Jadwal Film Bioskop 21: Empat Film Terbaik Namun Tak Bertahan Lama

Jadwal Film Bioskop 21: Empat Film Terbaik Namun Tak Bertahan Lama

Sekarang ini, kalau kita menengok jadwal film bioskop 21 , ada satu film nan banyak melibatkan Pulau Bali sebagai lokasi pengambilan gambar.

Ketika pengambilan gambar berlangsung, banyak diberitakan di media cetak maupun media elektronik nasional. Sebuah film nan dibintangi oleh aktris papan atas sebagai pemeran utamanya, Julia Roberts.

Selain di Bali, film ini mengambil latar belakang loka di Italia (Roma) dan India (Pataudi). Ya, film tersebut tidak lain ialah Eat, Pray, Love .

Eat, Pray, Love sekarang diputar di hampir seluruh kota besar di Indonesia, nan termasuk ke dalam jaringan bioskop 21. Film ini bak primadona. Kebanyakan orang penasaran dengan penggambaran Bali nan terdapat dalam film ini. Karenanya, penonton rela mengantri buat memperoleh tiket film ini.



Produksi Film Eat, Pray, Love

Film Eat, Pray, Love diproduksi berdasarkan buku dengan judul nan sama. Buku tersebut ditulis oleh Elizabeth Gilbert, berisi memoar tentang perjalanannya ke beberapa loka nan dikunjungi setelah bercerai dari suaminya.

Memoar ini diterbitkan pada 2006 oleh penerbit Penguin dan menjadi best seller di Amerika hampir selama 187 minggu (masuk ke jajaran buku-buku laris versi New York Times). Sedangkan, versi filmnya baru ditayangkan Agustus 2010.

Film ini diproduksi oleh Columbia Pictures dan disutradarai oleh Ryan Murphy. Produser film ini telah membeli copyright memoar karya Elizabeth Gilbert, sehingga mereka bisa membuat film dengan judul nan sama dengan memoarnya.

Selain sebagai sutradara, Ryan Murphy juga berperan sebagai penulis naskah film ini. Selain di Itali, India, dan Indonesia, film ini tentunya mengambil gambar dengan latar belakang loka di Amerika Serikat, yaitu di New York sebagai loka asal dan kediaman Elizabeth.



Plot Cerita Eat, Pray, Love

Dikisahkan, seorang wanita berusia 32 tahun, mapan, berpendidikan, memiliki keluarga, dan berhasil dalam karirnya sebagai seorang penulis. Dia bernama Elizabeth Gilbert (diperankan oleh aktris kawakan Julia Roberts). Tapi, semuanya itu tidak membawa kebahagiaan dalam hidupnya, dia merasa tidak senang dengan pernikahannya.

Berulang kali dia melakukan perselingkuhan sebab dianggapnya akan memberikan kebahagiaan nan dicarinya selama ini. Ternyata tidak, dia pun tidak berbahagia dengan perselingkuhannya tersebut. Hingga dia dan suaminya berpisah, serta merencanakan perceraian mereka.

Suatu ketika, Elizabeth berkunjung ke Bali saat dia menulis buku tentang yoga. Di sana, dia berjumpa dengan seorang tabib, orisinil penduduk Bali, nan mengajaknya buat tinggal agar dia bisa mempelajari ilmu pengobatan bersamanya.

Akan tetapi, Elizabeth harus kembali ke Amerika buat menyelesaikan urusan perceraian dengan suaminya (Steven nan diperankan oleh Billy Crudup).

Kemudian, setelah perceraiannya selesai, dia pergi berkelana selama setahun ke tempat-tempat nan dia pilih sebagai tujuan perjalanannya. Dia menghabiskan waktu selama empat bulan di Italia buat bersenang-senang memenuhi selera kulinari dan menikmati hidupnya ( Eat ).

Selanjutnya, dia tinggal di India selama empat bulan buat memenuhi keingintahuan spiritualnya ( Pray ). Empat bulan terakhir, dia habiskan di Bali buat mencari ekuilibrium nan telah diperolehnya dari perjalanan ke Itali dan India, nan dia wujudkan buat mencari cinta sejatinya ( Love ).

Dia memang berjumpa pria nan dianggap cinta sejatinya, seorang pria berkebangsaan Brazil (Felipe nan diperankan oleh Javier Bardem). Apakah Elizabeth telah menemukan kebahagiaan nan dicarinya? Anda wajib menonton film ini buat mengetahuinya.

Tertarik buat menonton film ini? Segera agendakan. Terlebih dahulu, tengoklah jadwal film bioskop 21 nan terdapat di kota Anda. Selamat menikmati Eat, Pray, Love !



Jadwal Film Bioskop 21: Empat Film Terbaik Namun Tak Bertahan Lama

Jika Anda hobi menonton film, mengetahui jadwal film bioskop 21 menjadi keharusan. Film-film nan ditampilkan di bioskop 21 seringkali film nan memang hits di pasaran lokal maupun internasional.

Di pasaran lokal, banyak film nan mengundang perhatian besar, tapi banyak pula nan hanya dilirik sebelah mata lalu diturunkan dari jadwal. Ada beberapa film Indonesia nan menarik perhatian dan cukup lama bertahan.

Namun, ada pula film nan sebenarnya berkualitas bagus tapi sayangnya tak bertahan lama. Meskipun demikian, film-film berkualitas bagus tersebut justru mendapat perhatian dari berbagai festival film internasional. Berikut empat film Indonesia nan pernah tayang di bioskop 21 nan mendapat penghargaan tapi tak bertahan lama di pasaran.



1. Fiksi

Sebagai sebuah film thriller psikologis, Fiksi berhasil meraih Best Film of The Year di ajang FFI. Fiksi juga ikut serta dalam Pusan International Film Festival dan JIFFEST 2008. Ladya Cheryl nan berperan sebagai Alisha berhasil membangun tokoh tersebut.

Sosok Alisha nan tenang, kalem, namun “berbahaya” mampu membuat penonton penasaran dengan segala tindak-tanduknya. Seorang Ladya Cheryl nan terlihat lemah di film Ada Apa dengan Cinta tak akan terlihat di Fiksi .

Karakternya nan rumit sebab terpengaruh masa lalunya nan kelam membuat Alisha terobsesi merebut perhatian Bari, laki-laki nan pernah bekerja sebagai pembersih kolam di rumahnya. Ladya Cheryl juga mampu memperlihatkan dua sisi Alisha; satu sisi menjadi gadis manis, di sisi lain berubah menjadi psikopat nan terobsesi mengejar Bari.

Film dengan aliran seperti ini sporadis sekali hadir di bioskop Indonesia. Meskipun memenangkan penghargaan dan ditayangkan di festival film internasional, sayangnya, Fiksi hanya bertahan seminggu di bioskop tanah air.



2. May

Sebuah film drama nan berlatarkan peristiwa kerusuhan Mei 1998 ini tak diputar dalam jangka waktu nan lama di bioskop. Berkisah tentang percintaan beda suku di antara May dan Antares.

May nan diperkosa kemudian berpisah dengan ibunya dan kekasihnya, Antares, hijrah ke Malaysia. Antares nan masih mencintai May berpisah dengan gadis itu saat ia sedang membuat film dokumenter peristiwa Mei 1998.

Sementara ibu May menjual sertifikat rumah buat selembar tiket ke Malaysia. Tahun-tahun berlalu, May kembali dipertemukan dengan ibunya dan juga Antares. Film ini meraih kategori Best Editing di FFI 2008. Peristiwa Mei 1998 nan sarat dengan permasalahan etnis ini menjadi pembangun cerita sekaligus masa lalu getir nan dirasakan May.



3. Rumah Dara

Film horor sudah biasa di Indonesia. Namun, Rumah Dara berbeda dengan film horor lainnya. Rumah Dara nan sekaligus film thriller ini berkisah tentang pasangan suami istri Adjie dan Astrid nan pergi ke Bandung bersama tiga temannya. Adjie ingin berbaikan dengan adiknya nan bernama Ladya sebelum ia pindah ke Australia. Astrid membujuk Ladya agar ikut ke bandara. Ladya pun menurutinya.

Di tengah perjalanan mereka berjumpa dengan Maya nan mengaku habis dirampok. Mereka membantu Maya dengan mengantarnya ke rumah. Di rumah Maya, mereka diperkenalkan dengan Dara, seorang perempuan misterius. Dari situlah bermula kisah mencekam nan membuat Adjie dan kawan-kawan berusaha melarikan diri dari rumah tersebut. Film ini ditayangkan di berbagai festival film internasional di Asia, Amerika, dan Eropa.

Shareefa Danish bahkan memenangkan penghargaan sebagai Best Actress di Puchon International Fantastic Film Festival 2009 berkat perannya sebagai Dara. Film bergenre slasher memang sporadis di Indonesia. Namun, sayangnya, film seperti ini belum mendapat perhatian pasar lokal. Film horor klasik nan menampilkan setan perempuan berambut panjang atau pocong justru menarik perhatian.



4. The Photograph

The Photograph merupakan film besutan Nan Achnas. Film ini tak bertahan lama di bioskop tapi memenangkan dua kategori penghargaan di Karlovy Vary International Film Festival nan berlangsung di Praha. Nan Achnas sukses menjadi pemenang kedua kategori Special Jury Prize.

Kategori lain nan sukses dimenangkan ialah Ecumenical Jury Award. Film nan mengangkat budaya Tionghoa ini dimainkan oleh Lim Kay Tong, Shanty, Lukman Sardi, dan Indy Barends.