Cerita Rakyat Bahasa Jawa dari Daerah Gunung Bromo : Asal usul Masyarakat Tengger

Cerita Rakyat Bahasa Jawa dari Daerah Gunung Bromo : Asal usul Masyarakat Tengger

Anda niscaya sudah pernah membaca beraneka cerita rakyat dari Jawa seperti Timun Mas, Roro Jonggrang, Jaka Tarub, Bandung Bondowoso dan lain-lain. Namun pernahkah Anda berpikir mengapa cerita rakyat bahasa Jawa banyak mengandung unsur mistis? Untuk menjawabnya ada baiknya Anda mengetahui latar belakang cerita rakyat tersebut.

Latar Belakang Cerita Rakyat Bahasa Jawa

Bahasa Jawa memang berasa dari Pulau Jawa, daerah nan memilki banyak legenda dan cerita rakyat bahasa Jawa. Dari berbagai cerita rakyat nan dituturkan secara turun temurun hingga saat ini, banyak dipenuhi dengan unsur mistis, serta kepercayaan manusia tentang adanya makhluk halus seperti hantu-hantu, arwah roh leluhur nan memiliki kekuatan mistik dan supra natural.

Selain itu banyak pula cerita rakyat bahasa Jawa nan berlatar belakang alam pegunungan lengkap dengan segala macam unsur gaibnya. Jadi ada hubungan nan konkret antara cerita rakyat bahasa Jawa, kehidupan alam di pegunungan dan kepercayaan terhadap makhluk mistik nan memiliki kekuatan supra natural.

Kepercayaan akan global mistis nan banyak menghinggapi cerita rakyat bahasa Jawa tersebut disebabkan latar belakang masyarakat Jawa nan merupakan penganut animisme dan dinamisme dari zaman prasejarah.

Mereka kemudian menjadi pemeluk agama Hindu/Budaha dari zaman kerajaan Hindu/Budha sebelum akhirnya menjadi seorang muslim. Itulah sebabnya mengapa agama Islam nan berkembang di Jawa seperti “berbeda” dengan ajaran agama Islam di tempatnya berasal yaitu di kawasan Timur Tengah.

Menurut sejarah, agama Hindu-Budha telah masuk ke Pulau Jawa pada abad 8 M dan telah menguasai Pulau Jawa selama delapan abad kemudian hingga abad 16 M. Sebelum akhirnya penguasaan kedua agama tersebut sukses diambil alih oleh agama Islam kemudian. Sehingga tidak mengherankan bila cerita rakyat bahasa Jawa banyak dipengaruhi oleh ajaran Hindu/Budha tersebut.



Cerita Rakyat Bahasa Jawa - Keunikan Masyarakat Tengger Gunung Bromo, Jawa Timur

Dalam cerita rakyat bahasa Jawa terungkap bahwa masyarakat Jawa meyakini pentingnya peran gunung dalam sistim kepercayaan masyarakatnya, terutama tentang kepercayaan aktivitas mistik para makhluk halus penghuni gunung, dan hubungannya dengan global manusia. Loka nan paling representatif nan menggambarkan hal tersebut ialah masyarakat Tengger di gunung Bromo, gunung Mahameru di Jawa Timur serta masyarakat gunung Merapi di Jogjakarta.

Orang beragama Hindu percaya dalam gunung Mahameru sebagai rumahnya para dewa-dewa serta gunungnya melambangkan interaksi diantara global manusia (bumi) dan Kayangan atau global para dewa-dewa.

Sejak zaman kerajaan Hindu/Budha kawasanTengger ini telah dipakai sebagai loka semedi dan sebagai loka buat menghormati dewa-dewa seperti dewa api, dewa Brama, serta dewa arah selatan dalam kosmologi Hindu. Bagi masyarakat Hindu Tengger, gunung Bormo merupakan gunung paling penting.



Cerita Rakyat Bahasa Jawa - Keunikan Masyarakat Gunung Merapi, Jawa Tengah

Berbeda dengan Masyarakat Tengger di gunung Bromo, masyarakat gunung Merapi memilki sejarah dan agama nan berbeda. Daerah Tengger beragama Hindu-Budha berlatar belakang Kerajaan Majapahit, sedangkan masyarakat gunung Merapi beragama Islam dan berlatar belakang Kerajaan Mataram Islam.

Menurut penduduk daerah gunung Merapi, gunung Merapi ialah pemberi sekaligus pengambil kehidupan ini. Hal tersebut disebabkan gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia. Berkat letusannya tanah di sekitarnya menjadi fertile dan baik buat pertanian dan perkebunan.

Oleh sebab itu, gunung Merapi dianggap pemberi kehidupan. Sebaliknya, letusan nan dahsyat dan telah merenggut nyawa ribuan nyawa, menjadikan gunung Merapi dianggap sebagai perenggut kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya.

Menurut kepercayaan masyarakat gunung Merapi bila gunung akan meletus, maka makhluk halus Kraton Merapi akan memberikan tahu kepada manusia melalui mimpi para dukun atau juru kunci gunung Merapi. Biasanya menurut mereka letusan gunung Merapi diakibatkan kemarahan para makhluk halus penghuni gunung dampak rancu dan semrawutnya kehidupan manusia di global nyata.

Menurut Kepercayaan masyarakat gunung Merapi sewaktu manusia meninggal rohnya akan menuju suatu loka tergantung pada konduite hidupnya di dunia. Bila berperilaku baik maka rohnya akan menuju Kraton Makhluk Halus Merapi atau biasa disebut juga Kraton bahari Selatan. Sebaliknya, bila berperilaku tak baik rohnya akan mendiami pohon, batu, loka sepi dan anggker lainnya.



Cerita Rakyat Bahasa Jawa dari Daerah Gunung Bromo : Asal usul Masyarakat Tengger

Dulu, pernah ada seorang raja Majapahit nan terpaksa pergi bersama permaisuri dan para pengikutnya meninggalkan negerinya sebab kalah melawan putranya sendiri. Mereka lalu pergi ke lereng gunung Bromo dan membangun sebuah rumah sederhana. Di rumah tersebut sang permaisuri melahirkan anak keduanya. Bayi perempuan itu dinamakan Roro Anteng sebab terlihat tenang dan diam saat dilahirkan.

Pada saat nan hampir bersamaan tidak jauh dari loka mereka, istri seorang Brahmana pun melahirkan seorang bayi laki-laki. Saat dilahirkan, bayi tersebut terlihat segar dan sehat serta menangis dengan suara nan sangat keras. Oleh karenanya dinamakan Joko Seger nan berarti laki-laki berbadan segar.

Kedua bayi itu akhirnya tumbuh besar menjadi gadis nan cantik dan pemuda tampan perkasa. Keduanyapun menjadi sepasang kekasih nan sangat serasi.

Namun sebab kecantikan Roro Anteng sudah terdengar ke seantero jagad, maka seorang raksasa gunung Bromo nan bernama Kyai Bima pun tertarik kepada Roro Anteng ini. Ia pun datang ke rumah Roro Anteng buat meminangnya dengan disertai ancaman dusun mereka akan dihancurkan bila pinangannya ditolak.

Joko Seger tak dapat tidak dapat berbuat apa-apa sebab Kyai Bima terkenal dengan kesaktiannya nan luar biasa. Akhirnya, Roro Anteng mengajukan satu persyaratan kepada Kyai Bima, yaitu agar Kyai Bima membuatkan danau di atas gunung Bromo dalam waktu semalam sampai batas waktu ayam berkokok.

Kyai Bima lalu segera membuat danau di loka nan telah ditentukan itu. Dengan menggunakan batok kelapa nan besar ia mengeruk tanah. Dalam waktu cepat ia telah sukses membuat lubang besar. Hal tersebut membuat Roro Anteng menjadi cemas.

Akhirnya Roro Anteng menemukan ide, ia menyuruh para ibu dan anak gadis buat menumbuk padi di lesung, sedangkan kaum prianya membakar jerami di sebelah timur agar terlihat seperti fajar terbit. Akibatnya suara ribut ayam pun terbangun dan berkokok. Kyai Bima nan terpedaya akhirnya kesal sebab tak dapat menikahi Roro Anteng.

Kyai Bima lalu pergi, tempurung nan digunakan buat mengeruk tanah tadi dilemparkan ke tanah dan berubah menjadi sebuah gunung, yaitu Gunung Batok, sedangkan Jalan nan dilewati Kyai Bima berubah menjadi sebuah sungai, sedangkan danau nan dbuat Kyai Bima berubah menjadi kaldera Gunung Bromo.

Roro Anteng dan Joko Seger lalu menikah dan tinggal di lereng Gunung Bromo. Anak cucu keturunan mereka sekarang inilah nan kemudia menjadi masyarakat orisinil Tengger, yaitu gabungan dari Roro An(teng) dan Joko Se(ger).



Cerita Rakyat Bahasa Jawa dari Daerah Gunung Merapi : Legenda Kyai Sapujagad.

Konon Panembahan Senopati dari kerajaan Mataram mempunyai kekasih yaitu Kanjeng Ratu Kidul Sang Penguasa Bahari Selatan. Panembahan Senopati lalu diberi sebutir " endhog jagad " atau telur global buat dimakan, namun oleh Ki Juru Mertani ia dinasehati agar jangan dimakan tapi berikan saja kepada Ki Juru Taman.

Ternyata, setelah memakan telur tersebut ternyata paras Juru Taman berubah menjadi paras raksasa nan mengerikan. Raksasa tersebut oleh Panembahan Senopati diperintahkan agar pergi ke gunung Merapi. Ia pun lalu diangkat menjadi Patih Karaton Merapi dengan gelar Kyai Sapujagad.

Hal tersebut menandakan adanya ekuilibrium alam metafisis antara Keraton Mataram, penunggu gunung Merapi dan Penguasa Bahari Selatan, dengan Keraton Jogja sebagai pusat keseimbangannya.
Dari kedua cerita rakyat bahasa Jawa ini lalu berkembang menjadi bermacam tradisi adat di dua daerah ini seperti tradisi labuhan di Pantai Selatan dan tradisi melempar sesajen di kaldera gunung Bromo.

Demikianlah tulisan tentang cerita rakyat bahasa Jawa serta hubungannya dengan latar belakang sejarah dan tradisi nan menyertainya. Semoga cerita rakyat bahasa Jawa ini bisa memberi inspirasi kepada kita semua akan pentingnya menjaga ekuilibrium alam.