Peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi Indonesia

Peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi Indonesia

Peristiwa Rengasdengklok sepertinya sudah "terlupakan" dari sejarah panjang bangsa tercinta. Peristiwa ini sporadis ditulis dalam buku-buku sejarah. Bahkan di buku-buku pelajaran pun hanya disinggung sekilas. Padahal, generasi muda harusnya dibekali dengan informasi memadai agar dapat melek sejarah. Serta tahu niscaya apa nan pernah terjadi di republik ini.

Tanpa Peristiwa Rengasdengklok, sejarah Indonesia mungkin tak akan seperti sekarang. Kemerdekaan dapat jadi diraih dengan cara berbeda, pada tanggal nan berbeda pula. Dapat jadi, kemerdekaan Indonesia ialah hadiah dari sang penjajah, Jepang. Dapat jadi pula hingga kini Indonesia menjadi negara boneka nan harus banyak melakukan kompromi demi negara mantan penjajah. Semua hal ini mungkin-mungkin saja berlaku.

Bicara tentang Peristiwa Rengasdengklok berarti membongkar kembali memori tentang sejarah. Yang dimaksud di sini tentu saja masa penjajahan Jepang nan singkat namun mengerikan. Masa nan gelap itu seperti menemukan setitik cahaya di ujung kegelapan tatkala Jepang akhirnya mulai menjanjikan kemerdekaan.



Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok

Sebenarnya, ini merupakan efek dari kekalahan beruntun nan mulai dialami Jepang menjelang akhir Perang Global II. Demi mendapatkan simpati dari rakyat Indonesia, Jepang pun akhirnya menjanjikan kemerdekaan bagi negara kita ini. Janji buat memerdekakan Indonesia dimulai dengan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai pada tanggal 1 Maret 1945.

Badan ini disebut juga BPUPKI nan diketuai oleh Dr K.R.T. Rajiman Wedyodiningrat. Anggotanya berjumlah 60 orang dari bangsa Indonesia, ditambah 8 orang bangsa Jepang tanpa hak suara. Di kemudian hari, badan ini digantikan oleh PPKI setelah selesai melaksanakan tugasnya. PPKI sendiri beranggotan 21 orang nan mewakili berbagai lapisan masyarakat, dan dipimpin oleh Ir. Soekarno.

PPKI ini dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945, hanya berselang 9 hari sebelum Peristiwa Rengasdengklok terjadi.

Indonesia mulai bersiap buat menyambut kemerdekaan nan akan dihadiahkan oleh Jepang. Akan tetapi, tiba-tiba saja situasi politik mengalami perubahan besar nan tak terduga. Pada 14 Agustus 1945, Jepang akhirnya menyerah kepada tentara Sekutu. Hal ini menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan di Indonesia. Di satu sisi, Jepang sudah mengakui kedaulatan Sekutu, sementara di sisi lain Indonesia belum sempat merdeka.

Sekutu akhirnya menunjuk Inggris buat memelihara keamanan di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Inilah nan kemudian memicu terjadinya Peristiwa Rengasdengklok.

Sebenarnya, apa nan melatari Peristiwa Rengasdengklok ini? Diawali disparitas pendapat antara golongan muda dan golongan tua. Seperti biasa, para pemuda cenderung ingin menyelesaikan segala persoalan dengan cepat. Mereka ingin Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Sementara para tokoh nan mewakili golongan tua, dalam arti nan sudah cukup matang berpolitik, ingin segalanya berjalan sinkron dengan anggaran nan berlaku. Apalagi BPUPKI dan PPKI sudah mematangkan planning kemerdekaan Indonesia.

Sebelum Peristiwa Rengasdengklok terjadi, golongan pemuda sudah mengadakan perundingan pada 15 Agustus 1945. Mereka memutuskan bahwa sebaiknya kemerdekaan Indonesia dilaksanakan sesegera mungkin dan lepas dari ikatan dengan pemerintah Jepang nan sudah menjanjikan sebelumnya.

Para pemuda ini tak mau para pemimpin Indonesia (terutama Bung Karno dan Bung Hatta) terpengaruh oleh Jepang. Selain itu, meraih kemerdekaan melalui forum protesis Jepang seperti PPKI akan mengesankan kemerdekaan Indonesia hanyalah hadiah belaka.

Pada Peristiwa Rengasdengklok, kekhawatiran generasi muda ini cukup beralasan juga sebenarnya. Akan tetapi golongan tua tak sependapat. Ketika hasil perundingan disampaikan kepada Bung Karno, beliau menolak. Hal itu terkait dengan tanggung jawabnya sebagai ketua PPKI. Tak hanya Bung Karno, Bung Hatta dan nan lainnya pun menolak usul ini.

Hal tersebut menimbulkan ketegangan tersendiri. Sehingga akhirnya para pemuda pun nekat melakukan "penculikan" terhadap beberapa tokoh krusial Indonesia saat itu dan membawa mereka ke Rengasdengklok. Inilah nan menandai terjadinya Peristiwa Rengasdengklok.



Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok dimulai dengan "penjemputan paksa" terhadap Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Subarddjo pada 16 Agustus 1945. Tepatnya pukul 04.00 WIB. Ketiganya merupakan tokoh-tokoh primer nan berperan krusial dalam PPKI. Bung Karno menduduki posisi ketua, Bung Hatta menjadi wakilnya, dan Achmad Subardjo duduk sebagai penasihat.

Golongan pemuda bertekad buat mendesak golongan tua buat segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Mereka mengajukan berbagai argumen buat mendukung keinginan tersebut. Peristiwa Rengasdengklok menjadi saksi bagaimana kedua kubu saling beradu argumentasi buat membenarkan pendapatnya masing-masing.

Peristiwa itu sendiri terjadi di kota Rengasdengklok nan berada di Karawang. Loka rendezvous sendiri diadakan di rumah Djiaw Kie Siong. Meski kedua golongan tetap pada pendirian masing-masing, golongan muda berupaya buat merebut kekuasaan.

Akan tetapi, sayangnya planning tersebut tak berjalan mulus. Itu sebab tak semua anggota PETA menyatakan persetujuannya. Lebih banyak nan sependapat dengan golongan tua. Masing-masing bertahan pada pendapatnya sehingga sulit menemukan jalan keluar nan melegakan. Disparitas pandangan antara nan muda dan nan tua menjadi cerita tersendiri dalam Peristiwa Rengasdengklok .

Satu hal nan patut disyukuri adalah, Indonesia kala itu memunyai pemimpin-pemimpin hebat nan berjuang benar-benar buat rakyat. Tidak ada nan ingin menyelamatkan diri sendiri. Tidak ada pula nan berjuang demi kepentingannya sendiri. Semua berjuangbersama-sama buat mencapai kebaikan nan lebih besar bagi bangsa Indonesia nan masih terjajah ini.



Peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi Indonesia

Setelah melalui perundingan nan sangat alot, akhirnya golongan tua pun kembali ke Jakarta. Dengan cepat, segera diatur hal-hal fundamental nan diperlukan buat sebuah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Peristiwa Rengasdengklok akhirnya berbuah manis juga. Proklamasi akan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945. Planning pun dibuat buat aplikasi keesokan harinya. Hari itu bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Persitiwa Rengasdengkloklah nan melatari terjadinya proklamasi kemerdekaan. Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia ditulis tangan saat dinihari oleh Sayuti Melik di rumah Laksamana Muda Maeda. Jika kita lihat gambar dokumen orisinil naskah tersebut, terdapat coretan-coretan di sana-sini. Itu menandakan adanya adu argumen sebelum sebuah kalimat akhirnya disetujui.

Sayang, peristiwa besar nan seharusnya ditulis dalam buku sejarah ini pun tak didokumentasikan dengan sempurna. Bahkan siapa sosok Sayuti Melik nan sebenarnya pun tak pernah terungkap dengan jelas. Padahal, beliau memiliki peran nan vital dalam hal perumusan naskah proklamasi.

Peristiwa Rengasdengklok akhirnya membuahkan proklamasi kemerdekaan nan ditandai dengan dibacakannya naskah proklamasi oleh Bung Karno. Sedianya, acara itu akan diselenggarakan di Lapangan Ikada. Namun akhirnya dibatalkan dengan alasan keamanan.

Saat mendengar kabar burung bahwa akan diadakan sebuah rendezvous di Lapangan Ikada, pasukan Jepang sudah berjaga-jaga. Karena tak ingin peristiwa proklamasi ini ternoda, akhirnya lokasi dipindahkan ke rumah Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur nomor. 56. Setelah naskah proklamasi dibacakan, Latief Hendraningrat dan Suhud pun melakukan pengibaran bendera merah putih nan dijahit tangan oleh Fatmawati. Kemudian, lagu "Indonesia Raya" pun dikumandangkan. Negara baru bernama Republik Indonesia pun lahir dari Peristiwa Rengasdengklok.

Proklamasi kemerdekaan tentu saja berimbas besar pada kehidupan bangsa Indonesia. Indonesia akhirnya mengecap kebebasan baru sebagai bangsa nan berdaulat dan berhak menentukan nasibnya sendiri. Ratusan tahun berada dalam belenggu penjajahan, kini saatnya buat merdeka. Di awal-awal, tentu kemerdekaan pun membuat gugup bangsa ini. Akan tetapi, semuanya dapat dihapuskan berkat kepemimpinan orang-orang luar biasa nan mempersatukan negara ini.

Proklamasi kemerdekaan RI memang sudah berlalu berpuluh-puluh tahun nan lalu. Harus diakui, ini semua imbas dari Peristiwa Rengasdengklok dan desakan dari para pemuda. Tanpa rangkaian peristiwa itu semua, ceritanya dapat sangat berbeda.