Perkembangan Islam di Negeria

Perkembangan Islam di Negeria

Negara nan terletak di Afrika Barat ini ialah sebuah negara federal nan terdiri dari beberapa negara bagian dan satu territorial. Nigeria berbatasan dengan Benin di barat, Chad dan Kamerun di sebalah timur, Niger di sebelah utara, dan Teluk Guinea nan menghadap ke Samudra Pasifik di sebelah selatan. Sejarah Nigeria mencatat, negara nan kaya minyak ini pernah terlibat perang saudara selama 30 tahun.



Sejarah Singkat

Republik Federal Nigeria medapatkan kemerdekaan dari Inggris pada 1 Oktober 1960. Disebebkan oleh banyaknya disequilibrium dan korupsi pada proses pemilihan generik dan politik, pada 1966 banyak terjadi perebutan kekuasaan militer di negara ini .

Pada bulan Mei 1967, bagian timur dari Nigeria menyatakan kemerdekaannya sinkron keinginan rakyatnya. Bagian itu kemudian bernama Republik Biafra. Setelah bagian timur merdeka, perang pun terjadi antara bagian barat dan utara.

Nigeria menyerang Republik Biafra. Perang ini berlangsung selama 30 bulan. Perang ini mengakibatkan lebih dari satu juta orang meninggal. Nigeria kembali menjadi negara demokrasi pada 1999 dengan terpilihnya Olusegun Obasanjo, mantan kepala militer negara, sebagai presiden baru Nigeria.

Pada tanggal 1 Oktober 1963, Nigeria menjadi Republik, dan Presiden pertama nan diangkat ialah Dr. Mnamdi Azikiwe, sedangkan Perdana Menterinya ialah Alhaji Abubakar Tafawa Balewa.

Pada tanggal 29 Juli 1966, Letnan Kolonel Yakubu Gowon mengadakan kudeta. Perang saudara terjadi pada tahun 1967 – 1970, dikarenakan Nigeria Timur ingin memisahkan diri dari pemerintahan Federal Nigeria. Perang saudara terkenal dengan ‘Perang Biafra’. Perang saudara ini bisa dipadamkan oleh Jendral Gowon pada tanggal 12 Januari 1970.

Sejak Jendral Gowon melakukan kudeta, keberadaan ummat Islam di utara semakin tak nyaman dan terjepit, dan banyak ummat Islam nan ‘murtad’. Konduite ketidakadilan ini akhirnya menimbulkan ketidakpuasan, dan pada akhirnya terjadi perebutan kekuasaan kedua nan dipimpin oleh Jendral Murtala Muhammad pada tanggal 20 Juli 1975. Jendral Murtala Muhammad terbunuh pada tanggal 13 Pebruari 1976, dan digantikan oleh Jendral Olusegun Obasanyo.

Pada tanggal 1 Oktober 1979, diadakan pemilihan presiden secara demokratis, dan akhirnya terpilih Alhaji Shehu Shagari dari Partai Nasional Nigeria. Presiden Shehu Shagari terpilih kembali pada tahun 1983, namun pada tanggal 31 Desember 1983, Shehu Shagari dikudeta oleh Mayor Jendral Muhammadu Buhari. Nasib Muhammadu Buhari juga tidak lebih baik, sebab pada tanggal 27 Agustus 1985, beliau dikudeta oleh Mayor Jendral Ibrahim Babangida.

Pemerintahan Babangida berakhir pada tanggal 26 Agustus 1993 dan digantikan oleh Chief Ernest Shonekan. Pada tanggal 17 Nopember 1993, Jendral Sani Abacha terpilih sebagai Presiden Nigeria, pada tahun 1993 itu juga diadakan pemilihan umum, dan terpilih Moshood Abiola.

Namun kemenangan Moshood Abiola (mantan penerbit dan promotor) tidak pernah diakui, malah beliau ditangkap dan dipenjara. Konduite nan tak adil tersebut mengundang kritik internasional, apalagi setelah kaum oposisi nan dipelopori oleh Ken Saro-Wiwa (suku Ogon), mantan penulis, berteriak keras memprotes tindakan Sani Abacha.

Namun pada bulan Juni 1998, sebelum pemerintahan Sabi Abacha berakhir, beliau mati mendadak, dan kedudukan beliau sebagai Presiden Nigeria digantikan oleh anggota junta militer Jendral Abdulsalam Abubakar.

Kekuasaan militer absolut selama 10 tahun di Nigeria diakhiri oleh Jendral Abdulsalam Abubakar dengan mengadakan pemilihan umum. Akhirnya pada bulan Pebruari 1999, mantan jendral tahun 1970-an, Olusegun Obasanyodari etnis Yoruba, terpilih sebagai presiden Nigeria secara demokratis, dengan mengantongi 2/3 suara.

Beliau diusung oleh People’s Democratic Partay (PDP). Ironisnya, kemenangan Obasanjo didukung oleh suku Hausa, nan notabene ialah Muslim, sedangkan suku Yoruba sebagian Kristen dari mana Obasanjo berasal kurang memberikan dukungannya.

Berakhirlah masa kediktatoran di Nigeria, namun dengan terpilihnya Olusegun Obasanyo, bukan berarti persoalan telah selesai, sebab komunitas Muslim di bagian utara nan menguasai 12 negara bagian menginginkan diberlakukannya Syari’ah.

Sedangkan mengenai interaksi Nigeria dengan negara tetangga masih dalam kategori cukup baik, kecuali masalah perbatasan dengan Kamerun. Masalah perbatasan ini diselesaikan oleh pengadilan internasional di Den Haag (telah dilakukan selama puluhan tahun) dan akhirnya diputuskan (Nopember 2003) agar Nigeria mengembalikan 32 desa nan diakui masuk dalam wilayahnya kepada Kamerun, sedangkan Kamerun mengembalikan 3 (tiga) buah desa kepada Nigeria.

Geografi dan Penduduk

Nigeria terletak di barat Afrika. Negara seluas 923.768 km2 ini ada dalam urutan ke 32 negara-negara terbesar dunia. Negara ini berbatasan langsung dengan Benin, Chad, dan Kamerun, serta memiliki garis pantai sepanjang 853 kilometer menghadap langsung ke Samudra Pasifik. Daerah bagaian selatan beriklim hutan hujan tropis dan bagian utara masuk ke dalam iklim hujan. Nigeria memiliki sungai, lembah, dan padang rumput atau savanna hampir di setiap sudut negara.

Menurut estimasi PBB, Nigeria ialah negara terpadat di Afrika dengan jumlah penduduk 154.729.000 jiwa. Nigeria juga menjadi salah satu negara dengan ledakan penduduk tertinggi di dunia. Pada 1950, jumlah penduduk Nigeria hanya 33 juta jiwa. Nigeria memberikan pendidikan perdeo bagi penduduknya, namun peminat pendidikan perdeo ini masih sangat rendah.

Nigeria memiliki sekitar 250 suku dengan berbagai bahasa dan adat. Bahasa resmi Nigeria ialah bahasa Inggris. Selain bahasa Inggris, Nigeria juga menggunakan tiga bahasa daerah nan mewakilkan tiga suku terbesar di sana. Penduduk Nigeria 50.4% menganut agama Islam, 48.2% menganut agama Kristen, dan sisanya penganut agama lain.



Isu Kemanusiaan

Meskipun termasuk ke dalam negara nan cukup kaya sebab mendapatkan penghasilan cukup besar dari hasil penambangan minyak, tindakan kriminal atau kejahatan masih sering terjadi di negara ini. Selain itu, berdasarkan catatan sejarah Nigeria ketegangan antara kelompok etnis di Nigeria sering terjadi terutama semenjak pecahnya perang sipil pada 1967.

Nigeria juga menjadi salah satu loka bersarangnya kejahatan nan terorganisir atau mafia, terutama dalam hal penjualan narkoba. Pembajakan juga terjadi di Nigeria nan menyerang kapal-kapal milik perusahaan penambangan minyak di Delta Niger. Sejak Januari 2007 hingga oktober 2007, sudah terhitung sekitar 26 pembajakan dilakukan.



Perkembangan Islam di Negeria

Islam dianut oleh 50% dari total penduduk Nigeria, dan Islam mempunyai sejarah nan panjang, dan hampir menguasai seluruh Nigeria pada abad ke-11 s/d abad ke-19, sebelum kolonial Inggris menguasai Nigeria, khususnya Nigeria Utara. Penyebaran Islam di Nigeria dibagi dalam tiga periode, yaitu periode Trans Sahara dan Afrika Utara, periode Atlantik dan periode kemerdekaan.

Pada masa Trans Sahara dan Afrika Utara, bermula ketika Uqba ibn-Nafi’, sebagaimana diceriterakan oleh Ibn Abdalhakam pada tahun 667 Masehi datang ke Sahara Tengah, dan membuka rute perdagangan ke Kanem-Borno, Nigeria Utara, termasuk di dalamnya ialah perdagangan budak.

Pada saat itu, perdagangan budak Afrika sangat terkenal, dan mengundang orang Barat buat ikut ‘mencicipinya’. Rute perdagangan ini dilanjutkan oleh anak laki-l;aki Uqba, yaitu Ubaidillah ibn al-Habhab sampai ke Kerajaan Ghana sebab adanya perdagangan emas, dan berlanjut sampai dengan abad ke-11.

Di samping melakukan perdagangan, dalam catatan sejarah Nigeria , para pedagang Muslim juga memperkenalkan misi primer ajaran Islam, yaitu mengembangkan perdamaian, keadilan dan kesejahteraan. Dengan cara demikian, akhirnya Islam bisa berbaur dengan masyarakat setempat.

Islam berkembang sangat pesat di seluruh Afrika Barat, tak hanya di Nigeria, sehingga bahasa Arab dijadikan sebagai komunikasi internasional di kawasan itu sampai dengan abad ke-15, seiring dengan kemenangan Islam di Andalusia (sekarang Spanyol).

Ketika Portugis memasuki Afrika Barat pada abad ke-15, dalam rangka perdagangan budak, maka penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi mulai berkurang. Hal ini berlanjut sampai dengan masuknya Perancis dan Inggris pada abad ke-19. Dua negara terakhir inilah nan akhirnya menguasai sebagian besar wilayah Afrika Barat.

Kerajan Mali dan Songhay mempunyai peran sangat krusial dalam mendorong berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nigeria Utara nan dipelopori suku Hausa dan Fulani, antara lain di Kano dan Katsina pada abad ke-14 dan 16.

Masa orientasi Atlantic, Maroko menginvasi Kerajaan Mali-Songhay pada tahun 1591, namun jauh sebelum itu, Kerajaan Otoman Turki telah lebih dulu menguasai Mesir dan Aljazair pada tahun 1517 dan 1525. Pada saat bersamaan, muncul kerajaan baru di Benin, Oyo, Dahomey dan Ashante, disusul kemudian kerajaan Bambara nan masih dikuasai oleh animisme. Komunitas Muslimn di wilayah tersebut mulai mengadakan jihad.

Jihad pertama dilakukan oleh Uthman Don Fodiye pada tahun 1804 di Sokoto, nan meminta kepada pemerintah Sokoto nan dikuasai oleh suku Hausa memberlakukan ajaran Islam. Peradagangan budak semakin menipis, dan Eropa menghentikan kebutuhan akan budak, dan akhirnya kerajaan Oyo jatuh.

Namun ketika kolonial Inggris mulai merasuk di Nigeria, kehidupan komunitas Islam di sana mulai terjepit. Dimulai ketika diberlakukan Pax Brittanica nan mengatur agar setiap muslim nan akan bepergian atau membangun masjid harus mendapatkan izin dari pemerintah kolonial. Namun sebaliknya, bagi pemeluk Kristen tak dikenakan izin serupa.

Kerajaan Sokoto dan Borno mulai invalid, namun komunitas muslim menyebar ke Selatan, yaitu ke Etsako, Niger-Benue dan kota-kota wilayah Yoruba, semisal Ogbomoso, Oyo, Ibadan, Sagamu, Ijebu-Ode dan Abeokua. Budak-budak muslim nan berasal dari suku Hausa menyatu secara sosial-politik di kota-kota tersebut dan menjadikan Islam sebagai simbol Yoruba buat menolak intrusi kebudayaan Inggris.