Cerita Rakyat Sebagai Media Pendidikan Anak Sekolah

Cerita Rakyat Sebagai Media Pendidikan Anak Sekolah

Cerita dewasa anak sekolah merupakan cerita nan tokohnya orang dewasa, tetapi kisahnya mengandung pesan moral nan baik buat anak. Banyak cerita dewasa anak sekolah nan telah diterbitkan juga diangkat ke layar lebar. Berikut ini satu contoh cerita dewasa anak sekolah nan berasal dari Sumatera Selatan.



Sayembara Tidur

Sejak kecil Sembesat tinggal bersama neneknya. Mereka menempati gubuk kayu di tepi hutan. Orangtua pemuda berbadan kekar itu telah lama meninggal. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Sembesat dan neneknya berkebun serta menangkap ikan di sungai. Sembesat mahir membuat jala dan bubu. Para tetangga juga sering minta dibuatkan jala dan bubu dengan imbalan sekadarnya.

Suatu hari, Raja mengadakan sayembara tidur. Sembesat minta ijin pada neneknya buat mengikuti sayembara itu. Nenek dan Sembesat menyiapkan segala perbekalan buat pergi ke kota kerajaan. Sebelum tidur, Sembesat berdoa, memohon agar perjalanannya esok hari lancar, tanpa hambatan.

Pagi-pagi sekali Sembesat pergi. Ia membawa serta tali temali dan bilah-bilah bambu. Ia akan tetap merajut jala dan membuat bubu di mana pun ia berada. Sampai di kota kerajaan, Sembesat bergabung dengan ratusan pemuda peserta sayembara. Mereka begitu konfiden akan menang, sedangkan Sembesat menyerahkan hasilnya pada Tuhan Yang Kuasa.

Sayembaranya sangat mudah. Peserta hanya diminta tidur sinkron Norma masing-masing. Saat tidur dan bangun Dewan Juri akan menilai. Siapa nan tidurnya paling baik, akan diangkat menjadi pegawai istana.

Raja menabuh gong sebagai tanda dimulainya sayembara. Para peserta mulai berbaring dengan posisi ternyaman. Berbagai cara mereka lakukan. Ada nan tidur telentang, ada nan tidur sambil melek. Ada nan mendengkur dan lain sebagainya.

Berbeda dengan peserta lainnya, begitu gong berbunyi Sembesat langsung merajut jala. Tak lama kemudian dia mengambil bilah-bilah bambu buat membuat bubu. Setelah semuanya selesai barulah Sembesat mempersiapkan diri buat tidur Sembesat mencuci tangan, kaki, dan membasuh mukanya. Setelah berdoa barulah Sembesat tertidur dengan pulasnya.

Menjelang subuh Sembesat bangun. Ia melaksanakan salat subuh, sementara peserta lainnya masih terbuai mimpi. Selesai shalat, Sembesat berdoa mohon konservasi Yang Kuasa dari segala marabahaya.

Karena Sembesat dianggap bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, masih sempat mengerjakan pekerjaan nan belum selesai, membersihkan diri dan berdoa sebelum tidur, serta bangun sebelum waktu subuh agar dapat shalat tepat waktu, Sembesat keluar sebagai pemenang. Ia berhak atas sejumlah emas dan mendapat tawaran bekerja di istana. Sembesat gembira, Norma sebelum dan bangun tidurnya ternyata membawa berkah.

Dari cerita tersebut, banyak pesan moral nan bisa diambil oleh anak-anak sekolah. Salah satu pelajaran nan bisa diambil ialah disiplin waktu dan kerja keras. Sebagai anak sekolah, disiplin waktu dan kerja keras bisa mendatangkan keberhasilan, terutama dalam menuntut ilmu di sekolah. Dan, jangan lupa buat tetap berdoa pada Tuhan agar selalu diberikan kemudahan dan perlindungan.



Cerita Rakyat Sebagai Media Pendidikan Anak Sekolah

Cerita rakyat nan ada di Indonesia banyak sekali macamnya. Meskipun cerita rakyat itu banyak jenisnya dan dari berbagai macam daerah, tapi semuanya sama sebab isi ceritanya selalu memberikan pesan moral bagi pembacanya.

Cerita rakyat biasanya berupa folklor sebab zaman dahulu belum ada media tulis buat menulis sebuah cerita. Di Indonesia, kebudayaan folklor sudah ada sejak zaman dahulu kala.

Istilah folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folk, nan berarti sekelompok nan mempunyai tanda pengenal berupa fisik, sosial, dan kebudayaan buat membedakannya dengan kelompok lain, dan lore , nan berarti tradisi dari tanda pengenal tersebut.

Jadi, folklor ialah bagian dari kebudayaan nan disebarkan dan diwariskan kepada generasi mudanya dengan cara tradisional, baik dalam bentuk lisan atau dalam bentuk isyarat dengan menggunakan alat bantu isyarat.

Untuk itu, folklor merupakan istilah generik nan dipakai sebagai aspek secara holistik buat aspek material, spiritual, dan verbal dari suatu kebudayaan nan dengan cara pengamatan dan peniruan nan disampaikan secara moral.

Folklor nan ada di Indonesia tak dikenal begitu saja. Ada beberapa hal nan membuat folklor tersebut bisa dikenal di lingkungan masyarakat luas. Untuk itu, folklor mempunyai ciri-ciri dalam penyebarannya, yaitu sebagai berikut.

  1. Folklor dalam penyebaran dan pewarisannya dilakukan dengan cara lisan, yaitu melalui lisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi selanjutnya.
  1. Folklor bersifat tradisional, yaitu dalam penyebarannya nisbi berbentuk tetap atau dalam bentuk standar.
  1. Folklor dalam perkembangannya mempunyai versi nan berbeda-beda. Hal tersebut terjadi sebab cara penyebarannya secara lisan, sehingga mudah mengalami perubahan, tapi bentuk dasarnya tetap bertahan.
  1. Folklor itu bersifat anonim, yaitu tak ada nan mengetahui siapa nan menciptakan folklor tersebut.
  1. Folklor mempunyai bentuk nan berpola-pola dan memiliki kata-kata pembuka nan khas buat sebuah folklor.
  1. Dalam kehidupan kolektif, folklor mempunyai kegunaan sebagai alat buat mendidik, kritik sosial, dan curhatan hati nan terpendam.
  1. Folklor itu bersifat pralogis, yaitu isi folklor tersebut memiliki logika sendiri nan tak sinkron dengan logika manusia pada umumnya, terutama folklor lisan.
  1. Folklor itu milik bersama dari sebuah masyarakat tertentu.
  1. Folklor biasanya bersifat lugu dan polos, sehingga sering kali folklor terlihat kasar atau bahkan terlalu sopan sebab cerminan jati diri manusia nan jujur.

Cerita rakyat merupakan salah satu warisan budaya Indonesia, yaitu cerita folklor. Kita harus menjaganya, seperti kebudayaan lainnya. Apabila tak dijaga dan dilestarikan, maka kebudayaan tersebut lama-lama akan hilang dan punah.

Apabila cerita rakyat tersebut tak diteruskan kepada para generasi muda negeri ini, maka anak turun kita tak akan pernah mengetahui cerita rakyat nan ada di nusantara ini.

Banyak cara nan bisa dilakukan buat melestarikan cerita rakyat tersebut, salah satunya ialah dengan dibukukan dan diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Akan tetapi, sebab kehadiran buku cerita dari luar, membuat buku cerita rakyat terlupakan.

Untuk itu, perlu adanya taaruf dan pelestarian dari semua pihak. Dari pihak penerbit, buku cerita rakyat tersebut harus dikemas semenarik mungkin agar tak kalah saing dengan buku cerita dari luar.

Selain itu, dari pihak orang tua dan guru juga berperan krusial dalam memperkenalkan cerita rakyat kepada para muridnya. Apabila orang tua tak bisa memperkenalkan cerita rakyat pada anaknya, maka pihak sekolah bisa membantu memperkenalkan cerita rakyat kepada para muridnya.

Dari buku-buku pelajaran nan ada ceritanya, bisa dicantumkan cerita rakyat Indonesia. Perpustakaan sekolah atau daerah juga bisa membantu memperkenalkan cerita rakyat dengan menyediakan buku-buku cerita rakyat.

Dengan cara-cara seperti itu, cerita rakyat nusantara bisa diperkenalkan kepada para generasi penerus dan bisa dinikmati sampai kapanpun, bahkan bisa diperkenalkan di kancah internasional.

Buku merupakan sebuah bacaan nan bisa menambah wawasan kita. Dengan membaca buku, kita akan merasa bahwa pengetahuan kita bertambah. Buku apa pun itu, baik fiksi atau non-fiksi, tetap mempunyai manfaatnya.

Selain menambah wawasan, buku juga bermanfaat sebagai media hiburan. Bagi orang nan sedang jenuh dan bosan, bisa menghilangkannya dengan membaca buku favoritnya.

Memanfaatkan waktu luang dengan membaca buku juga itu baik bagi kita. Dari pada diam atau melakukan hal nan kurang penting, lebih baik membaca buku favorit kita. Akan tetapi, hal tersebut tak bisa dilakukan bagi orang nan tak hobi membaca atau mengoleksi buku. Faktor harga buku juga bisa mempengaruhi seseorang malas membaca buku.

Di Indonesia, harga buku masih terbilang mahal dibandingkan dengan kondisi perekonomian sekarang. Meskipun penerbitan buku semakin banyak dan buku nan dikeluarkan banyak juga, itu tak mengubah harga bukunya.

Hal tersebut menjadi penghambat bagi orang nan ingin membeli buku, tapi tak mempunyai biaya nan cukup. Meskipun fasilitas perpustakaan di setiap daerah sudah ada, tapi terkadang di perpustakaan tersebut tak lengkap koleksi bukunya. Buku favorit nan ingin dibaca tak ada.

Sebenarnya, kita bisa mengoleksi buku favorit tanpa mengeluarkan biaya nan besar, yaitu dengan mengunjungi toko buku bekas. Buku bekas nan dibeli tentunya nan masih bisa dibaca isinya. Kita dapat menyampul buku bekas tersebut, sehingga tampak lebih rapi dan baru. Jadi, hobi mengoleksi buku favorit dapat dimulai tanpa hambatan.

Untuk itu, peran perpustakaan sangat krusial dalam meningkatkan program getol membaca bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi anak-anak bangsa. Getol membaca bisa dimulai dengan adanya fasilitas utama, yaitu buku itu sendiri.

Perpustakaan sekolah atau perpustakaan generik bisa menyediakan buku-buku bacaan bagi masyarakat nan kurang mampu buat membeli buku sebab harga nan nisbi mahal. Begitu juga dengan anak-anak nan ingin menikmati buku cerita rakyat bisa membacanya di perpustakaan sekolah atau perpustakaan umum.

Buku cerita dewasa anak sekolah nan banyak beredar terkadang tak sinkron dengan kebiasaan nan berlaku di Indonesia. Untuk itu, cerita rakyat buat kalangan anak sekolah bisa menjadi bahan bacaan mereka nan bisa memberikan nilai positif bagi mereka. Semoga bermanfaat.