Sumpah Pocong dan Tradisi Lokal

Sumpah Pocong dan Tradisi Lokal

Sumpah pocong. Masyarakat Indonesia mana nan tak pernah mendengar namanya? Rasanya sangat jarang, bahkan mungkin tak ada. Hal ini berkaitan dengan kebudayaan masyarakat Indonesia nan harus diakui masih kental dengan perbedaan makna magis dan mistis. Kedua -is tersebut masih inheren erat dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari.



Apa Itu Sumpah Pocong?

Kehidupan bermasyarakat sangat rentan dengan berbagai pertikaian. Konflik apapun dapat dengan mudah muncul ke permukaan. Menjadi sebuah kendala dalam keharmonisan hayati bertetangga. Konflik nan mungkin paling sering muncul ialah fitnah.

Pergunjingan nan terjadi di kalangan masyarakat sangat mungkin melahirkan prasangka. Masalah nan dapat memunculkan rekaan sangat beragam. Mulai dari hal-hal nan sifatnya sederhana, hingga rumit dan sulit dibuktikan secara logis, seperti masalah-masalah teluh, ilmu pelet, sihir dan hal-hal bersifat klenik lainnya. Untuk menyelesaikan permasalahan seperti ini, tentu bukan perkara mudah.

Pada akhirnya diperlukan sebuah jalan "alternatif" buat menyelesaikan masalah tersebut.Pilihan pun pada akhirnya jatuh pada sumpah pocong. Hal-hal nan tak logis, sepertinya memang hanya mempan ditanggulangi oleh cara nan juga tak logis. Ritual ini pun dilakukan buat membuktikan kebenaran. Hasil akhir dari ritual ini akan cukup melegakan bagi pihak-pihak bertikai.

Entah mereka nan menuntut atau nan dituntut. Setelah ritual verifikasi tersebut berakhir dan tak terjadi hal-hal aneh dengan pihak nan dituntut, biasanya konflik akan lekas mereda. Pihak penuntut juga akan mengakui bahwa orang nan dicurigainya tak bersalah. Konfrontasi pun akan berakhir dengan damai.

Nama baik seseorang pun akan terselamatkan. Dan, masyarakat akan sangat memercayai hasil tersebut.Situasi ini akan berubah ketika terjadi sesuatu pada pihak nan dituntut. Masyarakat percaya, jika orang tersebut memang bersalah, sebuah laknat akan menimpa padanya. Ada sebuah kepercayaan nan terlanjur beredar di masyarakat.

Bahwa, jika orang tersebut memang bersalah, ia akan selamanya terperangkap dalam "kostum" pocong.Sumpah pocong sendiri memang menjadi pilihan terakhir ketika solusi menyelesaikan masalah tak juga ditemukan. Ini dilakukan agar konflik tak semakin berlarut dan berakhir secara anarkis.

Tidak sporadis bukan, kita mendengar warta rumah seorang warga dibakar sebab dicurigai sebagai dukun teluh? Dengan tujuan seperti itu, sumpah pocong rasanya cukup beralasan buat dilakukan.Umumnya, sumpah pocong ini dilakukan oleh para pemeluk agama islam.

Kebiasaan ini dapat melahirkan pemikiran negatif bagi sekelompok orang. Secara logika, ini memang berkenaan dengan anggaran umat Islam sendiri. Bahwa ketika seorang muslim meninggal dunia, mayatnya akan dibungkus menggunakan kain kafan.

Jadi, tak heran jika kemudian ritual sumpah pocong ini lebih banyak dilakukan oleh umat muslim. Pelaksanaannya pun umumnya di dalam masjid. Pada saat terjadi sumpah pocong, pelaku sumpah tentu tak sendiri.

Ada beberapa saksi. Saksi tersebut tentunya bertugas buat mengamati dan biasanya datang dari golongan netral. Mereka ialah pihak-pihak nan bersaksi selama sumpah pocong itu berlangsung.Meskipun bernama sumpah pocong, sumpah ini tak melulu mengharuskan pelakunya dibungkus layaknya pocong. Ada beberapa tata cara.

Pelaku boleh meminta buat tak dibungkus sepenuhnya, hanya diselimuti dengan kain kafan. Ia pun boleh duduk, tak berbaring. Cara-cara melakukan sumpah pocong sudah mulai beragam. Tapi, tetap, tujuannya hanya satu, pembuktian.



Sumpah Pocong - Sebagai Salah Satu Ritual Masyarakat Indonesia

Kebudayaan masyarakat Indonesia memang tak dapat dijauhkan dengan hal-hal nan sifatnya magis. Upacara adat jelas merupakan citra nyata. Kejawen, atau ritual-ritual kebudayaan lainnya selalu tak pernah lepas dari perbedaan makna magis.

Mengenyampingkan hal-hal tersebut menimbulkan sebuah ketakutan tersendiri. Takut kualat. Istilahnya kurang lebih seperti itu.Budaya dibumbui hal-hal mistis sudah diwariskan secara turun-temurun.

Pelanggaran terhadap hal-hal itu dipercaya akan mendatangkan petaka. Meskipun zaman sudah meremaja, pandangan serta pemikiran tradisional seperti itu masih ada. Ini tak hanya membicarakan mereka nan datang dari daerah, tapi juga mereka nan ada di kota-kota besar.

Akrabnya masyarakat Indonesia dengan berbagai ritual, terlanjur melahirkan sebuah stigma. Kegiatan bermasyarakat sudah barang tentu selalu dilekati oleh hal-hal tersebut. Termasuk ketika konflik tengah terjadi di masyarakat itu sendiri.

Tidak jarang, penyelesaian nan sukses membuat perselisihan atau konflik itu reda ialah hal-hal nan sifatnya kepercayaan atau ritual.Ketika membicarakan penyelesaian masalah secara "luar biasa", sumpah pocong niscaya tak pernah ditinggalkan buat dibicarakan.

Ritual nan dimiliki oleh masyarakat Indonesia dianggap sebagai salah satu budaya. Layaknya sebuah budaya, sumpah pocong seperti dikeramatkan. Ritualnya pun tak dapat sembarangan. Ritual Indonesia nan satu ini memang unik. Dapat jadi merupakan satu-satunya di dunia.

Bahwa kain kafan nan umumnya dipergunakan buat membungkus mayat, dalam ritual ini, dipergunakan buat membungkus orang nan masih hidup. Secara kasat mata, ritual ini memiliki kadar kandungan "mistis" cukup kental. Bagaimana tidak, kafan nan jelas-jelas buat membungkus mayat, digunakan buat membungkus orang nan masih hidup. Siapapun nan menyaksikan ritual tersebut berlangsung, niscaya setuju jika aura mistis sangat terasa.

Tertarik menjadi saksi dari ritual sumpah pocong? Ritual sumpah pocong memang tak dilakukan secara rutin seperti ritual-ritual nan sifatnya kepercayaan. Ritual ini tak terikat waktu. Tidak mesti dilakukan setiap satu bulan sekali atau satu tahun sekali. Jika dirasa perlu, sumpah pocong ini dapat terjadi kapapun. Sinkron kehendak masyarakat nan memiliki kepentingan. Ritual ini juga tak tertutup buat terjadi pada siapa pun.



Sumpah Pocong dan Tradisi Lokal

Meskipun tak membatasi kriteria para pelakunya, sumpah pocong umumnya terjadi di desa-desa. Masyarakat desa nan masih kental dengan berbagai kepercayaan, di luar kepercayaan agama, merupakan para pelaku utama.

Dari merekalah, ritual ini masih tetap ada hingga kini. Ritual ini cukup akrab bagi masyarakat Jawa. Dilahirkan dari berbagai tradisi lokal nan memang menjadi bukti diri bagi masyarakat Jawa.

Tradisi lokal ini pada akhirnya lahir dampak kebutuhan masyarakat ketika berhadapan dengan permasalahan. Sumpah pocong menjadi sebuah upaya nan dapat dilakukan masyarakat buat menyelesaikan masalah. Kehadiran sumpah pocong buat pertama kalinya di masyarakat juga tak terdeteksi.

Ritual ini seperti lahir begitu saja. Sepertinya dilakukan dengan impulsif dampak tuntutan agar sebuah masalah bisa segera terselesaikan. Dalam hal ini, sumpah pocong seperti perwakilan bentuk "pengadilan" ala masyarakat.

Mereka tak memerlukan meja hijau, palu ataupun jas hitam buat menyelesaikan masalah. Satu-satunya hal absolut nan diperlukan ialah kepercayaan, keyakinan. Tanpa itu, rangkaian ritual sumpah pocong ini hanya dianggap sebagai tindakan konyol. Apa namanya jika tak konyol, apabila tindakan nan tak berdasar pada keilmuan dianggap dapat dijadikan acuan buat menentukan perihal mana nan sahih dan mana nan salah.

Mau bagaimanapun, sumpah pocong memang merupakan "produk" tradisi lokal nan tak dapat diganggu. Ritual ini akan tetap berdiri dengan kokohnya. Menjadi naungan bagi mereka nan mencari kebenaran tanpa membutuhkan donasi pengadilan. Karena memang, pengadilan nan sesungguhnya ialah masyarakat.Hakim nan sesungguhnya juga masyarakat. Saksi, dan jaksa terbaik juga masyarakat. Ada nan keberatan?