Pesantren Virtual - Dua Metode Pedagogi Islam

Pesantren Virtual - Dua Metode Pedagogi Islam

Hadirnya pesantren virtual semakin menegaskan bahwa buat belajar itu tak terikat oleh ruang dan waktu ( borderless ), termasuk dalam hal menuntut ilmu agama. Jika ada seseorang nan sedang menemui masalah terutama berkaitan dengan urusan nan ada dalam agama Islam, sang penanya tak perlu lagi menghadap secara langsung atau bertatap muka ( face to face ) dengan guru, ustadz atau pak Kiai.

Tapi sekarang cukup dengan menghadap kotak ajaib dapat berupa laptop maupun PC, ketik pertanyaan, dikirim sudah. Seseorang atau tim nan ada di sana, nan tak diketahui secara niscaya tempatnya akan membalas pertanyaan itu lewat kotak ajaib itu juga. Tentu saja agar dapat terhubung dengan orang-orang nan letaknya di luar lingkungannya itu, mereka harus menggunakan fasilitas internet. Begitulah citra dari pesantren virtual. Konsep cara belajar seperti ini diadopsi dari pesantren nan ada di global konkret ( real ).



Pesantren Virtual - Selayang Pandang Pesantren Global Nyata

Dari segi tata bahasa, kata pesantren berasal dari bahasa Jawa nan dimodifiksi, yakni kata santri menjadi pe-santri-an. Santri sendiri memiliki arti ‘murid’. Pe-santri-an bermakna sesuatu nan berhubungan dengan santri, dalam hal ini merujuk kepada loka atau lokasi. Nama lain dari pesantren ialah ‘pondok’ nan berasal dari bahasa Arab yakni ‘funduuk’ nan berarti penginapan. Jika dibanyak loka di Indonesia, istilah umumnya menggunakan kata pesantren, di Aceh lain lagi. Di provinsi nan berjuluk Serambi Mekah itu, mereka menyebut pesantren sebagai dayah.

Dalam versi lain, kata santri nan menjadi asal mula munculnya kata pesantren berasal dari bahasa Sansekerta yakni "cantrik" nan dimaknai sebagai orang nan mengikuti gurunya kemanapun perginya si guru (Bahasa Jawa: Nginthil). Kata santri juga terdapat dalam bahasa Tamil nan bermakna "guru mengaji".

Pesantren berdasarkan pengertian aslinya dimaknai sebagai loka menuntut ilmu agama dengan menggunakan model asrama. Apabila ada santri nan belajar di pondok pesantren, maka mereka akan tinggal dalam rentang waktu eksklusif dan tak setiap hari pulang ke rumah. Meski tak sedikit dari para santri, sebutan buat pelajar nan belajar di pesantren, nan pulang ke rumah setiap hari.

Dalam bahasa Jawa, kegiatan belajar di pesantren dan pulang ke rumah setiap hari disebut dengan "ndodok". Salah satu alasan mereka melakukan ini sebab jeda rumah dan pesantren dekat. Beda lagi dengan para santri nan rumahnya jauh dari pesantren. Mereka tak dapat pulang setiap hari. Dalam kegiatan pondok pesantren ini, para santri diajari tentang ilmu Quran, hadist, bahasa Arab, dan cabang pelajaran agama lainnya.

Keberadaan model pembelajaran seperti di pesantren ini tak hanya ada di Indonesia. Di beberapa negara lain juga ada. Di Malaysia serta Thailand menyebut forum buat belajar seperti ini sebagai sekolah pondok. Sedangkan masyarakat India dan Pakistan menamakannya dengan Madrasa Islamia. Seperti nan lainnya, pesantren pun memiliki beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.

  1. Pesantren Salaf . Pesantren model ini hanya memberikan pelajaran ilmu agama kepada para santri
  1. Pesantren Modern . Di pesantren modern ini para santri nan belajar akan mendapatakan ajaran ilmu agama dan ilmu umum. Presentasenya tetap lebih besar ilmu agama. Di pondok pesantren ini, buat memperoleh ilmu umum, para santri belajar di madrasah atau sekolah generik nan berada di luar pondok tetapi nisbi dekat dengan pondok. Selain mendapatkan pembekalan berupa ilmu agama dan umum, para santri juga mendapatkan pembekalan keterampilan nan diharapkan akan sangat berguna ketika mereka sudah keluar dari pondok dan berbaur dengan masyarakat luas. Pendidikan nan menggabungkan ilmu agama, umum, dan keterampilan ini selain disebut sebagai pondok modern juga dinamakan sebagai pondok khalafi.
  1. Pesantren Kilat . Pesantren ini biasanya marak bermunculan ketika Bulan Ramadhan datang. Dinamakan kilat sebab proses belajarnya memakan waktu nan nisbi singkat. Biasanya, program pesantren kilat ini diadakan ketika musim liburan sekolah. Materi nan disampaikan dalam pesantren ini biasanya menitikberatkan kepada masalah keterampilan dan leadership.
  1. Pesantren Terintegrasi . Ini ialah jenis pesantren nan memfokuskan kepada pendidikan vocational atau kejuruan seperti nan ada di BLK nan terintegrasi. Target dari pesantren ini ialah para santri nan berasal dari golongan anak putus sekolah atau mereka nan berstatus sebagai pencari kerja.

Pesantren pada awalnya berdiri buat mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat dengan asa mereka dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya kepada Sang Pencipta. Seiring berjalannya waktu, peran pesantren tak hanya terfokus buat memperbaiki dan meningkatkan kualitas interaksi manusia dengan Tuhannya (Hablumminallah), akan tetapi juga sebagai wahana buat menjalin keakraban dengan masayarakat sekitar serta secara bersama-sama menghadapi berbagai persoalan nan terjadi di tengah-tengah mereka (Hablumminannas).

Perubahan terhadap pola membangun interaksi ini membuat kurikulum pesantren pun berubah. Jika dulu kurikulum pendidikan nan dipakai berbasis keagamaan ( Regional-based Curriculum ), maka sekarang konsep kurikulum nan dipakai didasarkan kepada isu-isu nan ada dimasyarakat ( Society-based Curriculum ). Dengan adanya perubahan ini menyebabkan pesantren tak hanya dipandang sebagai forum nan mengajarkan tentang ilmu agama saja kepada masyarakat, akan tetapi juga ikut terlibat dalam berbagai persoalan nan terjadi di masyarakat itu sendiri.



Pesantren Virtual - Dua Metode Pedagogi Islam

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan manusia terutama dalam bidang teknologi informasi, memungkinkan masyarakat dapat belajar agama tanpa harus datang dan duduk di kajian nan diadakan di pesantren nyata, tapi cukup menyalakan internet dan dapat terhubung dengan dengan berbagai ustad, kiai atau ulama nan keberadaannya jauh di mata. Hal ini berarti bahwa variasi pesantren tak hanya terdiri dari 4 model seperti nan telah disebutkan sebelumnya, akan tetapi juga ada pesantren virtual .

Selain menyampaikan pengkajian dan pedagogi agama Islam ( Tafaqquh Fiddiin ), pesantren virtual juga menjalankan berbagai program keilmuan dan keislaman nan sudah disusun sedemikian rupa. Secara umum, keberadaan dari pesantren virtual ini ialah buat menyampaikan ajaran agama Islam dengan konsep penyampaian nan lebih moderat.

Selain itu, konsep penyampaian ajaran Islam pesantren ini bersifat menyejukkan, bersifat dialogis nan memungkinkan kedua belah pihak dapat secara bergantian buat melakukan transfer ilmu dan pengetahuan dan pendapat serta bersifat inklusif, khususnya terhadap masyarakat pemakai fasilitas internet. Hal-hal tersebut merupakan kelebihan dari pesantren virtual ini.

Meski berada di wilayah global maya ( Cyber Space ), tetapi keberadaan pesantren virtual ini dapat disebut sebagai pusat belajar ( Learning Center ) dari pesantren versi global nyatanya. Di beberapa forum pendidikan keagamaan ada nan mengajarkan pelajaran agama Islam dengan menggunakan dua metode, yakni pesantren nan ada di global konkret serta pesantren di global maya atau pesantren virtual.

Model pedagogi nan mengharuskan guru (ustadz) dan murid bertatap muka sering disebut sebagai metode pedagogi klasikal dan diselenggarakan rutin setiap waktu nan telah disepakati. Selanjutnya, komunikasi guru dan murid dilakukan melalui pesantren virtual.

Jika di pondok buat pembelajaran kepada parasantri dipimpin oleh kiai, maka di pesantren virtual ini juga dikomandoni oleh para kiai dan ulama. Biasanya nan menjadi narasumber dan memiliki kompetensi buat menyampaikan pelajaran nan disampaikan kepada masyarakat luas pengguna internet ialah para tokoh agama atau ulama nan terkemuka. Jika ada sesi tanya jawab, maka akan disebutkan siapa nan memberikan jawaban itu.

Salah satu alasan buat memberitahukan tentang siapa nan memberi jawaban dalam proses pembelajaran di pesantren virtual ini, salah satunya ditujukan buat memperkuat keyakinan/validitas atas jawaban nan diberikan. Hal itu sebab jika ada masalah nan terkait dengan ilmu agama, tapi dijawab oleh mereka nan pengetahuan agamanya kurang, maka dapat berbahaya. Hal ini disebabkan oleh akibat nan dapat muncul dari jawaban itu nan tak hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga jangka panjang.