Kerajaan Islam di Indonesia

Kerajaan Islam di Indonesia

Jauh sebelum kedatangan bangsa Portugis, di nusantara telah berdiri kerajaan-kerajaan besar. Beberapa kerajaan di Indonesia nan cukup besar ialah Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Kedua kerajaan besar tersebut menguasai jalur perdagangan laut, baik nasional maupun internasional.

Ketika kapal-kapal Portugis berlabuh di Malaka pada tahun 1509, wilayah nusantara sudah dikuasai oleh kerajaan-kerajaan Islam. Kedatangan bangsa Portugis tidak hanya buat mencari rempah-rempah. Mereka memperluas daerah jajahan serta berupaya mengkatolikkan masyarakat Indonesia. Upayanya sukses sebab sebagian wilayah Indonesia timur ialah pemeluk agama katolik dan kristen.

Sementara Portugis masih menjajah, perkembangan agama Islam di Indonesia semakin meluas. Hampir semua wilayah dikuasai oleh kerajaan-kerajaan Islam seperti Kesultanan Pereulak dan Samudera Pasai , Kerajaan Demak, Kesultanan Ternate, Kesultanan Mataram, dan Kesultanan Gowa.

Namun begitu, kerajaan Hindu masih berdiri di Pulau Bali dan sebagian Nusa Tenggara. Tujuan politik tidak hanya memperluas kekuasaan, tetapi melawan penjajah bangsa lain, yakni Portugis dan Belanda. Berdirinya kerajaan-kerajaan besar di Indonesia memengaruhi perjuangan bangsa Indonesia buat merebut kemerdekaan dari penjajah.



Kerajaan Hindu di Indonesia

Pengetahuan mengenai berdirinya kerajaan-kerajaan di wilayah Indonesia didasarkan pada prasasti batu bertulis Klasik dan Pallawa. Dari prasasti tersebut, diketahui bahwa pada tahun 400 SM - 500 M di wilayah Indonesia telah berdiri dua kerajaan Hindu nan sangat besar, yakni Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Kedua kerajaan itu merupakan kerajaan Hindu tertua nan pernah ada di Indonesia. Sektor pertanian dan perdagangan bahari menjadi tulang punggung ekonomi kedua kerajaan.

Kerajaan Kutai ialah kerajaan Hindu nan berdiri sekitar abad ke-4 di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Rajanya nan terkenal ialah Raja Mulawarman. Kerajaan Kutai mengalami kejayaan pada masa pemerintahannya. Daerah kekuasaan Kerajaan Kutai meliputi seluruh wilayah Kalimantan Timur. Pada saat itu, rakyatnya hayati dengan makmur dan sejahtera.

Kerajaan Kutai mengalami kehancuran sebab peperangan dengan Kerajaan Kutai Kertanegara. Kerajaan Kutai Kertanegara inilah nan kemudian menjadi kerajaan Islam. Peninggalan kerajaan Kutai berupa prasasti atau yupa nan menginterpretasikan Kutai dan rajanya Mulawarman.

Keberadaan Kerajaan Tarumanegara bersumber dari prasasti-prasasti nan ditemukan. Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara meliputi Prasasti Ciaruteun, Jambu, Kebonkopi, Muara Cianten, Pasir Awi, Cidanghiyang, dan Tugu. Dari prasasti itu, diperoleh keterangan bahwa kerajaan Tarumanegara dibangun oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M.

Raja nan memerintah ialah Raja Purnawarman. Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan besar dan berjaya pada masanya. Kerajaan ini menguasai perdagangan bahari selama dua abad. Daerah kekuasaannya semakin meluas ke wilayah Lampung, Indragiri Riau, serta Tumasik (Singapura).

Awal kemunduran Kerajaan Tarumanegara dimulai ketika pada tahun 414 M seorang rahib Budha bernama Fa Hsien datang ke Kerajaan Tarumanegara. Kapalnya karam di perairan Jawa dalam perjalanan pulang dari India buat membawa naskah kudus ajaran agama Budha. Menurutnya, banyak pemuka masyarakat di Jawa belum beragama.

Lambat laun, paham Budha pun semakin berkembang dan menggantikan ajaran agama Hindu. Para pemeluk agama Hindu di Jawa Barat kemudian berkembang ke daerah Jawa Tengah dan mendirikan Kerajaan Kalingga. Kerajaan Kalingga dipimpin oleh seorang ratu bernama Sima pada tahun 640 M.



Kerajaan Budha di Indonesia

Seiring dengan berkembangnya ajaran agama Budha di Indonesia, maka lahirlah kerajaan Budha pertama bernama Sriwijaya di Sumatera Selatan pada tahun 600 M. Raja terbesar dari kerajaan ini ialah Balaputeradewa. Pada masa pemerintahan Darmasetu, armada lautnya menguasai semua jalur perdagangan.

Kerajaan Sriwijaya meluaskan daerah kekuasaannya dengan sangat cepat dan sukses menaklukan daerah-daerah krusial di Selat Malaka dan Sunda. Akibatnya, Kerajaan Tarumanegara pun takluk. Seluruh Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan Pulau Mindanao di Filipina sukses ditaklukan Kerajaan Sriwijaya. Peristiwa ini dikenal dengan nama “Negara Kesatuan I”.

Tak lama kemudian, daerah kekuasaan Sriwijaya pun semakin meluas ke wilayah Indo Cina. Kerajaan Campa, Kamboja, dan Annam sukses dikuasai. Kerajaan Sriwijaya bahkan membangun biara Nagapatam dan Nalad di Thailand. Sejak saat itu, Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat kebudayaan agama Budha dan pusat perdagangan di wilayah Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu bentuk negara maritim. Kerajaan Sriwijaya menguasai perdagangan nasional dan internasional.

Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ialah Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Palas Pasemah, Kota Kapur, Rajendracolah, dan Karang Berahi. Sebagian besar rakyat kerajaan Sriwijaya ialah pelaut nan tinggal di perahu-perahu. Sebagai bukti, di daerah pesisir Melayu masih dijumpai sekelompok masyarakat nan tinggal di bahtera dan disebut sebagai orang laut.

Berdasarkan hal ini, tak ada peninggalan prasasti, candi, dan monumen megah setelah kemunduran Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan dampak perang saudara. Akan tetapi, nan menyebabkan Kerajaan Sriwijaya runtuh total ialah agresi dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1377. Sejak saat itu, daerah kekuasaan nan luas diambil alih oleh Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Budha terakhir di Indonesia dan menguasai nusantara serta dianggap sebagai salah satu negara terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia. Daerah kekuasaannya meliputi Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, bahkan mencakup Indonesia bagian timur. Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Hayam Wuruk sukses menguasai wilayah nan luas di nusantara.

Pada tahun 1336, ratu Kerajaan Majapahit nan bernama Tribhuwana Wijayatunggadewi menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih. Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa pada saat pelantikannya dengan menyebutkan rencananya akan memperluas daerah kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Karena batasan alam dan ekonomi, daerah kekuasaan Majapahit tak terpusat pada Kerajaan Majapahit tetapi, dihubungkan oleh perdagangan satu sama lain berupa monopoli oleh raja.

Hayam Wuruk merupakan raja keempat Kerajaan Majapahit nan bergelar Maharaja Sri Rajasanagara. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dibangunlah beberapa candi nan terkenal seperti Candi Panataran dan Sawentar di Blitar, Candi Tegal Wangi dan Waruwana di Kediri, dan Candi Tikus di Trowulan. Seni sastra nan terkenal ialah Arjunawijaya dan Sutasoma karangan Empu Tantular. Sampai sekarang, slogan Berbeda-beda Tunggal Ika nan diambil dari kitab Sutasoma merupakan lambang negara Indonesia.

Kemuduran Kerajaan Majapahit berawal dari kematian Hayam Wuruk pada tahun 1389. Setelah kepergian Hayam Wuruk, terjadi perselisihan antarsaudara dalam pembagian kekuasaan. Keadaan semakin memburuk, sehingga pecah perang saudara nan dikenal dengan nama Perang Paregrek nan berlangsung pada tahun 1403-1406. Pada tahun 1429, ada upaya buat mempersatukan negara kembali, namun gagal.

Akhirnya, sekitar abad ke-15, Kerajaan Majapahit sukses ditaklukan oleh Kerajaan Islam Demak. Sisa-sisa masyarakat Kerajaan Majapahit nan masih mempertahankan kebudayaan leluhurnya kemudian menepi dan melarikan diri ke Pulau Bali.



Kerajaan Islam di Indonesia

Ajaran agama Islam mulai menembus semenanjung tanah Arab seperti Syiria, Mesir, dan Persia pada masa kekuasaan khalifah ke II, Umar bin Khatab. Ketika Umar bin Abdul Aziz dari dinasti Ummayah berkuasa pada tahun 717 M - 720 M, para ulama Islam mulai mengajarkan agama Islam ke tanah Parsi dan Gujarat, India.

Dari Gujarat India dan Parsi inilah, ajaran agama Islam masuk ke Indonesia melalui kota-kota dagang di pantai timur bahari Sumatera seperti Samudera Pasai dan Perlak. Kota-kota pelabuhan tersebut merupakan pintu masuk dari Selat Malaka nan letaknya sangat strategis dan menjadi kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Kerajaan Islam pertama di Indonesia ialah Kerajaan Peureulak nan berdiri pada tanggal 1 muharam 225 H di Aceh. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah merupakan raja pertama nan memimpin Kerajaan Peureulak. Ibu kotanya terletak di Bandar Khalifah.

Sebelumnya, Kerajaan Peureulak dipimpin oleh raja-raja Siam dan bukan beragama Islam. Setelah Kerajaan Pereulak, muncul kerajaan bercorak Islam lain seperti Kerajaan Samudera Pasai (433 H atau 1042 M), Kerajaan Beunua (753 H atau 1353 M), Kerajaan Jaya dan Darussalam (601 H atau 1205 M), serta Kerajaan Pidier (811 H atau 1408 M).

Ajaran agama Islam masuk ke tanah Jawa melalui perdagangan, sekitar awal abad ke-15. Orang-orang nan berperan menyebarkan agama Islam di Jawa disebut dengan wali. Ada 9 orang wali nan berperan menyebarkan agama Islam, yakni Syeh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel Denta, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Murya, Sunan Gunungjati, dan Sunan Drajad.

Alasan agama Islam mudah diterima masyarakat Jawa sebab tak adanya pembagian status dalam masyarakat. Bentuk penyebaran agama Islam dilakukan melalui perdagangan, perkawinan campuran, dan pertunjukkan wayang nan bercerita tentang ajaran-ajaran Islam.

Proses Islamisasi nan berlangsung di tanah Jawa semakin berkembang hingga membentuk kekuasaan politik dengan munculnya kerajaan Islam pertama di sana, yaitu Kerajaan Demak. Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1481 di Demak, Jawa Tengah. Kemudian, muncul Kerajaan Pajang tahun 1568 dan Kerajaan Mataram pada tahun 1586. Berdirinya kerajaan Islam di Jawa mempercepat runtuhnya kekuasaan Kerajaan Majapahit nan masih memeluk agama Hindu-Budha.

Kerajaan Demak sukses merebut daerah kekuasaan Kerajaan Majaphit hingga ke timur dan berbagai daerah pertanian nan fertile di Pulau Jawa. Setelah itu, Kerajaan Demak semakin luas mencapai Tuban, Gresik, Surabaya, Madura, Cirebon, Banten, dan Jayakarta. Pada abad ke-16, Kerajaan Demak telah sukses menguasai Pulau Jawa.

Seiring dengan perkembangannya, agama Islam semakin tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia. Lebih dari 90% penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Bahkan, Indonesia merupakan negara di global nan penduduknya memeluk agama Islam terbesar. Dari sejarah keberadaan kerajaan di Indonesia sejak masa Hindu, Budha, maupun Islam, maka patut berbanggalah kita sebagai bangsa Indonesia. Bangsa nan kaya dengan keanekaragaman budaya .