted-Lowry

Teori asam basa Bronsted-Lowry ialah teori nan melengkapi kelemahan teori asam basa Arrhenius sebab tak semua senyawa bersifat asam atau basa bisa menghasilkan ion H+ atau OH- jika dilarutkan dalam air. Merurut beliau, asam ialah senyawa nan bisa menyumbang proton, yaitu ion H+ ke senyawa atau zat lain.

Basa ialah senyawa nan bisa menerima proton, yaitu ion H+ ke senyawa atau zat lain. Pemindahan proton dari satu partikel ke partikel lainnya dinamakan proses protolisis. Apabila proses protolisis berlangsung antara molekul-molekul air sendiri proses ini dinamakan autoprotolisis.

Zat nan mempunyai dua sifat yaitu bisa bertindak sebagai asam dan sebagai basa, dinamakan amfiprotik.Teori ini juga memiliki kelemahan, yaitu tak bisa memperlihatkan sifat asam atau basa suatu senyawa bila tak ada proton nan terlibat dalam reaksi.

Asam : Senyawa pemberi (donor) proton H+Basa : Senyawa penerima (akseptor) proton H+ Sebagai sebuah proton, ion H+ memiliki ukuran nan lebih kecil dari atom nan terkecil, sehingga tertarik ke arah nan memiliki muatan negatif nan ada dalam larutan. Maka, H+ nan terbentuk dalam larutan encer, terikat pada molekul air. Model Brønsted, nan menyebutkan bahwa ion H+ ditransfer dari satu ion atau molekul ke nan lainnya, ini lebih masuk akal daripada teori Arrhenius nan menganggap bahwa ion H+ ada dalam larutan encer.

Dari pandangan model Brønsted, reaksi antara asam dan basa selalu melibatkan pemindahan ion H+ dari donor proton ke akseptor proton. Asam dapat merupakan molekul nan netral.Menurut teori Bronsted Lowry, zat bisa berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat eksklusif lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.

Sedangkan pasangan asam-basa setelah terjadi reaksi disebut asam basa konjugasi.

asam basa konjugasi
Contoh : HCO3- + H2O H2CO3 + OH-
asam basa konjugasi


Pada waktu asam memberikan proton akan terbentuk basa konjugasi dari asam tersebut. Disebut basa konjugasi sebab bersifat basa yaitu bisa menerima proton buat membentuk asam lagi.3. Teori Asam-Basa Lewis Di tahun 1923 ketika Bronsted dan Lowry mengusulkan teori asam basanya, Lewis juga mengusulkan teori acid base baru juga. Lewis, nan juga mengusulkan teori oktet, memikirkan bahwa teori acid base sebagai masalah dasar nan harus diselesaikan berlandaskan teori struktur atom, bukan berdasarkan hasil percobaan.

Teori asam basa Luis mencakup pengertian nan lebih luas dibandingkan definisi asam basa Arrhenius dan Bronsted-Lowry. Konsep asam basa Bronsted-Lowry dengan Luis ialah berbeda akan tetapi kedua konsep ini saling melengkapi. Basa Lewis ialah basa Bronsted-Lowry juga disebabkan bisa mendonorkan pasangan elektron bebasnya, akan tetapi asam Lewis belum tentu menjadi asam Bronsted-Lowry disebabkan asam Bronsted-Lowry ialah donor proton sedangkan asam Lewis ialah acceptor elektron.

Spesies apapun nan bisa menjadi aseptor pasangan elektron bebas dapat disebut sebagai asam lewis.Asam : Senyawa nan bisa menerima pasangan electron

Basa : Senyawa nan bisa memberikan pasangan electronLewis mengemukakan teori baru tentang asam-basa sehingga partikel ion atau molekul nan tak mempunyai atom hidrogen atau proton bisa diklasifikasikan ke dalam asam dan basa. Lewis juga menyatakan bahwa asam ialah suatu molekul atau ion nan bisa menerima pasangan elektron, sedangkan basa ialah suatu molekul atau ion nan bisa memberikan pasangan elektronnya.

Contoh : H+ + [ :O: H]_ H :O: HBeberapa keunggulan asam-basa Lewis yaitu sebagai berikut.

a. Sama dengan teori Bronsted dan Lowry, bisa menjelaskan sifat asam, basa dalam pelarut lain atau pun tak mempunyai pelarut.

b. Teori asam-basa Lewis bisa menjelaskan sifat asam-basa molekul atau ion nan mempunyai pasangan elektron bebas atau nan bisa menerima pasangan elektron bebas. Contohnya pada pembentukan senyawa komplek.

c. Bisa menerangkan sifat basa dari zat-zat organik seperti DNA dan RNA nan mengandung atom nitrogen nan memiliki pasangan elektron bebasPerlu diingat bahwa basa Lewis ialah donor pasangan elektron bebas, spesies berupa molekul atau ion nan memiliki kecenderungan buat mendonorkan pasangan elektron bebasnya maka digolongkan dalam basa Lewis. Contoh basa Lewis ialah ion halide ( Cl-, F-, Br- dan I-), ammonia, ion hidroksida, molekul air, senyawa nan mengandung N, O, atau S, senyawa golongan eter, ketone, molekul CO2 dan lain-lain. Demikian penjabaran tentang teori asam basa. Semoga bermanfaat bagi para pembaca. Terutama bagi siswa-siswi SMA Kelas XI jurusan IPA. Selamat membaca dan belajar!