Dampak Krisis Eropa Terhadap Perekonomian Indonesia dan Kurs Rupiah

Dampak Krisis Eropa Terhadap Perekonomian Indonesia dan Kurs Rupiah

Saat ingin membeli gadget terbaru buat menunjang kebutuhan pekerjaan atau hanya buat meng- update lifestyle , hal pertama nan akan dipertimbangkan ialah kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Mengapa demikian? Karena mayoritas gadget keluaran terbaru, meskipun dijual dengan mata uang rupiah namun naik turunnya harga jual barang-barang tersebut bergantung pada kuat lemahnya posisi nilai tukar rupiah atau kurs rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat.

Nah, sebelum bicara lebih jauh mengenai kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, berikut akibat nilai kurs rupiah terhadap harga barang-barang di pasaran. Mari kita perdalam pengetahun mengenai kurs rupiah dan semua nan bergubungan dengan kurs rupiah.

Berhubungan dengan kurs rupiah, definisi kurs dalam global keuangan ialah perjanjian nilai tukar mata uang terhadap pembayaran masa kini dan di kemudian hari. Perjanjian tersebut terjadi di antara dua mata uang masing-masing Negara atau wilayah. Dalam bahasa nan lebih sederhana, nan dimaksud dengan “kurs” ialah nilai tukar mata uang suatu negara ketika diperdagangkan dengan mata uang negara lain.

Di Indonesia, sebagain besar harga barang-barang di pasaran nan diimpor dari luar negeri seperti misalnya produk elektronik, biasanya dibanderol dengan mata uang USD atau dollar Amerika Serikat, sehingga berlaku sistem kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Perkumpulan sangat fluktuatif. Fluktuasi kurs rupiah nan tinggi mengakibatkan ketidakstabilan harga saham dan juga kenaikan harga barang di pasaran. Kurs rupiah nan sangat fluktuatif juga menimbulkan sikap ragu para investor dan secara tak langsung nilai kurs rupiah berdampak pada penurunan kinerja bursa imbas nan bisa dimonitor dari harga sekuritas atau harga saham nan sedang terjadi, baik indeks harga saham sektoral maupun Indeks Harga Saham Gabungan.

Dari tahun ke tahun, kurs rupiah terhadap dollar Amerika Perkumpulan tercatat mengalami fluktuasi nan sangat dinamis. Berikut ini ialah beberapa data fluktuasi kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Data frukturasi kurs rupiah ini merupakan rata-rata per tahun kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

  1. 1999: 7,810 (Rupiah/ 1 USD)
  2. 2000: 8,396 (Rupiah/ 1 USD)
  3. 2001: 10,265 (Rupiah/ 1 USD)
  4. 2002: 9,260 (Rupiah/ 1 USD)
  5. 2003: 8,570 (Rupiah/ 1 USD)
  6. 2004: 8,985 (Rupiah/ 1 USD)
  7. 2005: 9,705 (Rupiah/ 1 USD)
  8. 2006: 9,200 (Rupiah/ 1 USD)
  9. 2007: 9,125 (Rupiah/ 1 USD)
  10. 2008: 9,666 (Rupiah/ 1 USD)
  11. 2009: 10,300 (Rupiah/ 1 USD)
  12. 2010: 8,920 (Rupiah/ 1 USD)
  13. 2011: 8,700 (Rupiah/ 1 USD)
  14. 2012: 8,875 (Rupiah/ 1 USD)


Kurs Rupiah dan Krismon ‘98

Fluktuasi kurs rupiah terhadap dollar Amerika Perkumpulan berkaitan erat dengan stabilitas ekonomi Indonesia. Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Perkumpulan pernah mengalami pelemahan nan luar biasa dahsyat sehingga berakibat pada kenaikan harga barang-barang produksi maupun konsumsi.

Krisis ekonomi terparah terjadi di Indonesia pada 1998. Krisis ekonomi nan sudah mulai terasa sejak tahun 1997 tersebut, awalnya dipengaruhi oleh krisis finansial Asia Tenggara. Namun, krisis tersebut dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik nan berujung pada demonstrasi besar-besaran menuntut Presiden saat itu, Soeharto buat meletakkan jabatannya.

Secara garis besar, ada 4 penyebab primer nan menjadi latar belakang terjadinya krisis ekonomi di Indonesia nan juga mempengaruhi kurs rupiah , yaitu sebagai berikut.

  1. Stok utang luar negeri nan jumlahnya sangat besar dan umumnya berjangka pendek telah menciptakan kondisi perekonomian nan tak stabil. Total utang luar negeri per Maret 1998 mencapai 138 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, 72,4 miliar dollar AS merupakan utang partikelir nan dua pertiganya merupakan utang jangka pendek. Sekitar 20 miliar utang partikelir akan jatuh tempo di tahun 1998, padahal devisa negara tingga 14,44 miliar dollar AS tersisa. Jatuhnya kepercayaan pasar terhadap rupiah membuat rupiah ditutup pada angka Rp4.850/dollar AS pada tahun 1997. Selanjutnya terus terjun bebas ke level sekitar Rp17.000/dollar AS pada 22 Januari 1998. Dengan kata lain, rupiah terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.
  1. Akibat lemahnya sistem perbankan di Indoensia, membuat hutang partikelir eksternal berdampak sistemik dan mempengaruhi kondisi perbankan dalam negeri. Akibatnya banyak bank dilikuidasi nan berdampak pada membengkaknya angka pengangguran dampak Pemutusan Interaksi Kerja (PHK).
  1. Intrik politik semakin memperkeruh kondisi perekonomian dalam negeri. Saat krisis melanda, segala kelemahan hadir sebagai kendala bagi pemerintah buat bisa mengatasi krisis. Masalah tersebut juga nan menurunkan kemampuan kelembagaan pemerintah buat bertindak secara cepat, adil, dan efektif. Dampak krisis kepercayaan tersebut, kapital nan dibawa pergi ke luar negeri tak pernah kembali.
  1. Kondisi sosial dan politik nan makin memanas dan sulit dikendalikan membuat kinerja ekonomi buat memulihkan kepercayaan pasar terhadap rupiah semakin sulit. Saat itu, langkah pemerintah menghadapi krisis ialah dengan mengendalikan laju inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah serta memperketat kebijakan fiskal.

Langkah nan kemudian diambil pemerintah buat mengatasi krisis moneter ialah dengan menandatangi kesepakatan dengan International Monetary Fund (IMF), melalui program reformasi ekonomi dengan fokus pada pemulihan kestabilan ekonomi makro dan menghapus beberapa kebijakan ekonomi nan dinilai terlalu memberatkan pemerintah, seperti subsisi BBM dan listrik.

Program Permobilan Nasional dan monopoli nan melibatkan anggota keluarga Cendana, juga turut dihapus. Meski demikian, langkah-langkah ini dinilai tak efektif menyelesaikan masalah, dan tekanan terhadap Presiden Soeharto semakin kuat, hingga akhirnya demo massal mahasiswa pada Mei 1998, sukses melengserkan Soeharto dari kursi keprisidenan.



Dampak Krisis Eropa Terhadap Perekonomian Indonesia dan Kurs Rupiah

Pada 2011, perekonomian global kembali terguncang oleh krisis Ekonomiyang terjadi di Eropa, termasuk Indonesia dengan kurs rupiahnya. Hingga februari 2012, krisis tersebut masih berlanjut, bahkan krisis utang Eropa terus berlanjut hingga ke Italia dan Spanyol.

Para pengamat ekonomi mulai memperingatkan pemerintah Indonesia buat segera mengambil langkah antisipasi, sebab akibat krisis utang Eropa terhadap perekonomian Indonesia dinilai lebih mengkhawatirkan dibandingkan krisis utang Amerika Perkumpulan terhadap Indonesia. Krisis utang nan terjadi di Eropa dan sudah mulai mempengaruhi Italia dan Spanyol, jika berlanjut menjadi krisis keuangan global, diprediksi oleh beberapa kalangan akan berdampak pada Indonesia namun hanya dalam jangka pendek.

Sejumlah ekonom juga mengatakan bahwa investasi asing secara langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) nan masuk ke Indonesia pada 2012 nilainya tak mungkin sama pada investasi tahun 2011. Kebijakan Standard & Poor’s dan Moody's Investors Service nan mengatakan adanya kemungkinan penurunan peringkat utang negara-negara Uni Eropa, dinyatakan menjadi satu dari sekian penyebab terjadinya penurunan genre kapital langsung.

Dampak krisis Eropa, menurut Acuviarta Kartabi, seorang pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan, akan tiba dan dirasakan Indonesia pada triwulan kedua tahun 2012, termasu kurs rupiah. Gejala adanya akibat krisis sudah mulai terasa, dengan salah satu indikator yaitu bank sentral sudah mulai kerepotan menjaga kurs rupiah.

Pertumbuhan ekspor juga mulai melambat. Krisis ini mungkin imbasnya tak akan separah krisis 1998. Meski demikian, pemerintah hendaknya selalu waspada dan terus menggenjot pangsa pasar domestik sebagai penangkal krisis dalam negeri.

Cara nan bisa dilakukan buat menangani krisis yaitu dengan menciptakan kekuatan ekonomi domestik. Daya serap pasar di dalam negeri dianggap begitu tinggi selama pemerintah bisa mempertahankan stabilitas harga, dan menaikan kepercayaan masyarakat. Pemerintah diperingatkan agar tak mengubah harga komoditas nan bisa menyebabkan inflasi.

Ketua Generik Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Suryo Bambang Sulisto, juga menyatakan optimis akibat krisis di Eropa dan AS terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kurs rupiah tak signifikan. Akibat nan tak signifikan tersebut sebab pertumbuhan ekonomi Indonesia nan didorong dari dalam negeri, masih jauh lebih tinggi dibandingkan dari ekspor dan impor nan mungkin terkena akibat krisis di Eropa.

Kontraksi ekonomi nan terjadi di AS dan Eropa kemungkinan akan mengakibatkan impor ke Indonesia menjadi menurun. Namun di sisi lain, ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut diprediksi tak akan terpengaruh.

Di sisi lain, pasar dalam negeri masih memiliki potensi nan besar buat digarap dan dikembangkan. Pasar dalam negeri ini diyakini bisa berperan sebagai penggerak perekonomian, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,2-6,5 persen pada 2012. Semua pihak tentu berharap Indonesia mampu menangkal krisis Eropa ini dan bahkan memperkuat diri buat membuat kurs rupiah kembali berjaya.