Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan: Kelenjar Pencernaan

Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan: Kelenjar Pencernaan

Berbicara mengenai tubuh manusia beserta struktur nan dimilikinya, niscaya akan semakin menambah kecintaan kita pada Tuhan. Ragam anatomi nan dimiliki tubuh manusia, salah satunya ialah anatomi fisiologi sistem pencernaan menjadi hal nan menarik jika diteliti melalui kacamata keilmuan.

Ketika perut kita lapar, dan muncul keinginan buat memakan sesuatu, sebuah proses anatomi fisiologi sistem pencernaan sebenarnya telah terjadi. Kebutuhan terhadap makanan menjadi kebutuhan absolut dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, makanan tersebut, tak lantas masuk dan berubah menjadi berbagai zat-zat. Untuk mencapai itu semua, anatomi fisiologi sistem pencernaan menjadi hal nan paling “bertanggung jawab”.

Untuk mendapatkan energi guna keperluan beraktivitas sehari-hari, manusia membutuhkan makanan. Makanan ini akan mengalami proses pencernaan hingga hasil akhirnya berupa nutrisi. Nutrisi ini siap dipakai dalam berbagai jenis proses metabolisme tubuh. Lalu, seperti apakah anatomi fisiologi sistem pencernaan itu?



Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan: Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan merupakan semua organ tubuh nan terkait secara langsung dalam proses pencernaan sekalilgus hal terpenting dalam anatomi fisiologi sistem pencernaan. Organ-organ tersebut ada di sepanjang alur mulut hingga ke anus. Fungsinya buat mencerna makanan nan awalnya berupa molekul-molekul besar menjadi sari-sari makanan siap pakai, seperti glukosa, asam amino, dan juga asam lemak.

Berikut ini merupakan rangkaian dari anatomi fisiologi sistem pencernaan manusia.



1. Rongga Mulut

• Gigi

Anatomi fisiologi sistem pencernaan pertama nan berinteraksi dengan makanan secara langsung ialah rongga mulut. Rongga mulut termasuk dalam saluran pencernaan. Rongga ini merupakan loka pertama nan menerima makanan. Organ pertama dari rongga mulut nan menerima makanan ialah gigi. Ya, gigilah alat pencerna pertama nan mengolah makanan. Fungsinya memotong dan mengurai makanan secara mekanik dari nan berukuran besar hingga berukuran pas buat ditelan.

Anatomi fisiologi sistem pencernaan nan pertama ini terdiri atas gigi seri (insisipus) sebagai pemotong makanan; gigi taring (caninus) sebagai pengoyak atau perobek makanan; serta gigi geraham (premolar-molar) sebagai penghalus atau pengunyah makanan.

• Lidah

Anatomi fisiologi sistem pencernaan nan selanjutnya ialah lidah. Ya, organ satu ini merupakan organ nan berperan dalam mengatur peletakan makanan di gigi. Tidak hanya itu, lidah berperan sebagai organ pengecap makanan sehingga manusia berselera makan.

Bagian lidah nan berperan dalam mengecap rasa makanan ialah papilla. Papilla ini merupakan bentukan dari saraf-saraf sensorik (penerima rangsang). Saraf sensorik ini juga dapat digolongkan ke dalam anatomi fisiologi sistem pencernaan.

Di dalam rongga mulut, terdapat pula air ludah nan dihasilkan kelenjar ludah. Fungsinya buat membasahi makanan agar mudah dikunyah dan ditelan. Air ludah juga mengandung enzim ptialin nan mengubah karbohidrat (gula kompleks) menjadi disakarida (molekul gula nan lebih sederhana). Jika dilihat berdasarkan fungsinya dalam membantu menghaluskan makanan, ludah juga termasuk dalam kategori anatomi fisiologi sistem pencernaan.

• Bagian Lain Rongga Mulut

Bagian lain dari rongga mulut nan tak kalah berperan di antaranya faring, yaitu bagian pangkal kerongkongan. Bagian ini berfungsi dalam menerima makanan dari rongga mulut dan meneruskannya ke kerongkongan.



2. Kerongkongan

Anatomi fisiologi sistem pencernaan selanjutnya ialah kerongkongan. Kerongkongan merupakan bagian saluran pencernaan loka melalukan makanan dari rongga mulut ke lambung. Di dalam kerongkongan, makanan akan mengalir dengan donasi mobilitas peristaltik dari otot kerongkongan. Mobilitas peristaltik merupakan gerakan seperti meremas secara perlahan-lahan dengan runut.



3. Lambung

Lambung ialah organ pencernaan nan letaknya di rongga perut atas sebelah kiri. Di dalam lambung, makanan akan dicerna secara kimiawi menggunakan enzim pencernaan (zat kimia nan mempunyai fungsi memecah molekul makanan nan kompleks menjadi sederhana). Anatomi fisiologi sistem pencernaan nan satu ini tergolong paling mudah terserang penyakit, dan maag ialah salah satunya.

Enzim pencernaan nan ada di dalam lambung di antaranya enzim pepsin (mencerna protein) dan lipase (mencerna lemak). Tidak hanya enzim, di dalam lambung terdapat asam lambung nan mempunyai pH rendah. Fungsi asam lambung sebagai pembunuh kuman atau racun nan masuk bersama makanan serta buat mengasamkan makanan agar mudah dicerna. Naiknya asam lambung menjadi permasalahan pada anatomi fisiologi sistem pencernaan tersebut.



4. Usus Halus

Makanan nan sudah dicerna lambung akan masuk ke dalam usus halus. Usus halus ialah organ pencernaan nan mencerna makanan secara kimiawi menggunakan enzim.

Enzim-enzim nan ada di dalam usus halus di antaranya amilase (karbohidrat atau zat gula → glukosa); enzim tripsin (protein → asam amino), dan enzim lipase (lemak → asam lemak dan gliserol). Fungsi enzim ini juga sama pentingnya dengan anatomi fisiologi sistem pencernaan nan lain.

Usus halus terbagi menjadi 3 bagian, yaitu duodenum (usus 12 jari), jejunum, dan ileum. Duodenum berfungsi mencerna secara kimiawi. Jejunum dan ileum berfungsi sebagai usus penyerap sari-sari makanan.

Sari-sari makanan nan teserap akan masuk ke dalam pembuluh darah. Adapun ampas atau residu penyerapan akan dialirkan ke dalam usus besar. Gerakan nan berperan dalam pengaliran makanan ini juga ialah mobilitas peristaltik. Gerakan ini menjadi gerakan nan cukup familiar diantara “kalangan” organ pencernaan manusia nan tergabung dalam anatomi fisiologi sistem pencernaan.



5. Usus Besar

Sisa hasil penyerapan usus halus akan masuk ke dalam usus besar. Di usus besar ini, residu pencernaan akan diserap kembali kadar air dan garam-garam nan masih terkandungnya sehingga sisa-sisa pencernaan ini akan padat.

Di dalam usus besar, sisa-sisa hasil pencernaan akan mengalami pembusukan sebab di dalam usus besar terdapat banyak bakteri pembusuk, yaitu E. colli. Jika dilihat berdasarkan urutannya, usus besar ini ialah anatomi fisiologi sistem pencernaan nan paling akhir.



Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan: Kelenjar Pencernaan

Kelenjar pencernaan ialah bagian tubuh atau organ-organ nan menghasilkan enzim-enzim pencernaan sebagai zat nan berperan dalam pencernaan secara kimiawi. Dalam anatomi fisiologi sistem pencernaan, kelenjar ini memiliki fungsi nan cukup penting. Macam-macam kelenjar pencernaan di antaranya ialah sebagai berikut.



1. Kelenjar Ludah

Kelenjar ludah ialah kelenjar penghasil cairan ludah nan ada di dalam rongga mulut. Kelenjar ludah ada 3 macam, kelenjar ludah sublingualis (berada di bawah gigi seri bagian bawah), kelenjar ludah submaksilaris (berada di bawah rahang bawah), dan kelenjar ludah parotid (berada di bawah telinga).

Di dalam cairan ludah terdapat enzim ptialin atau amilase nan berfungsi mengubah karbohidrat kompleks menjadi gula nan lebih sederhana.



2. Hati

Di dalam anatomi fisiologi sistem pencernaan, hati merupakan kelenjar penghasil enzim atau cairan nan berperan di dalam pencernaan makanan. Enzim atau cairan nan dihasilkan hati, di antaranya enzim katalase nan berperan menetralkan racun, misalnya alkohol, nan terbawa makanan serta cairan empedu nan berperan dalam mengemulsikan lemak.



3. Pankreas

Pankreas merupakan organ nan banyak menghasilkan enzim pencernaan. Pankreas letaknya berada di usus dua belas jari. Enzim-enzim nan dihasilkan pankreas ialah sebagai berikut.

  1. Amilase (karbohidrat → gula sederhana)
  2. Tripsin (protein → asam amino).
  3. Lipase (lemak → asam lemak dan gliserol).

Begitulah Tuhan nan Maha Pandai dan Maha Bijaksana mengatur tubuh kita dengan sangat sempurna. Melalui pemahaman tentang anatomi fisiologi sistem pencernaan ini kita bisa mengambil banyak hikmah buat kita jadikan bahan berharga bagi peningkatan rasa syukur kepada Tuhan. Tidak sedikit karya Tuhan nan sesungguhnya sangat mencengangkan kita, hanya sebab kita kurang mengingat nikmat Tuhan itu sehingga kita tak menyadarinya. Terlebih tentang anatomi fisiologi sistem pencernaan kita, nan begitu dekat di dalam diri ita sendiri, itu saja masih sering kita lupakan, apa lagi nan jauh.

Siapa nan dapat memberi kita keteraturan tubuh nan demikian rapi dan terkendali dengan sangat akurat. Bukankah Tuhan berbicara kepada kita dalam hal ini, melalui ciptaannya nan agung. Semoga setelah kita ulas satu per satu bagian-bagian krusial anatomi fisiologi sistem pencernaan kita ini, kita semakin menghargai dengan menjaganya agar tetap sehat sebgaimana fitrahnya. Dan agar kita selalu mengagumi penciptanya buat meningkatkan ketaatan kepadanya. Bukan hal nan sepele setelah kita tahu betapa berharganya pemberian Tuhan ini, sekalipun kita tak sporadis menganggapnya biasa-biasa saja. Sampai di sini, semoga ada kegunaan nan besar dalam catatan nan kecil ini.