Penularan Rabies

Penularan Rabies

Anjing memang dikenal sebagai sahabat manusia sejak jaman dulu. Tingkah anjing nan lucu dan kesetiaannya membuat anjing menjadi salah satu hewan favorit nan banyak dipelihara orang. Namun bagi Anda pemilik anjing, sebaiknya selalu beri vaksin kepada peliharaan kesayangan Anda buat mencegahnya dari berbagai penyakit berbahaya, salah satunya rabies.

Sebuah penyakit berbahaya bukan saja sebab dapat menyebabkan kematian pada anjing nan bersangkutan, melainkan juga dapat menular pada manusia. Salah satu penyakit anjing nan tergolong berbahaya ini ialah rabies.

Jika Anda pergi ke pulau Dewata, Bali, Anda akan menemukan banyak sekali anjing nan berkeliaran bebas di jalanan. Memang masyarakat Bali getol memelihara anjing. Namun sayang, banyak dari anjing-anjing itu nan tak terurus dengan baik dan tak pernah mendapat vaksin anti rabies.

Akibatnya ketika ada sekelompok kecil anjing nan terkena virus rabies, penyebarannya ke anjing-anjing lain sangat mudah terjadi. Dan bahkan tidak sedikit manusia nan menjadi korban gigitan penyakit anjing gila ini.



Rabies dalam Literatur-Literatur Kuno

Penyakit anjing gila ini cukup populer di dunia, mengingat populasi anjing tersebar di seluruh dunia. Berbagai bangsa mengenalnya dengan berbagai sebutan. Orang Indonesia biasa menyebutnya sebagai penyakit anjing gila atau rabies.

Kata rabies diambil dari bahasa Sansekerta yaitu rabhas nan berarti bertindak keras atau jahat. Sementara orang Yunani menyebut jenis penyakit anjing ini sebagai lyssa atau lytaa nan memiliki arti gila. Sedangkan orang Jerman menyebutnya sebagai tollwut nan dapat diartikan sebagai merusak dan marah. Orang Perancis lain lagi. Mereka menyebut penyakit ini sebagai rage dari kata benda robere nan memiliki definisi menjadi gila.

Sebenarnya penyakit ini bukan barang baru. Sejarah peradaban manusia mencatat bahwa tingkah laku anjing nan mendadak sontak menjadi buas dan selalu mengeluarkan air liur hiperbola ini telah ada sejak jaman peradaban Mesopotamia sekitar 4000 tahun lampau.

Selain itu, di Babilonia catatan tentang penyakit ini diperkirakan dibuat pada sekitar 2300 SM. Pada 500 SM, Democritus, juga pernah mendeskripsikan gejala-gejala penyakit anjing gila ini nan kemungkinan besar berbicara tentang rabies.

Aristoteles bahkan juga mendeskripsikan tentang penyakit anjing gila ini pada Natural History of Animals edisi 8, bab 22, nan ditulis pada kurun waktu sekitar 400 SM. Yang dia tulis kurang lebih berkata bahwa seekor anjing tiba-tiba menjadi gila dan membuat mereka sangat militan dan selalu ingin menyerang siapapun dan apapun. Dan semua binatang maupun manusia nan terkena gigitannya akan menderita penyakit nan sama.

Tak ketinggalan, Hippocrates, Xenophon, Epimarcus, Plutarch, Virgil, Ovid, dan Horace para penulis literatur terkenal di masa lalu pernah menyebut-nyebut tentang gejala dan ciri penyakit anjing gila dalam tulisan-tulisan mereka. Seorang dokter Romawi pada tahun 1000 M, Cerdanus, pernah pula mengasosiasikan hidrofobia atau ketakutan terhadap air dengan penyakit anjing gila.

Banyaknya literatur masa lalu nan mendeskripsikan suatu penyakit pada anjing nan memiliki ciri nan mirip dengan penyakit anjing gila ini ini merupakan bukti bahwa penyakit satu ini telah ada sejak dahulu kala. Banyak pula manusia nan menjadi korban gigitan anjing berpenyakit ini dan berakibat fatal sebab dahulu anti virus buat penyakit ini belum ditemukan. Untungnya saat ini anti virus pencegah penyakit ini telah ditemukan dan dapat didapatkan dengan mudah.



Penularan Rabies

Sebenarnya virus penyakit ini tak hanya hayati pada anjing nan digunakan sebagai mediator penularan, melainkan juga dapat ditemukan pada hewan rubah, rakun, sigung, dan lain-lain tergantung kondisi geografis kawasan setempat.

Virus penyebab penyakit ini merupakan virus nan tergolong dalam keluarga Rhabdoviridae dan Lysavirus sebagai genus-nya. Ketika virus ini hayati pada suatu jenis binatang tertentu, ia akan menularkan inang melalui gigitan baik ke hewan lain maupun ke manusia. Penularan ini dapat pula dilakukan hanya dengan jilatan pada kulit nan memiliki luka terbuka.

Virus nan telah masuk ke tubuh akan menuju sumsum tulang belakang dan otak melalui jaringan saraf. Setelah itu virus akan kembali melebarkan sayap dengan menginfeksi jaringan non saraf seperti kelejar air liur dan inilah nan menyebabkan penderita ini biasanya akan memproduksi air liur hiperbola nan mengandung virus berbahaya ini.

Hewan nan terinfeksi virus penyakit ini digolongkan menjadi dua, yaitu rabies buas dan rabies tenang. Pada umumnya hewan nan terkena golongan nan pertama akan menjadi militan dan ingin selalu menggigit apapun nan ada di dekatnya. Air liurnya juga terus menetes tanpa henti, ia akan meraung-raung dan kemudian perlahan-lahan lumpuh dan akhirnya mati.

Sementara pada golongan nan kedua, seekor hewan biasanya akan bersembunyi di tempat-tempat gelap, mendapat agresi kejang-kejang, kesulitan bernafas, dan akhirnya lumpuh dan mati.

Dalam kondisi-kondisi tertentu, penularan virus ini juga dapat terjadi melalui udara meski hal ini sangat sporadis terjadi. Pernah terjadi penjelajah gua di Texas nan terserang virus ini dampak terus menerus menghirup udara nan terkontaminasi virus ini nan berasal dari jutaan kelelawar nan hayati di dalam gua tersebut.

Padahal, tak ada bekas gigitan kelelawar sama sekali pada tubuh para penjelajah gua ini. Namun, kemungkinan penularan lewat udara ini presentasenya sangat kecil, kecuali dalam kondisi ruangan pengab dan lembab seperti nan terjadi di dalam gua.



Infeksi dan Masa Inkubasi

Setelah virus menginfeksi tubuh hewan atau manusia nan terkena gigitan dari anjing penderita penyakit ini, umumnya gejalanya akan muncul 30-50 hari setelah itu. Sementara virus memerlukan masa inkubasi selama kurang lebih 10-14 hari hingga virus menyebabkan penyakit. Namun masa inkubasi pada manusia dapat terjadi selama 9 bulan.

Terdapat 4 stadium atau tahapan ketika seseorang terinfeksi virus ini, yaitu:

  1. Stadium Prodomal. Gejala nan ditunjukkan antara lain gangguan tidur, hilangnya nafsu makan, demam, pusing, dan sebagainya.
  2. Stadium Sensoris. Pada stadium ini, anjing penderita akan merasakan nyeri pada bekas gigitan. Ia akan mengalami demam tinggi, bingung, gugup, gelisah, dan akan terus mengeluarkan air liur berlebih.
  3. Stadium Sksitasi. Termin selanjutnya, penderita akan semakin mudah gelisah dan kaget. Ia juga akan mendapatkan kejang-kejang secara intens dan takut dengan udara (aerofobia), takut pada cahaya (fotofobia), dan takut pada air (hidrofobia). Pada termin ini seekor anjing cenderung akan menjadi militan dan ingin selalu menyerang sebab dia mengalami kesakitan di dalam.
  4. Stadium Paralitik. Pada termin ini, penderita mulai menurun taraf agresivitasnya sebab mulai mengalami kelumpuhan dari atas ke bawah nan berlangsung cepat. Pada akhirnya setelah mengalami kelumpuhan, kematian akan datang dengan cepat.


Rabies di Indonesia

Virus ini tercatat pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 1884 nan menginfeksi kerbau. Temuan ini didapatkan oleh Esser. Tahun 1889, penyakit pada anjing ini ditemukan oleh Penning. Kemudian pada tahun 1894, penyakit ini tercatat mulai menyerang manusia seperti kasus nan ditemukan oleh E.V de Haan. Semua inovasi tersebut tercatat ditemukan di kawasan Jawa Barat.

Kemudian, persebaran penyakit ini semakin bertambah luas di wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur seperti kasus-kasus nan tercatat ditemukan tahun 1953. Sumatera Utara juga mulai terjangkiti virus ini tahun 1958, Sumatera Selatan tahun 1959, Aceh tahun 1970, disusul kemudian Jambi dan Yogyakarta di tahun 1971.

Di Kalimantan Timur, inovasi penyakit ini tercatat tahun 1974, Riau pada tahun 1975, Kalimantan Tengah mulai ditemukan kasus rabies tahun 1978, disusul Kalimantan Selatan pada 1983. Di Pulau Flores, penyakit ini ditemukan tahun 1997. Dan terakhir, tercatat penyakit ini mulai masuk ke Pulau Ambon dan Pulau Seram tahun 2003.

Penyakit ini digolongkan penyakit berbahaya sebab selalu berujung pada kematian. Sementara itu daerah nan dinyatakan bebas dari penyakit ini oleh Menteri Pertanian tahun 1999 antara lain NTB, NTT (kecuali Flores), Maluku, Irian Jaya, Kalimantan Barat, Madura, pulau-pulau di sekitar Sumatera, Jawa Timur, DIY, dan Jawa Tengah.

Mengingat bahayanya penyakit rabies ini, maka dianjurkan agar setiap hewan peliharaan khususnya anjing mendapatkan vaksinasi buat menghindari berbagai penyakit termasuk penyakit ini. Jangan takut dengan penyakit ini, sebab jika kita memahaminya kita dapat mencegah, menghindari, dan menjaga lingkungan sekitar agar selalu sehat dan bebas penyakit.