Inovasi Cabai dari Jurnal Penelitian Pertanian

Inovasi Cabai dari Jurnal Penelitian Pertanian

Saat menyusun tugas akhir dari jenjang pendidikan maupun tulisan ilmiah di bidang pertanian, salah satu sumber bacaan dan surat keterangan nan krusial bisa diperoleh dari jurnal penelitian pertanian.

Selain itu, data dan hasil nan dilampirkan dalam jurnal penelitian pertanian ini bisa digunakan sebagai perbandingan dari hasil penelitian nan akan dilakukan.



Sumber Jurnal Penelitian Pertanian

Banyak sumber jurnal penelitian pertanian nan bisa digunakan sebagai sumber referensi. Selain dari forum maupun dinas pertanian, kita juga bisa membaca jurnal penelitian petanian nan dikeluarkan oleh fakultas pertanian dari beberapa universitas di Indonesia.

Umumnya jurnal penelitian pertanian ini dibuat secara spesifik dan diterbitkan dalam jangka waktu tertentu. Setiap terbitan baru jurnal penelitian pertanian, topik penelitian dan pembahasannya juga berbeda-beda. Di dalam satu kumpulan jurnal penelitian pertanian ini terdiri dari beberapa jenis topik penelitian nan dibuat oleh beberapa orang.

Jurnal penelitian pertanian ini merupakan kumpulan dari hasil penelitian nan dilakukan oleh forum atau dinas pertanian, nan hasilnya telah diuji dan layak buat disebarluaskan dalam bentuk tulisan di jurnal. Tidak semua hasil penelitian dapat dimuat dalam jurnal penelitian pertanian tertentu, sebab biasanya harus melewati uji kelayakan dari hasil dan data nan disampaikan.

Bagi Anda nan sedang menempuh pendidikan di bidang pertanian, membaca jurnal penelitian pertanian ini sangat membantu terutama dalam mengambil topik penelitian akhir atau skripsi. Jurnal penelitian pertanian ini bisa Anda temukan di perpustakaan maupun bisa dicari di website milik dinas pertanian.



Contoh Jurnal Penelitian Pertanian

Salah satu jurnal penelitian pertanian nan bisa Anda baca yaitu Jurnal Hortikultura nan telah diterbitkan oleh departemen pertanian Republik Indonesia. Jurnal ini diterbitkan dari hasil penelitian nan dilakukan di dalam area kerja dinas pertanian oleh pusat penelitian dan pengembangan Hortikultura.

Jurnal penelitian pertanian hortikultura ini diterbitkan dalam jangka waktu antara dua sampai tiga bulan sekali. Salah satu hasil penelitian nan pernah dimuat dalam jurnal penelitian pertanian hortikultura ini ialah tentang teknik pemangkasan tanaman pada budidaya tanaman Pepaya.

Penelitian nan dilakukan oleh balai penelitian tanaman buah tropika ini bertujuan buat menghasilkan regenerasi atau akselerasi pertumbuhan tanaman Pepaya dengan cara dipangkas bagian batangnya.



Inovasi Cabai dari Jurnal Penelitian Pertanian

Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran nan mempunyai nilai hemat cukup penting. Salah satu faktor nan menentukan keberhasilan usaha tani cabai merah ialah ketersediaan benih bermutu tinggi.

Untuk mendapatkan benih tersebut, selain diperlukan benih sumber dengan mutu genetik tinggi, perlu diperhatikan juga cara budidaya tanaman nan optimal, pemeliharaan, panen, pasca panen, dan penyimpanan benih nan baik.



Jenis Cabai

Genus Capsicum terdiri atas 30 spesies lima di antaranya telah dibudidayakan, yaitu C. annuum, C. frutescens, C. pubescence, C. baccatum, dan C. chinense (Greenleaf 1986 ; Pickersgill 1989). Di antara lima spesies tersebut, nan paling banyak diusahakan di Indonesia ialah C. annuum (cabai merah besar dan keriting), kemudian diikuti oleh C. frutescens (cabai rawit).



1. Capsicum annuum

Capsicum annuum, dikenal sebagai cabai merah, terdiri atas cabai merah besar, cabai keriting, dan paprika (C. annuum var. grossum)



a. Cabai besar

Bunga cabai berwarna putih dan pada setiap buku terdapat satu kuntum bunga. Permukaan buah cabai rata dan halus, dengan diameter sedang sampai besar dan kulit daging buah tebal. Kadar kapsaisin buah cabai besar umumnya rendah. Buah cabai besar umumnya dipanen setelah berwarna merah, tetapi kadang – kadang juga dipanen ketika buah masih berwarna hijau. Cabai besar berumur cepat berbuah dan bisa tumbuh di berbagai ketinggian, baik di huma darat, huma sawah maupun pantai.



b. Cabai keriting

Bunga cabai keriting berwarna putih atau ungu. Buah muda berwarna hijau atau ungu, permukaan buah bergelombang, diameternya lebih kecil dibandingkan dengan diameter buah cabai besar, sedangkan kulit daging buahnya lebih tipis. Umur panen cabai keriting lebih dalam dan buahnya lebih tahan disimpan. Cabai keriting bisa tumbuh di berbagai ketinggian, baik dilahan darat, maupun huma sawah.



c. Cabai paprika

Buah paprika nan muda memiliki rona nan bervariasi, yaitu kuning,hijau muda, hijau, dan ungu. Buah berbentuk kotak atau lonceng dengan diameter nan besarpermukaannya rata. Kulit daging buah tebal, dan rasanya manis (tidak pedas). Biasanya buah dipanen saat masih muda, yaitu ketika masih berwarna hijau atau kuning. Paprika cocok tumbuh di dataran tinggi.



2. Capsicum frutescens (cabai rawit)

Buah cabai rawit nan masih muda berwarna putih, kuning, atau hijau. Bunganya berwarna putih kehijauan. Pada umumnya, dalam satu ruas terdapat satu kuntum bunga, tetapi kadang – kadang lebih dari satu. Tangkai kembang tegak saat anthesis, tetapi bunganya merunduk, sedangkan tangkai daun pendek.

Daging buah umumnya lunak, dengan kapsaisin nan kadarnya tinggi, sehingga rasa buah pedas. Umumnya cabai rawit dipanen ketika buah masih muda, berwarna hijau, putih, atau kuning. Umur panennya lebih panjang daripada C annuum. Tanaman cabai rawit berumur tahunan dan bisa tumbuh di berbagai ketinggian loka dan berbagai tipe tanah seperti tanah darat, tanah sawah, dan pantai.



Produksi Benih

Salah satu penentu keberhasilan dalam budidaya tanaman ialah faktorbenih. Penggunaan benih bermutu bisa mengurangi resiko kegagalanbudidaya tanaman. Secara generik komponen mutu benih dibedakan menjadiempat komponen yaitu mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik, dan mutu kesehatan.



1. Mutu Genetik

Tanaman cabai diklasifikasikan sebagai tanaman menyerbuk sendiri, tetapi morfologi bunganya tak mendukung buat terjadinya penyerbukan sendiri 100%. Hal ini disebabkan tepung sarinya ringan dan stigmanya terbuka, sehingga serangga atau angin bisa menyebabkan terjadinya persilangan antar tanaman. Derajat persilangan pada cabai cukup tinggi, yaitu mencapai 70%. Untuk menghindari terjadinya persilangan antar varietas di lapangan perlu perlakuan spesifik (isolasi). Selain itu juga perlu dilakukan penyeleksian.



2. Isolasi

Beberapa bentuk isolasi buat pertanaman benih cabai ialah isolasi jarak, waktu tanam,tempat, dan perantara.



a. Isolasi jarak

Lahan pertanaman cabai buat benih penjenis harus mempunyai jeda antar varietas + 500 m (Howthorn dan Pollard 1954). Untuk kelas benih di bawah benih penjenis, jeda penanaman antar varietas bisa lebih pendek yaitu + 200 meter.



b. Isolasi waktu tanam

Jika dua atau lebih varietas nan berbeda ditanam dalam petak nan berdampingan, maka waktu tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunga tak bersamaan, minimal dengan selisih 75 hari. Dengan demikian diharapkan tak terjadi persilangan bebas di lapangan.



c. Isolasi tempat

Setiap varietas ditanam tersendiri di dalam ruangan – ruangan khusus.



3. Perantara

Tanaman seperti jagung, sorgum, rumput tinggi atau tebu juga efektif untukmengisolasi pertanaman cabai nan ditujukan buat produksi benih (Poulos 1993).



4. Seleksi

Untuk memperoleh kemurnian benih dilakukan penyeleksian terhadap tanaman sumber benih,baik pada fase vegetatif maupun pada fase generatif. Pertanaman cabai di lapangan sebaiknyadiseleksi dan dibersihkan dari tanaman nan pertumbuhannya menyimpang. Kegiatan seleksi minimal dilakukan 2 atau 3 kali selama pertanaman (Poulos 1993).

Seleksi tanaman dilakukan ketika tanaman masih berada di persemaian maupun ketika sudah berada di lapangan. Persemaian harus dibersihkan dari rerumputan dan diadakan seleksi dengan membuang semaian nan sakit, tipe simpang dan varietas lain. Seleksi dilakukan dengan mengamati rona hipokotil.

Pembersihan dan seleksi buat membuang tipe simpang harus pula dilakukan setelah pertanaman dipindahkan ke lapangan. Pada fase pertumbuhan vegetatif (30 – 40 hari setelah tanam) dilakukan pengamatan terhadap sifat tipe percabangan, tingggi tanaman, dan bentuk daun.

Pada fase berbunga, (45 – 60 hari setelah tanam), dilakukan pengamatan terhadap rona bunga, kedudukan bunga, jumlah kembang per ruas, dan umur berbunga. Pada fase berbuah (70 – 90 hari setelah tanam), dilakukan pengamatan terhadap rona buah muda dan rona buah matang, kedudukan buah, sifat pembuahan (tunggal atau majemuk), dan bentuk buah.

Untuk mendapatkan benih dengan taraf kemurnian dan mutu nan tinggi, maka seleksi juga dilakukan terhadap tanaman dengan kriteria tanaman sumber benih harus sahih sehat, berbuah lebat, serta bebas hama, dan penyakit. Untuk menjaga mutu benih, maka setelah panen dilakukan juga seleksi dengan membuang buah nan bentuknya tak normal, berukuran kecil, dan buah nan sakit atau busuk sebab agresi hama atau penyakit.