Perjalanan Karir Tukul

Perjalanan Karir Tukul

Masyarakat Indonesia mana nan tidak kenal dengan sosok kontroversial nan satu ini? Tingkahnya nan lucu dan komposisi muka nan khas membuat Tukul seolah berwarna merah saat nan lain berwarna kuning. Tukul hadir dengan kekhasan nan tak dimiliki oleh sosok lainnya. Ya, meskipun memang semua manusia tercipta dengan kekhasan masing-masing.



Belajar Hayati dari Seorang Tukul

Ketika menciptakan dunia, Tuhan tak sedang bermain dadu, pernyataan tentang Tuhan tersebut dilontarkan oleh Einstein. Pernyataan itu sepertinya juga berlaku ketika Tuhan menciptakan manusia. Rumusan nan diramu-Nya niscaya sudah sangat pas. Begitulah kira-kira nan harus diyakini ketika melihat sosok Tukul ini.

Tuhan tak pernah salah menciptakan makhluk-Nya. Bagaimanapun tampilan fisik seseorang, itu ialah hal terbaik nan terjadi pada manusia itu. Pernyataan tersebut seharusnya di- bold , terutama ketika membicarakan Tukul.

Secara fisik, terutama wajah, banyak nan mengakui bahwa Tukul jauh dari kriteria sempurna. Tapi apa lantas hal tersebut membuat derajat Anda, nan notabene berwajah lebih lumayan, di mata Tuhan berada di atasnya? Belum tentu.

Tukul seolah sudah lebih khatam tentang hal itu. Bahwa wajahnya nan tak menjual telah jauh-jauh hari disadarinya, tapi apa lantas lelaki ini menyerah? Sepertinya tidak. Dengan bekal nan diberikan Tuhan nan menurut sebagian orang seadanya, Tukul berusaha buat mengembangkan apa nan dia miliki. Dan kini, Tukul menikmati buah dari keyakinannya.

Keyakinan nan dimiliki Tukul tak tumbuh hanya dalam hitungan jam. Lelaki nan berprofesi sebagai pelawak ini dididik oleh waktu, pengalaman dan kepedihan. Ibarat besi, Tukul sudah ditempa pada bara barah nan cukup panas. Hasilnya, besi tersebut cenderung akan lebih kuat. Pun demikian dengan Tukul Arwana.



Cerita Seorang Tukul Kecil

Kompromi ialah hal nan sudah sejak kecil ia lakukan, bahkan sebelum ia mengenal arti dari kata itu. Tukul kecil harus rela dirawat oleh seseorang nan bukan orangtua kandungnya. Adalah Suwandi nan merawat Tukul dan menjadikan Tukul sebagai anak angkat saat usia Tukul baru memasuki bulan ke lima.

Orangtua kandung Tukul sendiri bernama Abdul Wahid dan (almh) Sutimah. Tukul kebetulan datang dari latar belakang keluarga nan sederhana. Tukul memiliki saudara lebih dari satu, hal itu jugalah nan sepertinya membuat Abdul Wahid rela membiarkan anaknya dirawat oleh tetangganya sendiri.

Melihat cerita ini, tak hiperbola rasanya jika dikatakan bahwa Tukul sudah merasakan pergolakkan batin sejak ia masih bayi. Terutama pergolakkan batin nan terjadi pada kedua orangtuanya, meskipun secara ilmiah, bayi masih belum mengerti, tapi nyatanya hal tersebutlah nan membentuk pribadi Tukul kini.

Nama nan diberikan oleh kedua orangtua Tukul sebenarnya bukan Tukul Arwana seperti nan kita kenal sekarang. Nama nan disahkan saat itu ialah Riyanto. Riyanto atau Tukul dilahirkan di Purwosari, Semarang pada 16 Oktober 1963. Darah Jawa mengalir kental di tubuh lelaki ini. Pemberian nama Tukul di depan nama Riyanto ini juga berhubungan dengan adat Jawa nan dipegang kedua orangtuanya.

Tukul kecil nan sakit-sakitan membuat kedua orangtuanya bingung. Mereka pun memutuskan buat menambahkan nama Tukul di depan nama Riyanto. Ajaibnya, Tukul nan semula mudah sakit, jadi lebih sehat. Semenjak itulah, nama Tukul disandangnya, dan siapa nan menyangka bahwa nama ndeso itu membawa hoki untuknya.



Perjalanan Karir Tukul

Sebelum hayati di bawah gemerlap lampu, Tukul hayati dengan sangat sederhana. Ia sudah mulai belajar mencari uang saat usianya masih remaja. Saat duduk di bangku sekolah menengah atas, kesulitan keuangan melanda keluarga Tukul. Rumah nan ditinggali keluarganya pun terpaksa dijual. Mulai dari peristiwa itu, Tukul akhirnya bekerja buat membiayai sekolahnya.

Kegigihan dan keyakinan seorang Tukul benar-benar teruji. Terlahir dari keluarga sederhana membuat dirinya terbiasa dengan segala kesulitan. Mengeluh sepertinya bukan lagi hal nan pantas dilontarkan. Dengan kerja keras, Tukul pun akhirnya dapat lulus dari bangku sekolah menengah atas.

Lulus dari bangku sekolah menengah atas tak lantas mengirimkannya ke bangku kuliah. Tukul bekerja sebagai angkutan generik di kota kelahirannya. Saat itu, trayek nan dibawanya ialah Johar-Panggung. Selain berprofesi sebagai supir angkutan umum, Tukul mengembangkan bakatnya melawak nan memang sudah dimilikinya sejak kecil.

Selang beberapa tahun, Tukul pun berkeyakinan buat pergi ke Jakarta, itupun atas ajakan dari dua sahabatnya, Joko Dewo dan Tony Rastafara. Sudah bisa dipastikan, bahwa hayati Tukul tak langsung bahagia. Untuk hayati sehari-hari saja, Tukul dibantu oleh dua teman dari kampungnya tersebut.

Saat kehidupannya belum mapan, Tukul justru berani meminang seorang gadis asal Padang bernama Susiana atau nan lebih dikenal sekarang ini dengan nama Susi Similikiti. Tukul dan keluarga kecilnya hayati berpindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain.

Ia kemudian melamar bekerja di Radio Humor SK. Di loka kerjanya itulah, Tukul berjumpa dengan pelawak nan sudah lebih dulu terkenal seperti Patrio, Ulfa Dwijayanti dan Bagito. Kariernya di global hiburan perlahan seperti menemukan jalan. Ilalang tinggi nan menghalangi pandangan dan langkah kaki seolah wafat dengan sendirinya.

Ramon Tommybens mengajak Tukul buat bergabung di Lenong Rumpi, dari situlah perjalanan karir Tukul mulai membaik. Batu loncatan nan paling dapat membuat Tukul melompat dengan cukup tinggi ialah saat ia diminta buat menjadi bintang video klip Joshua nan berjudul Diobok-obok .

Berkat penampilannya nan kocak di video klip lagu anak tersebut, Tukul semakin diperhitungkan di global lawak. Ia pun bergabung bersama group komedi kawakan Indonesia, Srimulat. Di grup komedi tersebut, kemampuan melawak Tukul Arwana semakin terasah. Tingkahnya mampu membuat orang lain terhibur. Berkat kelucuan nan secara talenta dimilikinya, cahaya baik perlahan menyinari lelaki ini.

Bergabung bersama Srimulat memang cita-cita Tukul. Berada dalam satu anjung bersama Timbul, Tarsan ialah hal nan diimpikannya. Dua sosok pelawak Indonesia itu diakui memberikan banyak pelajaran berharga bagi seorang Tukul, terutama dalam bidang melawak.

Srimulat memang bukan hanya sekadar tayangan lawak. Srimulat juga memiliki nilai-nilai budaya, terutama Jawa. Itulah nan membuat cita-cita Tukul buat bergabung dengan Srimulat semakin kuat. Berkat Srimulat, ia dapat mengunjungi beberapa kota nan belum pernah dikunjungi sebelumnya.

Bergabung bersama Srimulat bukan satu-satunya karir bagi Tukul. Kesempatan apapun tak akan disia-siakan oleh lelaki nan khas dengan bibirnya ini. Ia pun beberapa kali pernah menjadi presenter di acara musik, salah satunya Dangdut Ria nan pernah ditayangkan di salah satu televisi partikelir Indonesia.

Ibarat roket, nama Tukul memiliki kemampuan lesat nan tinggi. Rajinnya ia tampil di televisi semakin mengakrabkan pemirsa dengan wajahnya nan khas. Ketenaran Tukul semakin ditasbihkan ketika ia ditawari buat menjadi pembawa acara talk show berjudul Empat Mata. Tayangan itu benar-benar sukses mengantarkan Tukul pada puncak ketenarannya.

Tukul seolah menjadi dirinya sendiri, lawakan-lawakan khas Tukul dilemparkannya saat membawa acara Empat Mata nan kini diganti namanya menjadi Bukan Empat Mata. Gayanya nan sok ganteng dan sok oke semakin membuat ia dicintai. Satu karakteristik khas nan inheren di hati dan pikiran masyarakat Indonesia tentangnya ialah kata-kata nan sering ia keluarkan, yaitu "Kembali ke laptop".

Selain berhasil membawakan sebuah acara, ketenaran Tukul juga dimanfaatkan beberapa sineas buat mengajaknya bermain dalam beberapa film. Sejauh perjalanan karirnya, Tukul telah membintangi dua judul film layar lebar, Otomatis Romantis dan Cinlok .

Dua film tersebut diputar pada 2008 lalu. Kini, Tukul juga mencoba peruntungan lain. Ia membuka bisnis rumah produksi nan dinamainya Ojo Lali Entertainment. Perjalanan hayati seorang Tukul memberikan sebuah pelajaran bahwa jangan jadikan kesedihan sebagai alasan buat berdiam diri dan pasrah. Tuhan menyukai orang nan tak putus harapan dan tak mudah menyerah. Dan Tukul, melakukan itu dihidupnya.