Foto Pocong sebagai Kenangan

Foto Pocong sebagai Kenangan

'Baru dari kursus bikin pocong. Ini foto pocong nya'. Itu status facebook nan untuk penasaran. Ternyata foto pocong nan ditampilkan ialah foto pocong benaran alias foto pocong nan bagus dengan ikatan nan rapi. Itulah foto pocong dari kursus menangani jenazah.

Tidak menyeramkan sebab foto pocongnya tertutup dengan rapi. Tapi cukup menggetarkan jiwa sebab bagaimana pun sebagai manusia nan niscaya mati, melihat foto pocong itu membuat jadi ingat masih banyak dosa dan belum siap mati. Bekal ke alam baka itu terasa belum cukup.

Belajar membungkus jenazah dengan baik memang tak mudah. Rasa gugup niscaya ada sebab membayangkan membungkus jenazah beneran . Menyusun satu demi satu kain kafan nan telah dibubuhi kapur barus dan ditambahkan kapas buat menutupi lubang-lubang nan ada di tubuh manusia, bukanlah perkara nan cukup gampang. Hati, jiwa, dan raga, semuanya bergetar. Air mata menetes betapa suatu saat semua orang akan mengalami dibungkus dan dijadikan pocong.



Foto Pocong Pengingat Kematian

Dalam novel WANGI karangan Heriyati nan diterbitkan oleh Diva Press, tokoh dalam novel tersebut, Wangi, menggantungkan foto pocong di kamar kerjanya sebagai pengingat bahwa dia harus selalu berbuat baik sebab akhir kehidupannya ialah akan dibungkus seperti dalam foto pocong tersebut.

Mungkin kisah nan ada di novel WANGI itu ada dalam global konkret di mana foto pocong digantung di ruang kerja. Kalau memang ada, niscaya hal itu akan menimbulkan tanggapan nan bhineka dari para kolega si empunya kantor. Mungkin saja ada nan merasa sedikit merinding, tetapi mungkin juga ada nan akhirnya tersadar dan mulai memahami filosofi kehidupan. Apa pun itu, menggantungkan foto pocong di ruang kerja, niscaya sesuatu sekali.

Kalau para pejabat dan para pengusaha di negeri nan masuk dalam jajaran negeri terkorup di global ini menggantungkan foto pocong di ruang kerjanya sebagai pengingat agar tak korupsi, hal itu niscaya akan menjadi warta besar. Mungkin juga ada nan menanggapi positif, ada nan menanggapi biasa saja, ada nan memberikan komentar bahwa foto pocong itu memberikan energi negatif dan membentuk aura negatif pula. Dibutuhkan karakter hebat dan kuat dari pemilik ruang kerja nan akan menjadikan foto pocong sebagai salah satu dekorasi dinding.

Foto pocong memang tak harus ditakuti sebab memang foto pocong itu tak mempunyai kekuatan apa-apa. Kalau membayangkan foto pocong itu terbuka lalu menyembullah paras yang seram nan telah dikerubuti oleh belatung, mungkin saja hati bergetar hebat dan tak sanggup makan. Tetapi, untuk apa membayangkan hal nan tidak-tidak seperti itu?

Coba sesekali tanyakan kepada para pakar forensik nan harus membongkar makam dengan jenazah nan telah dikubur selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Mereka tentunya akan mengabadikan jenazah tersebut dan membuka bungkus kain kafannya. Kalau foto itu dilihat, tentunya akan terlihat foto pocong dengan kain kafan nan tak lagi putih. Jangan bayangkan baunya. Beranikah melihat foto pocong tersebut?

Foto pocong akan membuat semangat hayati menggebu buat berbuat baik. Walaupun belum tentu ketika meninggal, jenazah dapat dibuat pocong dengan baik - sebab satu dan lain hal, membayangkan diri dipocong paling tak membuat hati tergerak sedikit buat berubah dan menjalankan perintah Allah Swt nan masih sering ditinggalkan.

Kematian nan sudah niscaya itu memang sering terlupakan oleh keambisiusan hati dan pikiran buat mendapatkan global nan lebih latif nan lebih banyak dan mereguk nikmatnya dosa-dosa besar. Nafsu menutup mata dari pengetahuan tentang kematian dan kepastian adanya alam barzah.

Ketika melewati kuburan, nan ada hanya rasa takut. Bahkan mengucapkan salam kepada pakar kubur pun terlupakan. Ada kalanya malah tak ada rasa sama sekali bahwa suatu saat,lambat atau cepat, akan menjadi penghuni kubur juga walau entah di mana. Foto pocong nan terbaring menghadap kiblat siap disholatkan semoga dapat memberikan makna dan hakikat kematian.



Foto Pocong dalam Poster

Foto pocong dalam poster film-film horor tak terlalu seram. Foto pocong tersebut biasanya ditampilkan dalam keadaan berdiri dan bagian wajahnya dibuat tak karuan tapi masih berbentuk paras manusia dengan kulit nan sudah mengelupas dan seolah masih ada darah kering di sana-sini.

Mata si pocong dibuat agak besar seperti meneteskan air mata darah. Pocong dibuat berjalan dengan melompat-lompat ( tuing ... tuing ... ). Kalau diperhatikan, pocong-pocong dalam film itu malah lucu. Mungkin lucunya seperti kisah nama twitter 'pocong' nan begitu banyak diikuti oleh orang.

Dari dulu pocong memang dijadikan model nan lucu di film-film. Pada lawak nan menggunakan pocong sebagai salah satu karakternya, pocong dibuat lucu. Pocong berdiri di satu tempat, diam saja kadang dengan paras nan menunduk atau kadang dengan mata nan melotot.

Wajah si pocong sudah dibuat agak hitam atau dengan paras pucat dan mata panda dengan garis hitam mengelilingi mata. Lucu sekali. Tidak ada keseraman di karakter pocong itu. Tetapi, para pemain harus berakting seolah-olah ketakutan dengan adanya sosok pocong itu. Mereka berlarian dikejar oleh pocong nan melompat-lompat ( tuing ... tuing ... ). Pemain-pemain itu berlarian sambil berteriak, ' Pocong ... pocong ... .'

Lalu tiba-tiba, pocong sudah berdiri di hadapan mereka atau pocong berdiri di belakang sambil menggoda di pemain dengan hembusan napas atau pun dengan kata-kata nan dibuat seseram mungkin.

Pocong-pocong dalam film itu kadang dibuat bangkit dari kubur dan berjalan melepaskan kainnya dan berubah menjadi setan nan menakutkan. Pocong itu siap menggoda manusia atau siap membalas dendam dan menuntaskan urusannya nan belum selesai di global fananya.

Padahal hal-hal seperti itu hanyalah imajinasi para pembuat cerita. Ketika seseorang meninggal dan dikafani atau dipocong, orang tersebut telah sangat sibuk dengan urusannya sendiri. Dia harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya selama di dunia. Tak mungkin dia sempat berpikir buat menggoda manusia atau mungkin juga kembali ke rumah orang nan dia benci dan mengganti foto orang tersebut menjadi foto pocong dengan wajahnya sehingga orang nan melihatnya akan kaget dan ketakutan.

Karena merasa dikejar-kejar oleh si pocong nan ingin membalas dendam, orang tersebut berusaha mempertahankan dirinya atau orang tersebut menjadi ingat dosa-dosanya dan berusaha meminta maaf kepada si pocong. Cerita seperti itu hanya ada dalam film atau novel-novel horor.



Foto Pocong sebagai Kenangan

Orang-orang terkasih nan meninggal mendadak menyisakan kenangan nan begitu mendalam. Semua prosesi penanganan jenazahnya diabadikan sebagai kenangan terakhir. Saat sang terkasih telah terbujur kaku dalam balutan kain kafan pun, wajahnya tetap ditampilkan lalu difoto. Paras tersebut memang dibuka sedikit sebelum dibungkus rapi menjadi seperti pocong. Tujuannya buat memberikan kesempatan kepada para anggota keluarga buat menciumnya terakhir kalinya. Foto-foto terkahir itu akan tersimpan dengan rapi dalm album kenangan atau dalam slide foto khusus.

Namun demikian, ada nan berpesan bahwa kalau dia meninggal, dia tidak mau keluarganya mengabadikan foto-fotonya terutama foto pocongnya. Dia tak mau kesedihan itu diungkit dan dikenang. Cukup foto-foto ketika dia sedang tersenyum nan disimpan. Jangan menyimpan foto nan hanya akan membuat hati menjerit pilu. Kepergian orang nan dicintai harus dilepas dengan keikhlasan sebab hanya itu nan memang harus dilakukan.