Standar Sistematika Penyusunan Skripsi

Standar Sistematika Penyusunan Skripsi

:

Mengerjakan skripsi menjadi hal nan menakutkan bagi sebagian besar mahasiswa S1 taraf akhir. Di mana pun ia kuliah atau jurusan apa nan ia ambil, skripsi ialah tantangan terbesar dalam kehidupan perkuliahan. Bagaimana tidak, ada nan menghabiskan waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun hanya buat menyelesaikannya. Bahkan, tidak sedikit nan gagal menuntaskan kuliah sebab terbengkalai dalam pengerjaan skripsi. Apakah memang mengerjakan skripsi begitu sukar? Tidak adakah cara membuat skripsi nan tidak menghabiskan waktu lama namun hasilnya tetap berkualitas?

Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, sejatinya tidak begitu sukar. Ada banyak cara dan tips nan dapat dilakukan dalam membantu menuntaskan skripsi hingga tidak berlarut-larut. Bagaimana menemukan cara nan tepat sehingga mengerjakan tugas akhir tersebut menjadi aktifitas menyenangkan? Bukan sebaliknya, jadi aktifitas menakutkan dan sumber stres terbesar bagi seorang mahasiswa.

Cara menyelesaikan skripsi ini bukan sekedar retorika belaka. Bukan pula sekadar pepesan kosong Cara nan akan dipaparkan di bawah ini, sesungguhnya tergolong sederhana. Cara tersebut terbagi atas dua prinsip nan merupakan kunci berhasil atau tidaknya seseorang dalam mengerjakan skripsi. Sebut saja keduanya sebagai ‘prinsip emas’. Prinsip itu bisa menumbuhkan pikiran positif dan memahami sistematika penulisan skripsi.



Prinsip Emas I - Berpikir Positif

Prinsip emas pertama berkaitan dengan faktor psikologis . Yaitu kondisi mental seorang mahasiswa saat hendak memulai proses pengerjaan skripsi. Kondisi mental nan dimaksud adalah, bagaimana mahasiswa tersebut mampu mengelola majemuk jenis emosi negatif dalam dirinya menjadi positif. Jika emosi positif nan kemudian dirasakan, nantinya akan melahirkan pikiran positif (positive thinking) .

Konsep mengenai pentingnya seseorang buat berpikir positif sudah jamak diketahui. Tetapi, tak banyak nan mengetahui, bagaimana cara menimbulkan pikiran tersebut.Apalagi terdapat kekeliruan nan berkembang di masyarakat mengenai konsep berpikir positif. Kekeliruan itu berupa keyakinan bahwa berpikir positif bisa muncul bila ada pemberian motivasi, baik dari diri sendiri atau orang lain.

Memang tak salah dengan usaha buat memotivasi diri. Tetapi usaha itu akan sia-sia jika dalam diri seseorang lebih dominan emosi negatifnya. Bila ini nan terjadi, seseorang akan menolak atau menarik diri dari setiap bentuk motivasi buat berpikir positif. Contohnya, seorang mahasiswa nan sedang mengalami emosi negatif berupa rasa resah, gelisah, atau cemas akan melahirkan pikiran negatif. Pikiran ini berbentuk asumsi bahwa skripsi nan hendak dikerjakannya begitu sulit. Asumsi ini kemudian menjadi sebentuk keyakinan bahwa ia tak sanggup menyelesaikan skripsi (pikiran negatif). Lebih jauh lagi, kondisi ini akan menimbulkan rasa tak percaya diri.

Tak peduli seberapa banyak motivasi nan diberikan orang lain kepada dirinya, atau seberapa sering ia memotivasi dirinya sendiri, tetap saja pikiran positif akan sulit dibentuk. Karena itu, nan pertama-tama harus dilakukan ialah menghilangkan emosi negatif (kegelisahan atau kecemasan), kemudian menggantinya dengan emosi positif (semangat atau rasa gembira). Emosi positif ini akan menimbulkan pikiran positif berupa keyakinan atau kepercayaan diri bahwa ia mampu menyelesaikan skripsi dengan cepat dan hasilnya berkualitas.

Jadi, tanamkan terlebih dahulu pikiran positif bahwa mengerjakan skripsi itu mudah dan menyenangkan. Bila ini sukses dilakukan, proses pengerjaan skripsi dijamin lebih mudah dijalani. Adapun cara buat menanamkan pikiran positif ialah dengan menghindari berbagai emosi negatif. Munculkan sebanyak mungkin emosi positif nan bisa menjadi sumber agar pikiran itu tetap bertahan dan tak berubah.



Prinsip Emas II - Sistematika Penulisan

Skripsi merupakan karya tulis ilmiah bagi mahasiswa S1 taraf akhir sebagai syarat mencapai jenjang kelulusan. Karena bersifat ilmiah, maka karya tulis itu harus berisi penelitian dan klarifikasi terhadap realita secara deskriptif , objektif, serta sistematis. Nah berkaitan dengan poin sistematis, ditunjukkan oleh pembuatan laporan skripsi nan telah memiliki baku tertentu.

Mencermati sistematika penulisan skripsi menjadi prinsip emas kedua dalam membantu seseorang mengerjakan tugas akhir dengan cepat dan mengasyikkan. Jika prinsip emas pertama (berpikir positif) termasuk faktor psikologis, maka prinsip emas kedua ini tergolong faktor teknis.

Karena termasuk faktor teknis, maka proses belajar dan latihan monoton dalam membuat dan memahami sistematika skripsi ialah hal nan tidak boleh dilupakan. Jangan pernah berpikir bisa memahami penyusunan sistematika skripsi dengan cepat atau melalui jalan pintas (short cut) . Seorang mahasiswa harus mau mengalokasikan sejumlah besar waktu dan perhatiannya.

Mengapa memahami secara baik sistematika penyusunan skripsi menjadi penting? Apa kegunaan nan dapat didapat? Sebelum pertanyaan ini dijawab, perlu diketahui bahwa sebagian besar skripsi nan bermasalah terletak pada sistematika penulisannya. Mulai dari pemilihan judul atau topik penelitian nan tak berbobot, kerancuan dalam membuat variabel penelitian (variabel bebas dan tergantung), kerangka teori kurang referensi, tak relevannya pemilihan metode penelitian, hingga pengolahan data hasil penelitian nan tak tepat sehingga konklusi hasil penelitian atau skripsi pun jadi keliru.

Karena itu, pemahaman mengenai sistematika penulisan skripsi jadi salah satu faktor kunci kesuksesan pengerjaan tugas akhir tersebut. Jika seorang mahasiswa telah memahami dengan baik akan sistematikanya, maka salah satu rintangan terbesar penyusunan skripsi telah bisa ditanggulangi.



Standar Sistematika Penyusunan Skripsi

Lalu, bagaimana bentuk baku dari sistematika penyusunan skripsi nan benar? Berikut ini disajikan rincian sistematikanya:

1. Bagian awal
Skripsi terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian awal dan bagian inti. Adapun bagian awal memuat halaman sampul (cover) nan memuat judul skripsi, halaman ratifikasi dan persetujuan dari otoritas fakultas/jurusan, kata pengantar dari penyusun skripsi (mahasiswa), abstrak (halaman ringkas nan memuat inti dari topik/judul penelitian dan hasilnya), daftar isi, dan halaman daftar nan memuat data-data pendukung berupa tabel, gambar atau lampiran lainnya.

2. Bagian Inti
Bagian ini memuat isi dari skripsi atau hasil penelitian nan telah dilakukan. Bagian inti tersusun atas lima bab, yakni Bab I (Pendahuluan) memuat Latar Belakang (berisi alasan nan membuat suatu permasalahan layak buat diteliti), Identifikasi Masalah (permasalahan dikerucutkan ke dalam bentuk variabel penelitian), Rumusan Masalah (inti masalah dibuat menjadi satu kalimat tanya ringkas dan jelas), Tujuan dan Manfaat Penelitian (memuat tujuan dilakukan penelitian dan kegunaan teori serta praktis).

3. Bab II (Tinjuan Pustaka) berisi Kerangka Teori (penjabaran teori-teori nan digunakan), dan Hipotesis (pernyataan sementara hasil penelitian). Lalu, Bab III (Metode Penelitian) nan memuat rincian apakah penelitian akan menggunakan metode kuantitatif (pisau analisanya berupa statistik) atau kualitatif (analisa dititikberatkan pada hasil interview dan observasi). Pada bab ini juga dicantumkan subjek dan populasi penelitian.

4. Bab IV ( Hasil Penelitian) dan Bab V (Kesimpulan dan Saran). Dua bab ini saling berkaitan, nan mana pada bab IV semua data penelitian diolah, dan kemudian hasilnya disajikan pada Bab V. Halaman-halaman terakhir dari skripsi mencantumkan Daftar Pustaka (rincian dari semua sumber surat keterangan nan digunakan) dan Lampiran berisikan data-data mentah hasil penelitian.

Demikanlah klarifikasi dari dua prinsip emas cara membuat skripsi nan krusial buat diketahui. Kedua prinsip ini hendaknya dilakukan secara bersamaan dan saling bersinergi/mendukung. Jika diterapkan akan memberikan kemudahan bagi seorang mahasiswa dalam mengerjakan skripsinya.