Pengaruh Perang Dingin

Pengaruh Perang Dingin

Perang Dingin merupakan salah satu peristiwa sejarah nan menyita perhatian dunia. Amerika Perkumpulan dan Uni Soviet menjadi dua negara besar nan saling “menikam” ketika itu. Perang Dingin terjadi setelah berakhirnya Perang Global II, pada 1945 sampai 1990.

Yang dimaksud perang di sini bukan berarti pengerahan pasukan secara besar-besaran, tetapi konflik, ketegangan, dan persaingan antara Amerika Perkumpulan dan Uni Soviet. Ketegangannya sendiri melibatkan banyak negara. Amerika Perkumpulan beserta sekutunya disebut Blok Barat dan Uni Soviet beserta sekutunya disebut Blok Timur.

Persaingan nan melibatkan dua negara adikuasa beserta sekutu mereka meliputi banyak bidang, seperti militer, teknologi, ilmu pengetahuan, paham politik, ideologi, industri, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Istilah Perang Dingin sendiri diperkenalkan oleh dua orang Amerika Serikat, yaitu Bernard Baruch dan Walter Lippman pada 1947. Istilah tersebut mengacu pada interaksi kedua negara nan saling bersitegang atau “dingin”. Sebenarnya, bagaimana Perang Dingin itu bermula?

“Panasnya” Perang Dingin

Mulanya, sebelum Perang Dingin terjadi, Amerika Perkumpulan dan Uni Soviet ada dalam satu kubu dalam misi menghancurkan negara-negara fasis—Jerman, Italia, dan Jepang—pada Perang Global II. Namun setelah itu, kedua negara berbeda pandangan dalam hal cara membangun Eropa pascaperang. Amerika Perkumpulan punya andil besar membangun perekonomian negara-negara Eropa Barat nan luluhlantak pasca perang.

Di sisi lain, Uni Soviet pun berperan besar membangun perekonomian negara-negara Eropa Timur. Uni Soviet nan juga memiliki andil membebaskan negara-negara Eropa Timur dari cengkeraman Jerman, akhirnya memperluas pengaruh kekuasaannya dan menduduki negara-negara, seperti Albania, Hungaria, Polandia, Rumania, Cekoslovakia, dan Bulgaria, serta beberapa negara baru.

Bisa dikatakan, Perang Dingin merupakan perang antar global ideologi nan cukup mencolok, yaitu kapitalis-liberal di bawah Amerika Perkumpulan dan komunis di bawah Uni Soviet. Ketegangan Perang Dingin diawali saat Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman, dalam konferensi pescaperang di Postdam pada Juli 1945 menyatakan kalau dia menginginkan pemilu nan bebas di semua negara Eropa Timur. Hal tersebut ditentang pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin.

Stalin menganggap, pemilu nan bebas hanya akan menimbulkan perasaan anti Soviet dan menghasilkan sebuah pemerintahan nan bermusuhan dengan negara induk, Uni Soviet. Setelah itu, bergulirlah peristiwa-peristiwa politik nan memperuncing konflik. Amerika Perkumpulan nan sebelumnya mengembargo Uni Soviet, pada Oktober 1945, kembali memberi pernyataan provokatif. Melalui Presiden Truman, Amerika Serikatmenyatakan tak akan mengakui sebuah pemerintahan nan didasarkan paksaan dan mengabaikan aspirasi politik rakyatnya. Sikap dan pernyataan nan saling menjatuhkan terjadi pula pada masyarakat kedua negara semasa Perang Dingin.

Saat Perang Dingin, Uni Soviet lalu mengirimkan agen misteri buat menyebarkan pengaruh dan memanaskan situasi. Kemudian, negara adidaya itu menekan Turki dan Iran nan dianggap terlalu berpandangan ke Amerika. Di Yunani dan Cina, terjadi perang sipil nan disponsori oleh Amerika Serikat. Balas membalas seperti ini terjadi terus-menerus.

Amerika Perkumpulan mengupayakan politik blokade terhadap pengaruh komunis Uni Soviet. Lalu, Presiden Truman pun mengucurkan program donasi melalui Marshall Plan ke negara-neagra Eropa. Stalin menolak program donasi Marshall Plan bagi semua negara Eropa Timur. Sebagai jawaban terhadap planning tersebut, Stalin segera membersihkan unsur-unsur nonkomunis dalam tubuh pemerintahan Eropa Timur dengan membentuk sistem pemerintahan Soviet, satu partai tiran komunis.

Amerika Perkumpulan mendirikan North Atlantic Traty Organization (NATO) dan membujuk negara-negara Eropa Barat masuk ke dalamnya pada 4 April 1949. Selain Amerika Serikat, negara nan masuk ke dalamnya, di antaranya Inggris, Irlandia, Islandia, Norwegia, Denmark, Belgia, Belanda, Luxemburg, Prancis, Portugal, dan Kanada. Uni Soviet tidak mau kalah. Pada 1955, Uni Soviet membentuk Pakta Warsawa nan berpaham komunis, dengan anggotanya negara-negara Eropa Timur, di antaranya Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, dan Rumania.

Perang Dingin memang tak mengakibatkan dua negara utama, Amerika Perkumpulan dan Uni Soviet berperang secara terbuka. Tapi, perang terjadi pada taraf lokal dari beberapa negara pendukung. Juga mengakibatkan terpecah belahnya beberapa negara, seperti Jerman, Vietnam, dan Korea.



Berakhirnya Perang Dingin

Menurut Juwono Sudarsono, Perang Dingin secara resmi berakhir pada 1989-1990 dengan runtuhnya Tembok Berlin pada 9 November 1989, serta menyatunya Jerman Barat dan Timur pada 3 Oktober 1990. Lalu, pada 25 Desember 1991, Uni Soviet bubar bersamaan dengan mundurnya Mikhail Gorbachev sebagai presidennya. Namun, ada rentetan peristiwa sebelum beberapa peristiwa besar tadi.

Pada 1969, dengan terpilihnya Richard Nixon sebagai Presiden Amerika Serikat, interaksi Amerika Perkumpulan dan Uni Soviet mengalami perubahan ke arah nan sedikit lebih baik. Kedua negara besar nan telah lama bersitegang ini melakukan peredaan ketegangan atau detente. Tapi pada 1979, Uni Soviet kembali memicu ketegangan dengan melakukan pendudukan atas Afganistan. Tentu saja sikap ini membuat Amerika Perkumpulan berang. Doktrin Carter nan dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, keluar. Doktrin ini merupakan sebuah pernyataan buat menggunakan kekuatan militernya.

Mikhail Gorbachev naik ke tampuk kekuasaan buat memimpin Uni Soviet pada Maret 1985. Pemimpin baru ini melakukan keputusan nan sangat berbeda dengan para pemimpin Soviet sebelumnya. Gorbachev mendekatkan diri ke Amerika Serikat, dan pada 1988 Persetujuan Genewa dicapai. Pada Februari 1989, tentara Uni Soviet ditarik mundur dari Afganistan. Saat Perang Teluk 1990-1991, Gorbachev bersikap netral. Keterbukaan dan kebebasan nan dilakukan Gorbachev ini menimbulkan reaksi minor dari para tokoh komunis di Uni Soviet.

Akhirnya, pecah perebutan kekuasaan pada 19 Agustus 1991 nan dipimpin Menteri Pertahanan Dimitri Yazow, Kepala KGB Jenderal Vladimir Kruchov, dan Menteri Dalam Negeri Boris Pugo. Namun, sebab bisa perlawanan dan penolakan rakyat, perebutan kekuasaan pun gagal. Tapi, imbasnya beberapa negara memisahkan diri dari Uni Soviet. Latvia, Lithuania, Estonia, Georgia, dan Moldova ialah negara-negara nan memisahkan diri tersebut. Tanda berakhirnya Perang Dingin pun makin terasa.

Pada 1991, Gorbachev menyatakan sistem komunis sudah gagal di Uni Soviet. Gorbachev mundur dan Uni Soviet pecah menjadi negara-negara kecil nan merdeka. Dengan runtuhnya Uni Soviet, Perang Dingin pun berakhir.



Pengaruh Perang Dingin

Perang Dingin nan melibatkan dua negara adikuasa, Amerika Perkumpulan dan Uni Soviet, membawa akibat di berbagai bidang kehidupan global. Di bidang politik, Amerika Perkumpulan mengembangkan pengaruhnya terhadap sistem demokrasi di negara-negara berkembang. Dalam bidang ekonomi, Perang Dingin ternyata membawa pengaruh positif bagi dunia.

Munculnya negara super power memunculkan para pemegang kapital nan menguasai perekonomian. Pemegang kapital ini bersaing mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan cara investasi kapital mereka ke negara-negara berkembang nan upah buruhnya masih rendah. Hal ini berpengaruh positif buat negara nan dijadikan sasaran investasipara pemegang kapital tadi. Negara tersebut mengalami pertumbuhan nan pesat.

Di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, kita jadi tahu tata surya kita. Ketika Perang Dingin masih berlangsung, dua negara besar nan saling bersitegang, menjaga gengsi dengan berlomba “menguasai” ruang angkasa. Mereka pun meluncurkan roket dan mengirim astronotnya ke kuar angkasa. Uni Soviet meluncurkan Sputnik I dan Sputnik II nan dibalas kiriman pesawat Explorer I, Explorer II, Discovere, serta Vanguard oleh Amerika Serikat.

Uni Soviet juga mengirimkan astronot mereka bernama Yuri Gagarin dengan pesawat Vostok I nan dapat mengitari bumi selama 108 menit, dan mendaratkan Lunik di bulan. Amerika Perkumpulan lalu mengirimkan astronot pertamanya bernama Alan Bartlett Shepard nan berada di ruang angkasa selama 15 menit. Tidak berhenti di situ, Uni Soviet meluncurkan Gherman Stepanovich Titov nan mengitari bumi selama 25 jam dengan Vostok II, dibalas oleh Amerika Perkumpulan nan mengirim WS John H. Glenn dengan pesawat Friendship VII nan sukses mengitari bumi sebanyak 3 kali.

Secara tak langsung, Perang Dingin memberikan kita pengetahuan tentang seperti apa tata surya kita dan kita berada di tata surya apa. Dapat dikatakan, Perang Dingin membawa akibat pada perkembangan ilmu dan teknologi, terutama soal ruang angkasa dan pesawatnya.