Tips Melatih Cinta

Tips Melatih Cinta

Seberapa pentingkah spiritual parenting ? Kita dapat melihatnya dalam contoh berikut. Dalam sebuah kesempatan, seorang ayah membuka buku harian sang anak nan duduk di bangku kelas 3 SMP. Ayah tersebut terkejut ketika melihat sebentuk nada protes dalam buku tersebut.

Sang anak tak menyukai pelajaran bahasa Indonesia dan menulis, "Hentikanlah pelajaran nan tak menyenangkan itu. Kami bersekolah buat menjadi calon pemenang olimpiade Matematika, Fisika, atau Biologi". Sang Ayah menghela nafas panjang, menyadari ada nan hilang dalam sosok anak kebanggaannya, yaitu penghargaan atas segala ilmu.

Secara tak langsung, anak dalam kisah tersebut ialah tipe anak nan terdidik dalam iklim penuh persaingan dan penuh keinginan menyingkirkan sesuatu. Iklim pelamar pekerjaan nan membutuhkan uang sebagai pengakuan hidupnya.

Sang anak tidak lebih dari para remaja nan tergila-gila pada iklan produk eksklusif dan tidak mau hayati jika tidak memakai produk tersebut. Memang sporadis ada olimpiade bahasa. Lomba puisi pun dianggap sebagai acara kampungan daripada mengerjakan tes Matematika.

Penggunaan otak kiri anak, mempelajari hal-hal berkaitan logika, dewasa ini bisa disebut sudah terlalu berlebihan. Anak kita tak dididik sebagai pelajar, tetapi sebagai pekerja, nan ujung-ujungnya kelak, nilai hidupnya ditentukan dengan uang. Sebegitu parahkah kondisi anak kita atau kondisi kita sebagai orang tua?



Ironi "Pembunuhan" Karakter Anak

Bayangkanlah Anda sebagai anak usia sekolah. Ketika ia pulang setelah belajar mati-matian, ibunya sibuk di kantor entah buat apa. Sang ayah demikian pula, nan dihadapinya hanya rumah kosong, pembantu, atau orang tua (jika di rumah) nan tak merasa perlu bertanya ada kejadian apa di sekolah, buat sekadar meyakinkan sang anak tak berjuang sendirian.

Dengan cueknya orang tua, sang anak terdidik merasa harus membuktikan eksistensinya agar orang tua bangga. Apakah bukti eksistensi nan mungkin didapatkan oleh anak kecil? Rangking paling tinggi di kelas atau mendapat nilai bagus dalam pelajaran-pelajaran nan sukar (Matematika, Fisika, Kimia).

Bukti itulah nan mereka kejar. Bahkan, tanpa sadar kita telah "membunuh" anak sendiri dan menjadikan mereka robot nan harus memuaskan keinginan orang tua agar sang anak menjadi orang hebat. Tidak dipungkiri juga bahwa terkadang orang tua hanya melihat pada hasil terakhir atas usaha si anak.

Hal ini akan semakin diperparah apabila orang tua memiliki anak lebih dari satu. Kemungkinan nan terjadi ialah 'membandingkan kecerdasan' anak nan satu dengan nan lain, atau 'tidak/ belum menyadari' kemampuan masing-masing anak. Sehingga, nan perlu diwaspadai ialah bagaimana anda memposisikan diri sebagai orang tua agar 'karakter pada anak' tak mati.

Ketika melihat pendapat di atas, agak merinding juga men-judge karakter anak dapat terbunuh. Tetapi, ini memang sahih adanya. Beberapa orang tua nan 'sadar' akan pendidikan karakter bagi anak berpendapat bahwa hal nan paling menentukan keberhasilan anaknya di masa depan ialah nan berkaitan dengan kepercayaan diri, tanggung jawab, kerja sama, bahkan kejujuran.

Sayangnya, tak banyak orang tua nan memiliki argumen demikian. Melihat keadaan nan demikian, sangat disayangkan sekali bukan? Ternyata, 'karakter' seorang anak memang sangat krusial agar motivasi dalam diri mereka terasah. Penekanannya ialah orang tua harus membentuk karakter anak sejak dini.



Pendidikan Spiritual

Sebelum berdiri pada titik spiritual parenting, karakter anak perlu ditanamkan terlebih dulu. Sine qua non kata 'lolos' di titik pengembangan atau pendidikan karakter anak baru dapat menerapkan apa itu spiritual parenting. Ada juga nan berpendapat bahwa spiritual parenting harus diimbangi dengan pendidikan karakter anak.

Pendidikan karakter sendiri mencakup masalah pengetahuan moral, perbuatan moral, serta perasaan tentang moral. Dapatkah anak menguasai tiga hal tersebut? Sangat mungkin sekali. Anda sebagai orang tua harus berperan dalam memberi contoh perkataan maupun contoh riil perbuatan agar anak anda ber'karakter'. Bagian nan tidak boleh dilupakan ialah apa nan disebut berkarakter itu sendiri. Berkarakter dapat disamakan dengan anak nan bermoral.

Terkadang, kita melupakan bahwa di samping otak kiri, terdapat pula otak kanan nan dilatih dengan mempelajari hal-hal di luar logika, nan berkaitan dengan seni. Di samping pendidikan sekolah nan melelahkan (hampir 8 jam anak kita bersekolah, sedangkan kadang orang tua bekerja hanya 6 jam), ada pendidikan spiritual.

Perlu diingat bahwa pendidikan spiritual bukan hanya mengajarkan anak sembahyang atau membaca kitab suci. Kenyataannya ialah masih banyak anak nan dapat sembahyang atau menguasai pendidikan agama, tetapi tak bermoral. Kedua hal tersebut hanyalah dasar agar anak kita bisa menumbuhkan "cinta", hal nan paling esensial dalam pendidikan spiritual. Lalu, bagaimana melatih cinta?



Tips Melatih Cinta

Ada beberapa tips melatih "cinta" atau kepekaan anak Anda.

1. Seringlah mengucapkan kata terima kasih, maaf, dan tolong bantu ayah atau ibu.

Dengan ucapan ini, anak anda akan merasa lebih dihargai. Tidak perlu menunggu anak melakukan sesuatu, anda dapat memanipulasi sendiri agar anak peka terhadap apa nan anda lakukan. Di samping itu, tiga kata ini juga bisa dikategorikan sebagai kata nan memotivasi anak agar anak bisa mengulangi perbuatannya saat kata tersebut didengar dari orang lain.

Penggunaan kata tersebut juga sangat membantu Anda buat berbicara secara langsung tanpa harus bertele-tele atau berbelit-belit. Karena terkadang, anak merasa gengsi mengatakan hal tersebut saat berada di lingkungan sosial lainnya (selain keluarga).

2. Menunjukkan kepedulian Anda kepada anak.

Anak memiliki banyak sekali sikap maupun emosi dan terkadang belum diketahui oleh orang tua. Jangan menyangka ketika anak berdiam diri sepulang sekolah, ia benar-benar ingin berdiam diri. Siapa tahu ia ingin meledakkan kemarahan, tetapi tak ada loka buat meluapkannya.

Introspeksi diri Anda ketika anda akan menunjukkan kepedulian pada anak. Karena sikap nan nantinya anda tunjukkan belum tentu sinkron dengan keinginan anak. Diharapkan ada pendekatan terlebih dahulu dengan aksi sering bercengkerama dengan anak anda. Apabila anda tak memiliki waktu saat anak ada sudah di rumah, berbincang lewat telepon juga sangat membantu.

3. Hargailah usahanya walaupun sedikit dan mengingatkan anak ketika salah.

Seperti halnya bagian pertama menumbuhkan cinta dari anak, menghargai usaha anak tak juga disampaikan melalui kata-kata. Anda dapat menyampaikannya dengan pemberian reward atau hadiah nan saat itu diinginkan anak. Dengan demikian, anak merasa bahwa tindakannya benar.

Ada kalanya anak melakukan kesalahan demi protes atau meminta perhatian. Sekali kita tak mengingatkan, dapat jadi anak menganggapnya sebagai "izin". Sehingga, jangan kemudian membiarkan anak saat salah.

Memberi hukuman bukan sesuatu nan jelek ketika dilakukan berdasarkan konsep nan tepat. Hukuman hanya boleh diberikan ketika dalam keadaan terpaksa. Dimaksudkan di sini ialah ketika anak Anda sudah tak mempan lagi diperingatkan dengan nasihat. Jika sudah begini, masih ada ketentuan lain menyangkut pemberian sanksi. Sebaiknya saat memberi sanksi, Anda tak dalam keadaan marah. memberi pengertian buat mengidentifikasi juga membuat anak mampu memilah mana nan dapat dilakukan kembali dan mana nan bukan.

Pemberian hukuman juga tak boleh mempermalukan anak. Misalnya ialah menghukum anak Anda dengan disaksikan ayah atau saudara-saudaranya. Hal ini akan membuat anak anda semakin tertekan. Perlu diingat! Anak menyerap semua reward dan hukuman nan Anda berikan. Penghargaan nan kecil tetapi melegakan anak akan selalu diingat oleh anak Anda daripada hukuman nan kecil tetapi membuat anak Anda tak percaya diri lagi buat melakukan sesuatu. Hukuman merupakan pilihan terakhir saat Anda tak menemukan alternatif lain ketika mengingatkan anak saat anak berbuat salah.

4. Membentuk suasana nan hangat.

Langkah pertama dalam bagian ini ialah dengan menunjukkan sikap nan baik kepada suami atau istri Anda. Meskipun Anda suka menasihati anak, kalau Anda tak menghargai suami atau istri, anak pun tidak peduli dengan nasihat Anda. Anda ialah teladan pertama nan akan ditiru perbuatannya. Sehingga, yakinkan diri Anda juga bahwa anak Anda tak boleh dan tak akan gagal dalam meniru semua konduite Anda.

Hubungan emosional dengan anak merupakan kunci kesuksesan tahapan ini. Ikhlas menjalankan peran sebagai orang tua dinilai ampuh supaya sukses dalam menciptakan kondisi penuh cinta dan kasih sayang. Sediakan waktu buat memberikan perhatian lebih pada anak-anak Anda. Menceritakan dongeng-dongeng tentang akhlak juga sangat membantu dalam menciptkan suasana nan hangat. Sentuhan fisik kepada anak memberikan imbas nan begitu bagus buat mereka. Misalnya saja ketika anak sakit, diharapkan Anda menemaninya, mengelus kepalanya, memberikan pijatan.

5. Jangan ajarkan dia membenci sesuatu atau iri berlebihan.

Cara paling ampuh buat tips ini ialah mendekatkan anak pada Tuhan; bersembahyang dan membaca kitab suci. Anda sangat berhak marah jika anak tak bersembahyang, tetapi Anda tak berhak marah kalau anak mendapat nilai jelek. Tidak bersembahyang berarti melahirkan kebencian, nilai buruk masih dapat diperbaiki jika tak ada tekanan. Anak seringkali membanggakan orang tuanya dengan cara nan tak Anda sadari. Karena itu, setiap pembelajaran krusial dari Anda akan secepatnya diserap dan ditiru buat kemudian mereka terapkan di masa depannya.

Setelah Anda bisa menerapkan tips spiritual parenting di atas, akan ada hasil akhir nan bisa memuaskan Anda sebagai orang tua. Anak-anak dengan kesiapan karakter kuat akan menjadi generasi nan ampu menerima tantangan. Tidak ada lagi kata 'anak dipersiapkan buat menjadi pekerja nan hanya berorientasi pada uang'. Mereka akan bertanggung jawab, menjaga kebersihan atau kesucian hatinya, dan pergaulan nan positif.