Cara Penangulangan Laju Perubahan Iklim Global

Cara Penangulangan Laju Perubahan Iklim Global

Kita dapat merasakan sebuah fenomena bahwa bumi semakin hari kian memanas. Perubahan iklim dunia bisa mengakibatkan perubahan bentang alam secara mencolok, dan bisa mengganggu komunitas-komunitas alami nan ada. Di masa silam, iklim bumi silih berganti menghangat dan mendingin, dalam jangka waktu jutaan tahun.

Selama zaman es, iklim mendingin, lalu iklim kembali menghangat. Sejak abad ke-18, perubahan iklim berlangsung pada laju jauh lebih cepat. Menurut kebanyakan ilmuwan, gejala pemanasan dunia atau penghangatan dunia ini disebabkan oleh ulah manusia, pabrik, rumah dan kendaraan nan melepaskan gas buangan nan membumbung ke atmosfer.

Gas-gas ini berubah seperti selimut nan menutupi dan menghangatkan bola bumi. Jika gejala pemanasan dunia ini terus berlangsung, maka akan terjadi perubahan iklim global bumi dan kenaikan permukaan air laut.

Perubahan iklim bisa diartikan perubahan iklim secara variabel, terutama suhu udara dan curah hujan nan terjadi secara perlahan-lahan dengan rentang waktu antara 50-100 tahun ( inter centeria l). Penyebab perubahan iklim nan primer ialah kegiatan manusia ( anthtropogenic ), nan berkenaan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih fungsi lahan.

Sedangkan buat penyebab sekunder nan berasal dari alam seperti letusan gunung berapi tak diperhitungkan dalam mempengaruhi iklim global. Kegiatan manusia nan berperan besar dalam perubahan iklim ialah kegiatan nan menimbulkan peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer. Terutama dalam bentuk karbondioksida (CO2), nitrous oksida (N2O), dan metana (CH4).

Senyawa-senyawa gas inilah nan berperan besar dalam peningkatan suhu udara di atmosfer sebab bersifat seperti kaca. Artinya, senyawa-senyawa ini meneruskan gelombang pendek nan tak bersifat panas, dan menyimpan radiasi gelombang panjang nan bersifat panas nan berakibat memanasnya atmosfer.



Perubahan Iklim Dunia - Penipisan Ozon

Ozon ialah bentuk oksigen nan mengandung tiga atom oksigen dalam satu molekul dan berwarna kebiru-biruan. Ozon ini merupakan bahan kimia nan sangat aktif dan bahan pengoksidasi nan kuat. Ozon terbentuk jika oksigen dalam udara terkena arus lisrik.

Ozon terbentuk dalam jumlah udara nan sangat kecil bagian atas melalui radiasi ultraviolet. Radiasi ultraviolet memecah molekul oksigen menjadi atom-atom oksigen nan terpisah. Akhirnya, atom-atom nan terpisah ini inheren pada beberapa molekul oksigen lainnya dan terbentuklah lapisan ozon.

Selama dasa warsa 1970-an, para ilmuwan menemukan adanya suatu gejala nan tak wajar sedang berlangsung di lapisan ozon di atas kutub selatan. Lapisan gas tameng ini melindungi manusia dari sinar ultraviolet (UV). Radiasi UV bisa membahayakan kesehatan manusia, termasuk memicu kanker kulit.

Inilah alasan mengapa di kala musim panas kita perlu memakai pakaian nan menutup seluruh tubuh, dan memakai krim penangkis surya di seluruh permukaan kulit nan mudah terkena sinar matahari. Lapisan ozon kian menipis dari hari ke hari, dan “lubang” terlihat meluas setiap tahun di atas antartika.

Lubang serupa juga kian terlihat di kutub utara. Lubang ozon disebabkan oleh rumpun gas nan disebut klorofluorokarbon (CFC). CFC ini bisa dipakai di dalam tabung aerosol seperti hairspray dan lemari pendingin. CFC nan masuk ke dalam atmosfer merusak lapisan ozon, mereka melepaskan aton-aton klorin nan memecah molekul ozon.

CFC secara bertahap diganti dengan gas-gas nan tak berbahaya. Hal ini dilakukan buat menyelamatkan lapisan ozon. Walaupun demikian adanya keadaan ozon saat ini, bukan berarti sudah tak ada lagi asa buat lapisan ozon. Lapisan ozon dalam jangka panjang diperkirakan akan mengalami perbaikan.

Konsumsi zat-zat nan membuat lapisan ozon menipis di negara berkembang sudah menurun sejak awal 1990-an dan berhenti sejak dasa warsa 1996-an. Ini menunjukan bahwa komunitas internasional menaati protokol Montreal nan menargetkan bahwa ozon akan membaik di antara tahun 2015 dan 2065. Hal ini bagus menahan laju perubahan iklim global.



Perubahan Iklim Dunia - Imbas Rumah Kaca

Rumah kaca berhawa hangat sebab kaca membiarkan sinar matahari masuk tetapi mencegah udara hangat keluar. Lapisan karbondioksida dan gas-gas lain di atmosfer menyelimuti permukaan bumi dan menimbulkan imbas serupa.

Lapisan tersebut membiarkan sinar matahari masuk namun kemudian memerangkap sebagian besar panas di bawah atmosfer dan mencegahnya lolos ke ruang angkasa dalam wujud radiasi. Panas nan terkurung dampak “efek rumah kaca” lambat laun menghangatkan bumi.

Dampak Perubahan Iklim Global

Akibat dari perubahan iklim global ini ialah sektor pertanian akan mengalami gangguan produktivitas hasil pertanian. Hal ini disebabkan oleh menurunnya areal nan bisa ditanami, menurunnya kemampuan penyerapan unsur hara serta meningkatnya penyebaran hama penyakit.

Di negara-negara maju nan berada di lintang nan lebih tinggi akan mengalami peningkatan volume CO2 nan akan meningkatkan karena asimiliasi meningkat. Berbeda dengan daerah tropis nan mayoritas merupakan negara berkembang. Peningkatan volume asimilasi tersebut tak terlalu tampak.

Jadi buat sektor pertanian dampak perubahan iklim dunia ini global akan menghadapi penurunan jumlah produksi pangan. Selain itu, perubahan pemanasan dunia juga akan mengakibatkan perubahan spesies dan ekosistem.

Daerah dataran tinggi dan pegunungan akan mengalami perubahan spesies vegetasi. Spesies dataran tinggi lama kelamaan berubah menjadi spesies dataran rendah. Tidak hanya itu, sumber air nan berasal dari dataran tinggi akan mengalami gangguan sehingga memengaruhi kondisi tanah dan tanaman.

Pada daerah lintang rendah perubahan iklim dunia juga mengakibatkan cuaca kering nan di kenal dengan El-Nino dan hal ini mengakibatkan seringnya terjadi kebakaran hutan. Baik nan di sengaja buat pembukaan huma baru atau nan tak disengaja oleh faktor kekeringan.

El-Nino merupakan kejadian alam nan erat hubungannya dengan perubahan iklim nan ekstrem dalam variabilitas iklim. Perubahan iklim juga akan memengaruhi jumlah air. Ditambah meningkatnya populasi penduduk sehingga pendayagunaan air akan meningkat. Kekurangan air tanah dampak perubahan iklim dunia nan ekstrem mengakibatkan ratusan juta manusia akan mengalami krisis air bersih.

Sedangkan buat air permukaan sendiri akan meningkat. Hal ini akan mengakibatkan seringnya terjadi banjir nan sebab ketidakmampuan sungai, waduk dan danau buat menampung air. Hal ini disebabkan oleh pendangkalan sungai dan volume air nan berlebih. Selain di daratan, kawasan pesisir juga akan mengalami penurunan dampak dari kenaikan permukaan laut.

Dalam satu abad ini, permukaan bahari sudah mengalami kenaikan antara 10-25 cm. Walaupun dalam kenyataannya sulit buat mengukur perubahan permukaan laut, akan tetapi perubahan tersebut bisa di kaitkan dengan meningkatnya suhu global.

Peningkatan suhu dengan naiknya permukaan bahari disebabkan oleh melelehnya gletser dan es di daerah kutub bumi. Bagi negara-negara nan bergaris pantai panjang seperti Indonesia, peristiwa ini menjadi bencana.

Perubahan iklim juga menyebabkan bermutasi dan berkembangnya beberapa jenis penyait menular. Seperti malaria, demam berdarah (dengeue) dan kaki gajah (schistosomiosis). Penyakit ini disebabkan oleh perubahan suhu nan diperparah dengan lingkungan nan tak sehat. Bagi negara-negara tropis penyakit ini menjadi penyebab kematian terbanyak.



Cara Penangulangan Laju Perubahan Iklim Global

Cara nan dapat dikerjakan buat mengatasi laju perubahan iklim ini yaitu dengan mitigasi dan mampu beradaptasi. Mitigasi merupakan pengurangan konsentrasi gas rumah kaca di wilayah atmosfer. Hal ini dapat dimulai dari pengurangan konsumsi bahan bakar fosil di berbagai bidang. Lalu mulailah berpindah ke energi nan ramah lingkungan seperti energi panas bumi, energi matahari, energi bio nan bersumber dari nabati.

Sedangkan adaptasi merupakan cara penyesuaian nan dilakukan makhluk hayati terjadap perubahan iklim global. Spesifik buat Indonesia penangulangan dengan adaptasi lebih mendesak dilaksanakan mengingat akibat perubahan iklim dunia ini sudah mulai terasa di berbagai loka di Indonesia.

Selain itu, buat memulainya tak hanya cukup dengan mengandalkan mitigasi saja. Di Indonesia sendiri belum memiliki data-data nan seksama dan menyeluruh nan berkenaan dengan perubahan iklim global ini, sehingga masih belum dapat di prediksi dengan jelas akibat dari perubahan iklim ini secara komprehensif.