Manusia dan Tuhan

Manusia dan Tuhan

Usaha manusia buat sampai pada derajat nan tertinggi (derajat ketuhanan) terus dilakukan dalam sejarah. Mungkin usaha ini cocok kita sebut sebagai sebuah sejarah pencarian Tuhan . Mulai dari Adam, sampai manusia terakhir nan nanti menghuni dunia.



Terusirnya Adam dari Surga

Diusirnya Adam dari surga merupakan petaka awal bagi kehidupan manusia, juga merupakan sejarah awal bagi manusia. Bayangkan, jika Adam dan Hawa tak diusir dari surga, mungkin kita akan berada di sana, menikmati surga, nan di dalamnya terdapat sungai susu, sungai arak, juga bidadari-bidadari nan katanya cantik mempesona. Begitulah kiranya Erich Fromm menceritakan gagasannya dalam buku nan berjudul Manusia Menjadi Tuhan .

Fromm mengatakan dalam bukunya bahwa diusirnya Adam dan Hawa dari surga merupakan sebuah ketakutan Tuhan. Ketakutan adanya saingan, Tuhan takut manusia akan menjadi Tuhan. Karena syahdan menurut cerita, Adam memakan buah kehidupan nan bisa membuatnya kekal, sehingga hal itulah nan menjadi ketakutan bagi Tuhan menurut Fromm.

Setelah berabad-abad manusia hidup, mereka terus mencari siapa sebenarnya nan mereka katakan sebagai Tuhan. Siapa nan menjadi penolong mereka, siapa nan lebih besar dan kuasa dari mereka. Dari proses pencarian inilah nan menyebabkan konsep mengenai Tuhan selalu berubah-ubah dari zaman ke zaman.

Seperti halnya kata "sayang", nan diucapkan seorang anak kecil kepada ibunya tentu berbeda maknanya dengan kata sayang nan diungkapkan oleh orang dewasa (entah kepada kekasihnya atau kepada orang lain).

Perbedaan masa waktu juga nan selalu membuat Tuhan buat menampakkan sosok nan berbeda. Dia dapat menjadi Tuhan Yang Mahakuasa Tak Terbantahkan, namun dapat pula menjadi Tuhan Yang Maha Pemurah.

Hal ihwal ini terjadi saat Adam memakan buah dari pohon kehidupan. Bagaimana Tuhan menampakkan sifatnya sebagai nan kuasa, kuat, dan tidak kenal kompromi. Tuhan marah besar sehingga Adam nan Ia muliakan diusir dari surga oleh Dia sendiri.



Kisah Nabi Ibrahim: Sejarah Pencarian Tuhan

Namun hal ini berbeda pada saat Ibrahim diutus. Dalam Perjanjian – Bibel – Ibrahim berargumen kepada Tuhan, tatkala Tuhan ingin menghancurkan Sodom dan Gomorah sebab kedurjanaan mereka. Ibrahim tak tega sebab kedurhakaan "dua orang" harus menghancurkan atau membinasakan nan lainnya.

Oleh sebab itulah Ibrahim mengajukan opsi kepada Tuhan. Dan pada saat Tuhan berhadapan dengan Ibrahim seolah-olah Tuhan bisa diajak berkompromi, dan tak lagi menjadi Tuhan nan otoriter.

Perjanjian lain juga ditemukan antara Tuhan dengan Nuh. Tuhan berkata "Aku menegaskan perjanjian-Ku denganmu (Nuh), bahwa tak akan ada lagi jiwa nan tenggelam dalam bah, dan tak akan ada lagi bah nan menghancurkan bumi." Ide menyusun perjanjian, memang merupakan salah satu langkah nan menentukan dalam perkembangan keagamaan kaum Yahudi.

Nabi Ibrahim Alaihi Salam nan bergelar Kholilullah atau kekasih allah dilahirkan ditengah tengah masyarakay nan penuh dengan kekufuran dan kemusrikan. Dalam Al-quran di jelaskan bahwa ayah Nabi Ibrahim ialah Azar dan dalam bahasa pada kitab Taurat nama dari Nabi Ibrahim ialah Tatroh bin Tunar bin Siruh Bin Sam Bin Nuh AS.

Pada zaman Nabi Ibrahim ini telah berkuasa seorang raja nan zalim dan suka bertindak semena-mena terhadap rakyatnya. Raja tersebut ialah Raja Namrudz nan mengaku sebagai tuhan. Raja narmudz beserta rakyat-rakyatnya menyembah berhala termasuk ayah Nabi Ibrahim sendiri nan juga pakar dalam membuat berhala nan sangat disukai oleh raja Namrudz.

Pada suatu ketika raja Namrudz ini mendapat firasat memalui mimpi bawa kelak akan lahir seorang anak laki-laki nan bisa membahayakan kekuasaannya. Dengan pertanda mimpi tersebut raja Namrudz menjadi sangat gelisah dan cemas, takut bila mimpinya tersebut akan benar-benar terjadi dan mengulingkan kekuasaannya. Maka Namrud ini membuat undang-undang buat memebunuh setiap bayi laki-laki nan lahir.

Ketika Nabi Ibrahim AS ini dilahirkan, ayahnya puntak kuasa buat membunuh anaknya nan tersayang ini. Maka dari itu sang ayah memutuskan buat membuang bayi ini ke dalam hutan, dengan pikiran bahwa nanti bayi ini akan wafat dan juga dimakan oleh binatang buas nan ada dihutan.

Tetapi atas kehendak Allah SWT diluar batas kemampuan dan pola fikir manusia, nabi Ibrahim tetap hayati dalam penjagaan Allah SWT. Sehingga tidak ada satupun binatang nan binatang buas nan berani mendekat bahkan mengganggu atau memakan Nabi Ibrahim. Bahkan nabi Ibrahim ini sehat dengan mukzijat Allah dengan mengeluarkan madu nan manis dari imbasan jempol nabi Ibrahim AS.

Tentu saja ini ialah kejadian nan diliuar batas pikiran kita semya, namun ini bagi Allah begitu mudah buat melakukannya. Karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, inilah nan dinamai Ir-hash yaitu sesuatu keganjilan luar biasa nan terjadi pada diei Rasul semasa kecilnya atas izin Allah SWT.

Setelah beberapa lama membuang Nabi Ibrahim AS ini ayah beserta ibu Nabi Ibrahim mencoba menengok apakah anaknya sudah wafat di makan binatang buas. Tetapi alangkah kagetnya kedua orang tua ini ketika diketahuinya anaknya masih hayati dan sehat wal afiat. Sejak kejadian inilah orang tua dari Nabi Ibrahim AS secara sembunyi-sembunyi menengok anaknya di dalam sebuah Gua.

Selama kurang lebih setahun nabi Ibrahim AS tinggal di dalam gua. Setelah umur nabi Ibrahim AS ini mencapai satu tahun, orang tuanya membawa Nabi Ibrahim ini pulang ke rumah. Karena undang-undang tersebut telah di bubut dan tidak diberlakukan lagi. Semakin hari dan semakin haripun nabi Ibrahim ini menjadi dewasa. Ia pun menjadi cerdas dan pandai. Suatu ketika pun ia mulai bertanya kepada kedua orang tuanya, siapa nan menciptkan alam semesta ini.

"Wahai Ibu dan ayahku siapa nan telah menciptakan saya ini? " ayahnya pun menjawab pertanyaan "ayah dan inu nan menjadikanmu sebab kamu lahir disebabkan oleh kami. Nabi Ibrahim pun pertanya lagi " Dan siapa pula nan menjadikan Ayah dan Ibu" kemudian dijawablah pertanyaan itu "kakek dan nenekmu lah nan menjadikan kami"

Dan kemudian nabi terus dan terus bertanya hingga akhir nabi menanyakan "siapakah orang pertama nan menjadikan semua ini?" maka ke dua orang tua nabi Ibrahim pun tidak bisa menjawabnya. Karena mereka tak tahu Tuhan. Dan kemudian nabi ibrahim bertanya dengan orang lain, namun mereka semua tak dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Kemudian sebab tak ada nan dapat menjawab. Nabi Ibrahim mengunakan akal dan pikirannya buat mencari Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Karena akal manusia sangat terbatas nabi Ibrahim gagal buat mengetahui siapa sebenarnya nan telah menciptakan alam semesta ini.

Allah Berfirman dalam Surat Al-An’am 76-79 nan artinya

"Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang. Katanya: Inilah Tuhanku? Maka setelah dilihatnya bintang tengelam ia berkata Saya tak akan berTuhan pada nan tenggelam. Kemudian ketika melihat bulan purnama ia berkata lagi: Inilah Tuhanku? Setelah bulan itu lenyap, lenyap pula pendapatnya berTuhan kepada bulan itu. seraya berkata: Sungguh kalau tak Tuhan nan memberi petunjuk, tentu aku menjadi sesat. Maka ketika siang hari, nampak olehnya matahari nan sangat terang, ia pun berkata: Inikah Tuhanku nan sebenarnya...? Inilah nan lebih besar. Setelah matahari terbenam, iapun berkata: Hai kaumku! Saya tak mau mempersekutukan Tuhan seperti kamu. Saya hanya berTuhan nan menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan sekali-kali aku tak mau menyekutukanNya." (QS. Al-An'am: 76-79)

Dari surat diatas bisa kira ketahui bagaimana Nabi Ibrahim AS mencari Tuhan dengan menggunakan akal fikiran buat memperhatikan kebesaran Allah SWT dengan melihat keadaan alam sekitar. Awwaluddin ma’rifatullah yaitu awal agama ialah mengenal Allah. Barang siapa nan ingin mengenal Allah, maka kenalilah dirimu sendiri baru kenalilah siapa Allah Sesungguhnya. Dimana dan kenapa kita wajib menyembah-Nya.



Manusia dan Tuhan

Pada dasarnya manusia akan terus mencari siapa Tuhan mereka. Bahkan buat merasa dekat, mereka dapat saja seperti Tuhan, namun tetap tak dapat menjadi Tuhan. Pengetahuan manusia akan Tuhan sangatlah terbatas, seperti nan diungkapkan Maimodes, "pengetahuan manusia tentang Tuhan hanyalah apa nan tak bagi-Nya" .

Secara garis besar, Eric Fromm ingin menceritakan persoalan antara manusia dengan Tuhan, manusia terus mencari siapa Tuhan mereka, dan Tuhan terus melakukan apa pun supaya manusia mengenal-Nya. Fromm membuat konklusi nan mengejutkan dalam buku ini: Bibel bukanlah firman Tuhan . Ia hanyalah tulisan nan ditulis oleh berjubel penulis dari berbagai lapisan sosial dalam waktu satu milenium (1200 – 100 SM).

Kisah lengkap mengenai perjalanan sejarah manusia dalam melakukan percarian Tuhan ini dapat Anda baca dalam karya Fromm nan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Manusia Menjadi Tuhan . Buku ini tebalnya hanya 332 halaman dan diterjemahkan oleh penerbit Hyena.