Prinsip Merawat Diri

Prinsip Merawat Diri

Rumah, merupakan salah satu loka nan paling sinkron buat proses pemberian terapi anak autis. Sebab, rumah merupakan sebuah loka dimana anak nan memiliki kebutuhan spesifik itu dapat mendapatkan afeksi seutuhnya dari orang tua. Di sini pula, mereka akan memiliki kesempatan buat dapat mencurahkan segala keinginan mereka demi ketenangan diri mereka.

Meski demikian, tak semua orang memiliki kemampuan menjalankan program terapi anak autis di rumah. Ada banyak alasan mengapa hal ini dapat terjadi. Diantaranya ialah rasa tak percaya diri sebab tak memiliki kemampuan dalam proses pendidikan, terutama bagi anak nan memiliki kebutuhan spesifik sebagaimana anak penyandang autis.

Alasan lain, mengapa tak banyak orang nan melakukan terapi anak autis di rumah ialah ketiadaan waktu dan masalah kesabaran. Kedua hal ini biasanya nan paling menjadi alasan utama, mengapa keluarga nan memiliki anggota penyandang autis lebih memilih menitipkan pendidikan pada sebuah forum tertentu.

Padahal, melakukan terapi anak autis di rumah pada dasarnya tak terlalu sulit dan merupakan terapi paling efektif. Yang diperlukan sebagai dasar melakukan terapi ini ialah kesabaran dan ketelatenan. Karena seorang penyandang autis biasanya memiliki karakter nan tak sama sebagaimana orang lain pada umumnya. Meski demikian, autis tak sama dengan penyakit jiwa nan menyebabkan masalah jiwa seperti gila. Autis hanyalah sebuah kondisi, dimana seseorang akan hayati dalam dunianya sendiri, meski sedang berada dalam sebuah lingkungan.



Melakukan Terapi Anak Autis

Dalam melakukan terapi anak autis di rumah, pihak keluarga terutama orang tua harus memiliki beberapa pengetahuan mendasar. Yang paling primer diketahui ialah pengetahuan orang tua mengenai metode nan akan digunakan dalam proses terapi tersebut. Selain itu, sine qua non pengelolaan proses terapi nan berkaitan dengan supervisi serta pembinaan terapis.

Selain itu, dalam proses terapi di rumah harus tersedia ruangan nan bebas distraksi, serta memiliki suhu sejuk dengan penerangan nan baik. Perlu pula disediakan beberapa peralatan misalnya meja serta kursi anak.

Siapkan pula beberapa alat peraga serta beberapa alat nan mendukung latihan motorik serta sensoris sinkron dengan materi nan akan disampaikan. Penilaian proses terapi secara berkala, sangat krusial dilakukan buat mengetahui perkembangan proses terapi tersebut.

Bila kita ingin menyewa terapis buat mendidik di rumah, kita perlu menyiapkan dana guna membayar dua atau tiga orang terapis. Jangan lupa, pilihlah terapis nan sudah memiliki reputasi bagus atau kita mendapatkan rekomendasi dari sumber nan dapat dipercaya.

Apabila semua kondisi di atas sudah sukses disiapkan, maka program terapi anak autis di rumah dapat diselenggarakan dengan baik. Namun bila tak semua syarat tersebut dapat dipenuhi, akan lebih baik jika proses terapi dilakukan dengan dua sistem. Yaitu dengan melakukan terapi di forum terapi khusus, sedangkan terapi lanjutan dapat dilakukan di rumah.



Kemampuan Merawat Diri

Para penyandang autis, tak dapat sepanjang waktu diberikan pendampingan. Hal ini sebagai upaya buat menciptakan kemandirian pada diri mereka, sehingga dapat mengurus diri sendiri tanpa harus tergantung dengan orang lain.

Dengan memberikan pelatihan perawatan diri ini, diharapkan para penyandang autis dapat mencapai tujuan seperti :

  1. Mampu menyelesaikan berbagai kebutuhannya sehari-hari secara mandiri.
  2. Menciptakan rasa percaya diri, sebab tak harus bergantung pada orang lain.
  3. Mempunyai Norma buat hayati tertib serta teratur.
  4. Mampu menjaga kebersihan serta kesehatan badannya.
  5. Mampu beradaptasi dengan lingkungan pada kondisi serta situasi dimana mereka berada.
  6. Mampu menjaga diri sendiri serta terhindar dari kondisi nan dapat membahayakan.


Prinsip Merawat Diri

Dalam proses melatih anak autis buat merawat diri mereka sendiri, orang tua harus pula memperhatikan beberapa hal sebelum mereka mempraktekkannya pada anak nan menyandang autis. Beberapa hal tersebut antara lain :

  1. Orang tua harus mengenali serta mau menerima kondisi anak mereka, sehingga dapat merancang beberpaa program nan efektif.
  2. Memperhatikan kemampuan anak dalam mendapatkan program latiha.
  3. Belajar dalam kondisi santai dengan perintah nan tegas tanpa keraguan tanpa harus menyebabkan ketegangan pada anak.
  4. Antara pengajar dan orang tua harus menggunakan instruksi nan seragam sehingga anak tak mengalami kebingungan.
  5. Ketika melakukan berbagai aktivitas, hendaknya diiringi dengan percakapan serta menggunakan kata nan sederhana.
  6. Latihan harus disampaikan dengan sederhana dan dalam waktu singkat serta bertahap.
  7. Latihan dimulai dari hal nan paling mudah.
  8. Berdisiplin pada aturan, serta tak membuat defleksi atas mufakat nan sudah dibuat. Karena setiap defleksi dapat menyebabkan anak penyandang autis merasa bingung.
  9. Berikan motivasi apabila anak mengalami kegagalan, serta pujilah buat setiap keberhasilan nan dicapainya.
  10. Tidak perlu berkecil hati apabila anak melakuan kesalahan, sebab hal tersebut sangat wajar dalam proses belajar. Yakinlah, bahwa anak autis akan dapat hayati lebih baik dan mampu menjaga dirinya sendiri.
  11. Fleksibel. Jangan pernah bersikap kaku dalam menghadapi sebuah keadaan sebab kekuan akan dapat menimbulkan kekacauan.


Ruang Lingkup Perawatan Diri

Dalam proses perawatan diri seorang anak autis, terdapat beberapa ruang lingkup nan harus diajarkan pada mereka. Dimulai dari hal nan sederhana dan berkaitan dengan kebutuhan pribadi mereka. Misalnya dimulai dengan mengajarkan cara mencuci tangan dan mencuci muka nan dilanjutkan dengan cara menggosok gigi.

Anak penyandang autis juga harus mulai dikenalkan dan diajarkan cara mandi dan membersihkan badan dengan baik. Seperti melakukan keramas rambut dan juga cara menggunakan kamar kecil atau WC buat buang air besar.

Penyandang autis harus pula dikenalkan dengan tata cara makan dan minum. Misalnya bagaimana makan dengan menggunakan tangan atau sendok, minum memakai cangkir, gelas dan juga sedotan. Dalam hal tata cara berpakaian, seorang penyandang autis harus diajari bagaimana menggunakan pakaian, termasuk baju dalam. Mereka perlu pula diberikan pengetahuan mengenai cara menggunakan baju, kaos, celana, rok, kemeja dan juga kaos kaki serta sepatu.

Untuk anak perempuan nan menyandang autis, mereka harus pula diberikan pendidikan tentang ketrampilan berhiasa diri. Misalnya bagaiman cara menyisir rambut, menggunakan bedak serta memakai aksesoris. Hal ini sinkron dengan kodrat mereka sebagai kaum perempuan nan lekat dengan kegiatan bersolek.

Guna menjaga diri dari hal nan membahayakan, penyandang autisme harus diberikan informasi mengenai cara menjaga keselamatan diri. Misalnya bagaimana bersikap pada benda nan tajam atau runcing. Selain itu, terhadap kondisi lalu lintaas, misalnya ketika berjumpa dengan kendaraan. Mereka juga harus diberikan pengetahuan mengenai benda barah dan listrik, serta ditunjukkan beberapa jenis binatang nan membahayakan.



Masa Terapi

Meski banyak nan menyebutkan masalah autisme tak dapat disembuhkan, namun dengan melakukan terapi kita dapat menjadikan penyandang autis ini hayati seperti orang normal lainnya. Proses terapi nan dilakukan sejak dini, sangat mungkin menjadikan penderita autis hayati normal. Hal ini dapat didapatkan jika proses terapi autis ini dilakukan sejak anak berusia 18 bulan, dimana pada usia tersebut perkembangan otak seorang anak akan tumbuh dengan pesat. Sehingga memudahkan mereka dalam menangkap semua informasi nan masuk dari luar.